jpnn.com, TOKYO - Perusahaan kereta api di Jepang akan memulai uji coba aplikasi ponsel pintar yang baru-baru ini dikembangkan untuk membantu memerangi pelecehan seksual di dalam kereta yang telah lama menjadi momok di negara tersebut, demikian dilaporkan media setempat pada Rabu (5/2).
East Japan Railway, atau JR East, berencana untuk mulai menguji aplikasi tersebut yang akan membantu para korban untuk memberi tahu petugas kereta bahwa mereka mengalami pelecehan di dalam kereta secara real-time.
BACA JUGA: Uber Siapkan Rp 61,4 Miliar untuk Ganti Rugi Korban Pelecehan Seksual
Aplikasi yang menggunakan GPS itu akan memungkinkan para korban untuk mengirim sinyal darurat. Sinyal tersebut akan memunculkan notifikasi tentang pelecehan yang terjadi serta lokasi pelaku kepada kondektur kereta melalui perangkat tablet.
Lewat aplikasi tersebut, kondektur kemudian akan memberitahu penumpang lainnya bahwa salah satu dari mereka mengalami pelecehan. Penumpang lainnya juga akan diperingatkan lewat sistem pengeras suara.
BACA JUGA: Inggris Bakal Tinggalkan Lapangan jika Terjadi Pelecehan di Kualifikasi Piala Eropa 2020
Penumpang kereta, terutama perempuan, telah lama menjadi korban pelecehan seksual dan kontak fisik tak senonoh lain yang dilakukan tanpa izin oleh para pelaku, atau dikenal sebagai chikan di Jepang. Para pelaku ini sebagian besar merupakan laki-laki dan mereka mengeksploitasi moda transportasi Jepang yang selalu penuh sesak.
Para korban sering kali merasa terintimidasi oleh chikan, yang sebagian besar merupakan pelaku musiman yang menyasar korbannya dengan cermat. Mereka tidak mampu membela diri ataupun melawan karena khawatir akan menciptakan keributan di dalam kereta yang penuh sesak, atau tidak mengetahui secara pasti siapa penyerang mereka.
BACA JUGA: Mahasiswa Desak USUÂ Segera Sanksi Oknum Dosen Pelaku Pelecehan Seksual
Hal ini ditekankan oleh Presiden sekaligus CEO East Japan Railway Yuji Fukasawa.
Fukusawa mengatakan bahwa "karena sulit bagi beberapa korban untuk berteriak atau mengatakan dengan keras, JR East berharap aplikasi baru ini akan memungkinkan mereka untuk memberi tahu kondektur yang kemudian dapat segera bertindak."
Lebih lanjut, JR East mengatakan pihaknya akan melaksanakan uji coba terhadap aplikasi baru tersebut di Jalur Saikyo, yang menghubungkan Tokyo dengan wilayah tetangga Prefektur Saitama. Jalur Saikyo merupakan salah satu jalur yang dikenal sebagai tempat para chikan beroperasi karena jarak antarstasiun yang relatif lebih jauh.
Perusahaan itu mengatakan pihaknya akan mempelajari efektivitas aplikasi baru tersebut dan mengukur respons penumpang lain yang mendengar pengumuman tentang serangan chikan.
Berbagai kelompok advokasi perempuan telah menyerukan agar operator kereta api meningkatkan upaya untuk membasmi segala bentuk pelecehan seksual di dalam kereta. Gerbong khusus wanita pun diluncurkan di sejumlah jalur kereta di Tokyo lebih dari satu dekade lalu yang mendapat sambutan positif. Namun, tak lama kemudian muncul banyak protes karena gerbong khusus itu tidak tersedia di semua kereta setiap saat, melainkan hanya pada layanan dan waktu tertentu saja.
Selain itu, kelompok-kelompok itu juga meminta agar orang-orang yang kedapatan melecehkan penumpang diberi hukuman yang lebih berat, termasuk denda dalam jumlah besar dan hukuman penjara, bahkan bagi pelaku yang baru pertama kali melakukan aksinya, demi "menegaskan bahwa tidak ada lagi toleransi bagi chikan." (Xinhua/ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil