Perwakilan RI di Malaysia Dinilai Teledor

Jumat, 27 April 2012 – 17:37 WIB

JAKARTA – Kasus kematian dan dugaan pencurian organ tubuh tiga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat (NTB), Herman, Abdul Kadir Jaelani, Mad Noon, di Malaysia, menyisakan banyak pertanyaan.

Anggota Komisi IX DPR, Rieke Diah Pitaloka, mengatakan, berdasarkan beberapa catatan hasil penelusuran baik dari jaringan di Malaysia maupun keterangan pihak keluarga korban menunjukkan tiadanya koordinasi yang baik di antara kementerian dan lembaga terkait.

“Selain itu juga ada indikasi kuat pihak perwakilan RI di Malaysia teledor,” kata politisi PDI Perjuangan itu di pressroom DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (27/4). 

Dia membeberkan pada tanggal 3 April 2012, biro pengiriman jenazah ‘Poo Internal Service’ mendatangi perwakilan RI dan meminta keterangan bahwa  ketiga TKI tersebut memang betul Warga Negara Indonesia (WNI).

Kemudian, kata dia, Sijil kematian atau sertifikat kematian hanya menyatakan meninggal karena penembakan beruntun. “Perwakilan RI tidak menelusuri penyebab sesungguhnya kematian ketiga TKI dan tidak mengawal pengembalian jenazah, bahkan pihak keluarga dan kawan-kawan korban yang menanggung biaya pemulangan TKI ke rumah masing-masing,” katanya.

Berdasarkan hal tersebutlah, Rieke mendesak pemerintah RI tanpa perlu menunggu hasil autopsi ulang untuk segera melakukan berbagai tindakan. Pertama, sebut Rieke, pemerintah harus meminta keterangan diplomatik kepada pemerintah Malaysia untuk memberikan kronologis kematian.

Kedua, tegas dia, meminta hasil visum yang dilakukan oleh RS Port Dickson di Malaysia. Ketiga, memertanyakan secara tegas penembakan yang berindikasi tidak sesuai dengan prosedural. Terkait autopsi ulang, Rieke menegaskan, “Jangan sampai ada skenario hasil sudah ‘direkayasa’ sebelum autopsi  ulang.”

Dia juga menegaskan, jangan membuat skenario ulang untuk mengarahkan opini publik dan pemerintah memberikan pernyataan keluarga tidak menyaksikan autopsi karena tidak tahan.

Kemudian, menyatakan organ tubuh TKI lengkap, padahal salah satu ayah korban (Herman) yang hadir dalam proses autopsi dari awal sampai seluruh bagian badan sudah diautopsi, menyatakan bahwa kepala korban berisi ‘sesuatu dibungkus plastik’, bagian mata seperti kosong, bagian perut ‘acak-acakan’, organ-organ yang sisa tidak bisa diidentifikasi lagi. Rieke juga mendorong pemerintah agar pihak keluarga dilindungi. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hidayat-Didik Luncurkan Batik Beresin Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler