Pesan Boni untuk Massa yang Pengin Demo saat Sumpah Pemuda Nanti

Senin, 26 Oktober 2020 – 21:01 WIB
Boni Hargens. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens mengingatkan, tantangan pemuda zaman sekarang yaitu berjuang melawan lebih banyak musuh dibanding pemuda pada era sebelum kemerdekaan dan masa kemerdekaan.

Menurutnya, musuh bisa datang dari dalam dan bisa dari luar negeri.

BACA JUGA: Boni Hargens Sebut Ada Bandar di Balik Demo Tolak RUU Ciptaker, 2 Kelompok

"Musuh dari dalam misalnya terorisme, radikalisme, dan separatisme. Musuh dari luar ada yang kelihatan dan ada yang tidak kelihatan. Jaringan terorisme itu berbasis internasional," ujar Boni di Jakarta, Senin (26/10).

Pakar politik lulusan dari Universitas Walden Amerika Serikat itu juga menyebut, dominasi pasar dan penguasaan infrastruktur digital seperti Over The Top (OTT) masih dihantui kekuatan asing.

BACA JUGA: Bukannya Ajak Anak ke Masjid, Si Bapak Malah Suruh Mencuri, Malu Sama Tato Allahu Akbar

Ia mengistilahkannya 'kolonialisme digital' di zaman modern.

"Itulah contoh tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia hari ini dan di masa depan. Untuk itu, diperlukan ketangguhan dan kesiapan generasi muda dalam menghadapi perkembangan era kekinian," ucapnya.

BACA JUGA: Boni Hargens Sebut Ada Bandar Biayai Demo Tolak UU Cipta Kerja

Memperingati Sumpah Pemuda 28 Oktober, Boni kemudian mengajak para pemuda berjuang mengembangkan potensi dan kompetensi di bidang keilmuan dan keterampilan.

Ia menilai, begitulah cara terbaik mengisi kemerdekaan dan menjadi Indonesia pada zaman modern.

"Hindari berbagai provokasi politik dan hasutan untuk melakukan anarkisme dalam menyampaikan pendapat di ruang publik," katanya.

Boni juga mengajak kaum muda menghindari kebiasaan hoaks dalam berpendapat di dunia maya.

Generasi muda menurutnya, harus menjadi yang terdepan dalam membangun narasi positif dan rasional di ruang publik.

"Saya mendengar ada desas-desus, kelompok oposisi jalanan ingin kembali melakukan aksi protes menolak Omninus Law Cipta Kerja pada peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020," katanya.

Menurut Boni, aksi massa memang bagian dari partisipasi politik dalam demokrasi.

Namun, ada baiknya menghindari anarkisme sebagaimana aksi pada 8 Oktober dan 13 Oktober lalu.

Semua itu tidak mencerminkan kedewasaan dalam berdemokrasi dan hanya merusak citra kaum muda sendiri.

Boni juga mengimbau agar ormas dan kelompok oposisi jalanan seperti Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mengingatkan simpatisannya untuk memperingati sumpah pemuda dengan cara lebih elegan, dan tidak mengganggu kepentingan umum.

"Kalau memang betul ada agenda turun ke jalan pada 28 Oktober 2020, rancanglah suatu aksi protes yang lebih cerdas dan damai, bukan aksi brutal dan anarkis," tuturnya.

Boni juga mengajak agar massa mengambil bagian dalam proyek membangun bangsa dan negara, meski melalui jalan yang berbeda.

Menurutnya, berbeda itu normal tetapi menabrak norma dan hukum yang berlaku hanya supaya kelihatan berbeda itu tidak normal.  

"Pemerintahan dalam sistem demokrasi membutuhkan kritik dan evaluasi dari oposisi. Maka, peran masyarakat sipil harus menonjol dalam memberikan evaluasi, tetapi dengan cara-cara yang tidak melawan hukum supaya tidak kontraproduktif," pungkas Boni.(gir/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler