Pesan Habib Rizieq Terkait Tewasnya 6 Anggota FPI

Senin, 14 Desember 2020 – 12:49 WIB
Sekretaris Umum Front Pembela Islam Munarman bersama Habib Rizieq Shihab. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman menyampaikan pesan Habib Rizieq Shihab dari dalam tahanan narkoba Polda Metro Jaya perihal kematian enam anggota FPI dalam penyerangan di Tol Cikampek, Karawang, Jakarta Barat, Senin (7/12) lalu.

Munarman mengatakan Habib Rizieq berpesan jangan berhenti berjuang atas kematian enam Laskar FPI tersebut.

BACA JUGA: Bukan Cuma PMJ, Polda Jabar Juga Mengincar Habib Rizieq

"Beliau (Habib Rizieq Shihab-red) menyampaikan pesan bahwa jangan berhenti berjuang, dan tidak boleh melupakan kasus pembantaian enam syuhada harus terus dibongkar sampai ke akar-akarnya," ungkap Munarman kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Senin (14/12).

Rizieq juga berpesan peristiwa berdarah yang menewaskan enam Laskar Khusus FPI tersebut jangan sampai terulang kembali.

BACA JUGA: Habib Rizieq Salat Jemaah Bareng Polisi, Arie Untung: Adem dan Akur

"Itu spiral kekerasan. Kekerasan yang berulang dan berlanjut terus menerus. Mereka menerima kekerasan berupa serangan fisik yang mengakibatkan mereka meninggal syahid," katanya.

Selain kekerasan spiral, kata Munarman keenam Laskar FPI itu juga menjadi korban kekerasan verbal di mana mereka difitnah membawa senjata, menyerang dan difitnah sebgai pelaku.

BACA JUGA: Diminta Jadi Pengacara Habib Rizieq, Begini Tanggapan Bang Hotman Paris

"Kemudian kekerasan verbal, apa itu kekerasan verbal? mereka dituduh difitnah bahwa senjata, menyerang difitnah sebagai pelaku. Itu kekerasan verbal," ujarnya.

Munarman melanjutkan, hal yang paling gawat yakni kekerasan struktural di mana adanya rekayasa seolah-olah keenam anggota FPI yang tewas tersebut menjadi tertuduh dan pelaku, bukan korban.

"Paling gawat, mereka ini adalah kekerasan struktural. Apa itu kekerasan struktural artinya berlanjut rekayasa kasus terhadap mereka soalah-olah bahwa mereka ini dengan instrumen kekuasaan dengan instrumen sumber daya yang ada pada kekuasaan membuat mereka menjadi tertuduh dan pelaku jadi bukan korban, ini kekerasan struktural," katanya.

"Kasusnya direkyasa sedemikian rupa seolah-olah sekali lagi mereka ini adalah pelaku bukan sebagai korban," pungkasnya. (mcr3/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler