Salah seorang santri kelas 3 Tsanawiyah, H Ahmad, yang ditemui di Ponpes Darul Ilmi, Selasa (23/10), menuturkan, bahwa krisis air telah berlangsung sejak beberapa pekan terakhir. Hal itu terjadi karena sejumlah sumur bor yang ada di ponpes tidak mengeluarkan air lagi. Padahal, sumur bor sedalam puluhan meter tersebut pada hari-hari biasa menjadi sumber air andalan penghuni ponpes.
“Untungnya beberapa hari lalu ada hujan jadi kami mendapatkan air dari kolam samping kantor pengelola,” ucap Ahmad.
Selama masa krisis air, Ahmad dan mayoritas penghuni pondok yang lain terpaksa mandi di kolam yang airnya kotor. Tak hanya itu, untuk urusan air yang dikonsumsi, Ahmad dan rekan-rekannya terpaksa mengkomsumsi air dari kolam yang keruh. Meski sudah diolah dengan mesin, tetap saja dari segi kesehatan air tersebut tidak layak. Alhasil, Ahmad dan beberapa rekan sempat terserang diare.
“Mungkin karena mengkonsumsi air yang tidak bersih, saya jadi kena diare,” katanya.
Kejadian dimana sejumlah santri mengalami diare sempat membuat sejumlah orang tua panik. Di tengah kondisi krisis air, para santri juga disibukkan dengan telepon para orang tua yang menanyakan kondisi anak-anak mereka.
Santri asal Barabai, Hulu Sungai Tengah menuturkan, sejak sumur bor surut, pihak ponpes terpaksa membeli air dari PDAM sebanyak 5 kali sehari. Air itu digunakan utamanya untuk minum dan mandi para santri.
Lantaran krisis air, mayoritas santri sengaja dipulangkan oleh pihak ponpes. Mereka mulai dipulangkan sejak Senin (22/10) lalu. Padahal tahun-tahun sebelumnya para santri tidak dipulangkan meskipun menjelang atau pada saat Hari Raya Iduladha.
“Para santri tahun lalu tetap di ponpes, baru pada sore harinya saat Iduladha baru diperbolehkan pulang ke rumah,” terangnya.
Rencananya, Ahmad dan para santrinya diberikan waktu selama kurang lebih 1 minggu. Pada Selasa minggu depan, mereka wajib kembali ke ponpes untuk mengikuti kegiatan belajar seperti biasa.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, Pengelola Ponpes Darul Ilmi Hidayat tak menampik bahwa di ponpes tersebut sedang mengalami krisis air. Krisis terjadi sejak musim kemarau berkepanjangan melanda Kalsel.
Dampak dari kemarau panjang sangat terasa yakni berkurangnya pasokan air dari sumur bor. Bahkan beberapa sumur bor yang dalamnya mencapai puluhan meter airnya kering.
Ponpes Darul Ilmi sendiri memiliki 7 sumur bor untuk santri putra dan 4 sumur bor untuk santri putri. Jumlah sumur itu sebenarnya sudah banyak, apalagi ponpes tersebut juga sudah tersambung dengan jaringan PDAM Intan Banjar.
Meski jumlah sumber air banyak, namun pada kenyataannya tidak mencukupi. Sumur bor kering dan saluran leding pun sering macet. “Kemarau memang beberapa tahun lalu sempat terjadi, tapi jumlah santri kan selalu bertambah tiap tahun, makanya air yang ada semakin berkurang karena banyak pemakainya,” ujar Hidayat.
Ponpes Darul Ilmi sendiri kini mempunyai 600 santri putra dan 300 santri putri. Mereka merupakan santri tingkat tsanawiyah dan aliyah. Terkait dipulangkannya mayoritas santri akibat kekeringan, pria yang akrab disapa Dayat ini membantah. Menurut dia, pihak ponpes sengaja memulangkan santri lantaran sudah mendekati Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Jumat nanti.
”Memang mulai Senin kemarin sudah ada yang pulang terutama yang rumahnya jauh seperti ke Kalteng maupun Kaltim. Ada juga yang pulang terlebih dahulu karena sakit jadi bukan karena kekeringan kemudian kami pulangkan,” ucapnya.
Dayat sebenarnya tak menampik bahwa kekeringan di ponpesnya cukup parah. Bahkan bisa dibilang kekeringan di Ponpes Darul Ilmi adalah yang terparah dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikian, ia menegaskan tidak ada satu orang santri pun yang tidak bisa mandi di ponpes. Semua keperluan air dipenuhi oleh pihak ponpes salah satunya dengan membeli air ke PDAM.
“Untuk air minum pun kami pakai air leding kemudian diolah dengan mesin air isi ulang,” imbuhnya.(tas/yn/bin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Ada Penambahan Libur Idul Adha
Redaktur : Tim Redaksi