Selandia Baru berhasil mengungguli Australia dalam soal luar angkasa, dengan berhasil meluncurkan roket dari tempat peluncuran milik negeri itu sendiri di North Island. Skip Twitter Tweet

FireFox NVDA users - To access the following content, press 'M' to enter the iFrame.

BACA JUGA: Kereta di Sydney Tabrak Pagar Penghalang Belasan Luka-luka

Peluncuran di Semenanjung Mahia sudah dijual sebagai kemajuan canggih dalam industri angkasa luar yang akan memungkinkan perusahaan lebih kecil meluncurkan satelit dengan biaya lebih murah.

"Angkasa luar sekarang terbuka untuk bisnis." kata perusahaan Rocket Lab perusahaan patungan Amerika Serikat-Selandia Baru.

BACA JUGA: Lonjakan Turis ke Kota Esperance Karena Instragram

Meskipun peluncuran ini barulah uji coba, Rocket Lab berhasil meluncurkan tiga satelit ke orbit untuk melacak perjalanan kapal, cuaca dan pengindaraan.

Sekarang ini sudah lebih murah untuk meluncurkan roket dibandingkan masa lalu karena biayanya lebih rendah.

BACA JUGA: Optimisme Jelang Pencarian Kedua MH370

Rocket Lab mengatakan akan meluncurkan satelit setiap minggu dengan biaya satu kali peluncuran adalah $ 4,9 juta (sekitar Rp 60 miliar).

"Rocket Lab adalah sebuah perusahaan start up kecil, yang dibuat oleh beberapa orang dan berasal dari mimpi yang menjadi kenyataan. Ini menunjukkan apa yang bisa terjadi di masa modern sekarang ini." kata Brad Tucker pakar astrofisika dari Australian National University.

Profesor Tucker mengatakan sekarang ini tidak diperlukan lagi adanya sebuah badan pemerintah besar yang memiliki dana tidak terbatas untuk melakukan peluncuran.

"Kita harus memberi selamat atas apa yang dilakukan negara tetangga karena sudah memiliki visi dan melakukan sesuatu yang mereka pikir tidak akan bisa dilakukan 10 tahun lalu." katanya.

"Sekarang mereka menjadi pesaing di pasar dunia." Skip Vimeo Video

FireFox NVDA users - To access the following content, press 'M' to enter the iFrame. Australia 'tidak jauh di belakang '

Michael Davis, Kepala Asosiasi Industri Angkasa Luar Australia mengatakan model bisnis yang dikembangkan oleh perusahaan satelit Selandia Baru ini merupakan 'revolusi besar.'

"Kita tidak lagi membayar ratusan juta dolar bagi penempatan satelit besar di orbit, sekarang kita memiliki konstelasi baru dengan satelit lebih kecil yang kita sebut -nano satellites — yang beredar di orbit bumi rendah dengan biaya lebih murah." katanya.

Berbeda dengan perusahaan seperti Space X milik Elon Musk yang menggunakan pusat peluncuran milik pemerintah, Rocket Lab mengatakan mereka adalah perusahaan pertama yang meluncurkan roket sendiri dari pusat peluncuran milik sendiri.

Sudah ada rencana serupa di Australia dengan pusat peluncuran sudah disediakan di Northern Territory dan uji coba diperkirakan akan dilakukan dalam waktu satu tahun.

Davis mengatakan Australia memiliki keuntungan ekonomi lain dalam industri angkasa luar.

"Mungkin sekali Australia akan menjadi partisipan dalam bisnis peluncuran komersial." katanya.

"Tetapi masih banyak manfaat ekonomi dari bisnis membuat satelit, dan bahkan manfaat lebih besar lagi dari penggunaan data satelit."

"Dan ini di bidang-bidang seperti ini kami percaya bahwa Australia memiliki masa depan bagus sekali dalam membangun industri dan menciptakan lapangan kerja." Skip Vimeo Video

FireFox NVDA users - To access the following content, press 'M' to enter the iFrame.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bekuk Tsonga, Kyrgios Melaju Ke Babak 16 Besar Australia Terbuka

Berita Terkait