jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto menyebut langkah pemerintah dalam menangani pandemi COVID-19 sudah berada di jalan yang benar.
Karena itu, Prabowo mengajak Presiden Joko Widodo tak menghiraukan pernyataan para pihak yang hanya ingin memperkeruh keadaan.
BACA JUGA: Pidato Bu Mega di Depan Presiden Jokowi: Kalau Bapak Belum Lupa
Prabowo menyatakan hal tersebut sebagaimana video yang diunggah kanal YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (28/8).
"Penanganan (COVID-19) cukup efektif dan kita optimistis mampu menghadapinya dan kita harus menghadapinya."
BACA JUGA: PPP Targetkan 6 Kursi Hasil Pemilu 2024 di Daerah ini
"Jadi, kami rasa bahwa suara-suara yang ingin memperkeruh keadaan itu tidak perlu dihiraukan, kita sudah ada di jalan benar," ujar Prabowo.
Prabowo menyampaikan hal tersebut saat pertemuan Presiden Jokowi dengan pimpinan partai politik koalisi di Istana Negara Jakarta, Rabu (25/8) lalu.
BACA JUGA: Wapres Ajak Melihat Pandemi COVID-19 Sebagai Peluang, Begini
Ada tujuh pimpinan partai politik yang ikut dalam pertemuan tersebut.
Yakni, Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketum Partai NasDem Surya Paloh, Ketum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Ketum PPP Suharso Manoarfa dan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.
"Kepemimpinan Pak Jokowi efektif Pak. Saya mengakui itu dan saya hormat ke Bapak, saya lihat, saya saksi, saya ikut di kabinet," ucap Prabowo.
Menteri Pertahanan tersebut mengatakan kepemimpinan dan keputusan-keputusan Presiden Jokowi sudah cocok untuk rakyat Indonesia.
"Tim kita saya kira bagus, di kabinet cukup kompak dan bekerja baik. Jadi, mohon bapak jangan ragu, 'we are on the right track'," katanya.
Menurut Prabowo, sejumlah masalah untuk mengatasi pandemi seperti keterlambatan vaksinasi, juga dialami banyak negara.
"Kedua, (bidang) ekonomi juga kita optimis cukup baik dibandingkan banyak negara lain. Itu juga berhubungan pak keputusan Bapak utuk tidak 'lock down' keras, memungkinkan kita bisa selamat. Negara lain yang lock down keras, malah mengalami kesulitan," katanya.
Artinya, Prabowo menilai bahwa keputusan-keputusan Presiden terkait pandemi perlu dilanjutkan.
"Jadi kita boleh bangga bahwa prestasi yang baik, saya bangga bagian dari pemerintahan ini dan kita tidak usah ragu-ragu pak," katanya.
Presiden Jokowi dalam paparannya mengakui perkembangan COVID-19 sulit diduga.
"Berkaitan dengan COVID-19, perkembangan kasus harian COVID-19 ini memang betul-betul sulit diduga, tapi alhamdulilah pada hari ini 24 Agustus kemarin (jumlah positif) 19 belas ribu dari 56 ribu."
"Inilah kira saya kira proses belajar juga yang kita lakukan," kata Presiden.
Presiden menyebut menghubungi sejumlah negara untuk melakukan modifikasi metode penanganan COVID-19 versi Indonesia.
"Mengenai keterisian tempat tidur di rumah sakit, di Mei, pernah mencapai 29 persen kemudian melompat di Juli sampai hampir 80 persen."
"Pada hari ini kita sudah turunkan lagi menjadi 30 persen, alhamdulillah. Ini juga patut kita syukuri. Semua bekerja, TNI, polri, kementerian, BUMN, pemerintah daerah semuanya," ucap presiden.
Sedangkan untuk angka kesembuhan menurut Presiden, rata-rata kesembuhan Indonesia sudah berada sudah di atas rata-rata dunia, yaitu 89,97 persen dibanding rata-rata dunia yaitu 89,5 persen.
"Yang masih belum kita bisa selesaikan, ini saya selalu saya smapaikan ke Menkes dan pemda agar angka kasus kematian ini harus betul-betul ditekan terus," katanya.
Sedangkan untuk peringkat vaksinasi, menurut Presiden, peringkat Indonesia tidak buruk dari total sekitar 220 negara.
"Peringkat kita tidak jelek-jelek amat sih. Kalau dihitung dari jumlah orang yang divaksin, sampai hari ini kita sudah nomor 4."
"India nomor 1, nomor 2 Amerika Serikat, nomor 3 Brasil, kita nomor 4, Indonesia."
"Kemudian kalau berdasarkan total suntikan, yang sudah disuntikkan 91,9 juta dosis. Kita kalah dengan Jerman, Jepang, Brasil, Amerika, China," katanya.
Selanjutnya terkait dengan kondisi ekonomi, Presiden kembali memaparkan strategi gas dan rem.
"Karena memang kalau kasusnya turun, ekonomi pasti naik, kalau kasusnya naik, ekonominya pasti turun, sudah rumusnya itu."
"Kita mencari keseimbangan, itulah sebetulnya yang paling sulit disesuaikan dengan lapangan di Indonesia yang juga tidak mudah karena berpulau-pulau dan untuk distribusi vaksin saja, distribusi obat-obatan saja memerlukan waktu yang tidak sedikit," pungkas Presiden Jokowi.(Antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Ken Girsang