jpnn.com, MALANG - Pesantren Cinta Al Qur’an Anak Sholeh memang berada di daerah pelosok yang warganya mayoritas nonmuslim.
Tepatnya di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Meski begitu, lembaga pendidikan bernapaskan Islam itu mampu menerapkan sistem yang modern.
BACA JUGA: Nonmuslim Sekolah di Lembaga Pendidikan Islam
Lihat: Nonmuslim Sekolah di Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga ini juga lebih bersifat sosial.
===============================
Indra Mufarendra - Radar Malang
===============================
Dilihat dari fisiknya saja, gedung Kelompok Bermain (KB), TK, dan SD Anak Sholeh Desa Sitiarjo memang berbeda dari kebanyakan sekolah di kawasan selatan Kabupaten Malang.
Untuk KB dan TK misalnya, punya fasilitas yang terbilang lengkap. Ada taman bermain dan lahan yang luas untuk outbound. Bahkan, saat ini, di lahan itu tengah disiapkan pembangunan flying fox.
Ustaz Deden Zainal Abidin, pengelola pesantren ini, menyatakan, untuk KB, TK dan SD, pihaknya menawarkan tiga paket pendidikan. Paket yang pertama, jam kegiatan belajar mengajarnya berlangsung pukul 08.00–09.30.
”Paket ini gratis. Semua siswa tidak perlu membayar,” tegas dia.
Materi yang dia ajarkan sifatnya umum, sama seperti yang diberikan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) lainnya.
”Untuk siswa nonmuslim, kami sarankan pilih paket ini karena materinya lebih umum,” ujar dia.
Kemudian, paket yang kedua, jam belajarnya lebih lama. Yakni, pukul 08.00–12.00. ”Pada dasarnya sama dengan paket yang pertama. Tapi di paket yang kedua ini, ada tambahan pelajaran mengaji,” jelas dia.
Kemudian, paket yang ketiga berlangsung pukul 08.00–15.00. Bisa dibilang, KB-TK Anak Sholeh lewat paket ketiga ini telah menerapkan sistem full day school.
”Sejauh ini, setidaknya untuk gugus II (di wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan), baru kami yang menerapkan full day school,” ujar Deden.
Lantas, apa saja yang diajarkan?
”Untuk paket tiga ini, jam ngajinya diperbanyak. Lalu, ada salat jamaah juga. Jadi, di sini, kami menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligence,” kata bapak satu anak ini.
Sama seperti KB-TK Anak Sholeh paket ketiga, SD Anak Sholeh juga menerapkan full day school. Deden menilai bahwa full day school tepat untuk diterapkan di daerah seperti Desa Sitiarjo.
”Lewat full day school, kami ingin membentengi anak dari pengaruh lingkungan yang mengkhawatirkan. Mulai dari kenakalan remaja hingga pornografi,” ujar dia.
Deden menyatakan, untuk SD pihaknya menerapkan sistem subsidi silang. Di mana anak yang berasal dari keluarga mampu dikenakan biaya penuh.
”Sementara untuk siswa dari keluarga tidak mampu, duafa, maupun mualaf, kami beri keringanan biaya. Bahkan, bisa gratis,” kata dia.
Tak hanya itu, KB, TK, maupun SD Anak Sholeh juga punya fasilitas mobil jemputan. ”Kami punya tiga sopir. Mereka bekerja secara sukarela,” ungkapnya.
Deden mengungkapkan, dirinya punya impian besar dalam membesarkan Pesantren Cinta Al Qur’an, KB-TK-SD Anak Sholeh.
”Prinsipnya, kami ingin memiliki sekolah yang berkarakter. Sekolah yang bisa dibanggakan orang kaya, tapi juga bisa membantu yang miskin,” jelas dia.
Lebih lanjut Deden menyatakan, motivasinya membangun sebuah pondok pesantren dan lembaga pendidikan bernapaskan Islam ini menguat usai mengikuti ajang Da’i Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) 2005 lalu.
Waktu itu, Deden bersama para finalis lainnya dikarantina selama enam bulan. Mereka mendapatkan pembekalan dari sejumlah dai ternama. Mulai dari AA’ Gym, (alm) Ustad Jefri Al Buchori, Syafi’ie Antonie, hingga Yusuf Mansur.
”Selama karantina, kami mendapatkan kesempatan mengunjungi sejumlah pondok pesantren. Alhamdulillah, sebagian besar finalis Da’i TPI 2005 itu kini memiliki ponpes sendiri,” ujar Deden yang satu angkatan dengan Ustad Koko Liem itu. (***)
Redaktur : Tim Redaksi