jpnn.com, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto menyampaikan penerapan prinsip Environment, Social and Governance (ESG) dalam sebuah perusahaan merupakan sebuah kebutuhan.
Dengan menerapkan ESG, Seto meyakini sebuah perusahaan atau bisnis bisa memiliki nilai tambah bagi mata investor maupun masyarakat.
BACA JUGA: Hari Kedua BATIC 2024: Diawali Charity Morning Run Hingga Komitmen Telkom Grup Menerapkan ESG
"Sebuah perusahaan harus mengelola lingkungan terkait operasi bisnisnya. Program yang dijalankan harus berkelanjutan dan diukur dampaknya. Misal perusahaan nikel, tembaga, bauksin segala macam produknya dipakai untuk mobil listrik, perusahaan-perusahaan mobil listrik ini, baterainya segala macam mereka benar-benar akan melihat mineral kritis ini diproduksi dan diperoleh, apakah ini diproduksi dan diperoleh dengan mengimplementasikan ESG yang benar atau tidak," ujar Seto dalam kegiatan ESG Summit 2024 bertajuk 'ESG Ala Indonesia' bagian dari kampanye ESG 'Sehati untuk Bumi'.
Seto menyebut produk yang dihasilkan dengan penerapan ESG bukan untuk menaikkan harga produk di pasar.
BACA JUGA: Serikat Pekerja Siap Turun ke Jalan Tolak Rancangan Permenkes Terkait Kemasan Polos Tanpa Merek
Dia mengatakan produk yang diproduksi dengan praktik ESG yang baik, tidak harus menjadi premium atau mahal. Menurut Seto, praktik ESG didorong dari pasar, terutama pangsa pasar Eropa dan Amerika.
"Jadi ini masalahnya dibeli atau tidak, kalau tidak dibeli kita jual ke mana," ucap Seto.
BACA JUGA: Program Meriah Bareng Mega Hadir Lagi, Grand Prize Hingga Rp1 Miliar
Seto menegaskan ESG salah satu faktor pasar yang penting.
PBB, lanjut Seto, baru mengeluarkan laporan bagaimana implementasi atau penerapan tata kelola yang baik bagi mineral kritis bagaimana tiga aspek ESG masuk semua, terkait hak asasi manusia, isu-isu sosial, terkait, lingkungan di planet kita, terkait tata kelola dan korupsi.
"ESG akan menentukan apakah perusahaan akan bertahan atau tidak. Kesadaran masyarakat di Asia terhadap produk-produk yang diproduksi dengan praktik ESG lebih rendah dibandingkan konsumen di Eropa dan Amerika. Namun, konsumen-konsumen generasi lebih muda seperti milenial dan Gen-Z di Asia juga memiliki kesadaran yang kuat terhadap lingkungan," kata Seto.
Direktur Republika Nur Hasan Murtiaji menyampaikan, prinsip ESG merupakan poin penting dalam operasional bisnis dan industri saat ini.
Tantangan krisis iklim menjadi fakta nyata bagi seluruh pelaku usaha di dunia ini untuk melakukan bisnis yang berkelanjutan.
Prinsip yang telah digaungkan secara global ini juga diadaptasi oleh Indonesia. Berbagai pihak kemudian turut andil dalam berkontribusi menggaungkan konsep tersebut.
Nur Hasan menerangkan ada beberapa poin utama yang dibahas dalam agenda FGD tersebut. Mulai dari urgensinya sosialisasi ESG hingga implementasinya sesuai dengan kondisi realita di Indonesia.
"Ada tiga poin penting dalam FGD yakni pentingnya edukasi dan sosialisasi ESG, perumusan landasan kebijakan, dan perumusan insentif serta dukungan pendanaan untuk implementasi ESG yang sesuai dengan realita lapangan di Indonesia," jelasnya.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada