SURABAYA - Antusiasme peserta Jawa Pos Cycling Audax East Java 2013 presented by Mie Sedaap kian terasa menjelang hari pelaksanaan. Sejumlah cyclist asing yang tiba kemarin (28/6) langsung merakit sepeda di hotel. Mereka tak sabar ingin menjajal rute yang bakal mengambil start di Polda Jawa Timur besok (30/6) pagi dan finis sore hari di Graha Pena Jawa Pos.
Salah satu peserta yang tiba kemarin adalah Joyce Leong. Dia merupakan pemrakarsa sekaligus pengelola komunitas road bike terbesar di Singapura, Joy Riders, dengan anggota lebih dari 1.000 orang. Dia tiba pukul 09.20 WIB di Bandar Udara Juanda bersama anggota Joy Riders lainnya, Hill Chin dan George Wong.
"Saya sangat excited. Kami datang dari Singapura untuk bersepeda bersama di sini. Rute pasti mengasyikan. Saya lihat ada perbukitan dengan jalur rolling. Can"t wait for Sunday!" kata Joyce bersemangat.
Begitu tiba di hotel, mereka bertiga langsung membongkar koper dan merakit sepedanya masing-masing. Ternyata, sepeda dengan frame Cervelo yang dibawa Joyce bermasalah di bagian rear derailleur. Wong dan Chin berusaha memperbaiki. "Kita akan membutuhkan mekanik besok," kata Wong.
Joyce mengaku senang bisa datang ke Surabaya. Ini adalah pertama kali warga Malaysia yang tinggal di Singapura itu berkunjung ke Indonesia sejak 1999 silam. "Setelah 14 tahun tidak pernah berkunjung ke Indonesia, akhirnya senang bisa ke sini lagi. Apalagi untuk bersepeda," kata perempuan yang masih enerjik di usia 57 tahun itu.
Peserta asing lain yang datang kemarin adalah cyclist Singapura Choonwei Tay, cyclist Jepang Miyuki Chida, dan cyclist Amerika Serikat Larry Sperling. Mereka bertiga mendarat dari Singapura karena sama-sama tinggal di negeri pulau tersebut. Rencananya, hari ini Choonwei dan Chida bersepeda mengelilingi beberapa jalan di Surabaya. Setidaknya, mereka ingin merasakan karakter jalan dan cuaca Surabaya yang mewakili sebagian rute Audax East Java.
Acara gowes bareng sepanjang 232 km untuk memperingati HUT Jawa Pos Ke-64 dan HUT Bhayangkara Ke-67 itu terdiri terdiri dari enam etape. Etape satu (Polda Jawa Timur-Masjid Cheng Hoo Pandaan), etape kedua (Masjid Cheng Hoo-Universitas Brawijaya), etape ketiga (Universitas Brawijaya-Kantor Wali Kota Batu), etape keempat (Kantor Wali Kota Batu-Kantor Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri,), etape kelima (Kantor Kecamatan Kandangan-Kantor Kabupaten Mojokerto), dan etape keenam (Kantor Kabupaten Mojokerto-finis di Graha Pena).
Di bagian lain, persiapan teknis Audax East Java dimatangkan kemarin di Ruang Semanggi, Graha Pena Jawa Pos. Beberapa pihak tampak hadir, mulai dari perwakilan Polda Jatim, road captain dari Surabaya Road Bike Community (SRBC), tenaga medis, marshall, hingga mekanik.
Acara tersebut dipimpin dua road commissaire Puspita Mustika, Catur Heru Rakhmadi, Ketua SRBC Teddy Moelijono, dan Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda. Ikut dalam acara suami istri Presiden Audax Indonesia Axel Moeller dan Tenne Permatasari Puspita mengatakan, pihaknya akan tegas dalam mengatur rombongan peserta alias peloton. Mereka diminta menjaga kecepatannya sesuai kelompok yang diikuti.
Yakni kelompok cepat di speed 30 km per jam dan kelompok normal atau lambat di 22,5 km per jam. Peserta dilarang mendahului road captain. Mereka akan diperingatkan hingga dua kali sebelum akhirnya didiskualifikasi.
"Di dalam rombongan, tidak hanya road captain yang mengawasi peserta. Tapi juga marshall. Mereka akan memberi laporan-laporan kepada road commissaire apa saja yang terjadi di jalan. Kalau ada pelanggaran, akan kami tegur atau diskualifikasi jika sudah diperingatkan," kata Puspita.
Marshall juga akan membantu semua peserta. Jika terjadi insiden di jalan, seperti persoalan teknis, kelelahan, atau kecelakaan, marshall akan membantu menghubungkan mereka dengan pendukung kegiatan dalam rombongan. "Marshall dan road captain akan mengatur semua peserta, sekaligus mengingatkan jika mereka melanggar aturan," katanya.
Hal itu, kata Puspita, perlu ditegaskan karena cyclist sering lupa diri jika sudah bersepeda. Mereka seringkali terpacu untuk balapan tanpa melihat kondisi rombongan. Padahal, hal itu bisa membahayakan peloton karena mengganggu alur dan time limit yang sudah ditentukan.
Rapat persiapan juga menyepakati hanya memberi toleransi 15 persen keterlambatan peserta. Keterlambatan 15 persen itu akan dihitung cycling time minimal yang harus mereka penuhi. Jika telat lebih dari itu, mereka akan diangkut kendaraan broom wagon.
"Kami akan tegas. Peserta yang terlalu jauh dari rombongan terakhir akan kita evakuasi. Ini juga untuk kebaikan peserta karena kita tidak bisa menunggu mereka terlalu lama," katanya.
Hari ini, semua peserta dijadwalkan tiba di Surabaya. Mereka harus registrasi di Crystal Room lantai 4 Hotel Garden Palace. Di tempat itu pula mereka bisa merakit sepedanya. Sedangkan technical meeting akan digelar pada pukul 18.30 di Caesar Palace Lantai 24 Hotel Garden Palace. (aga/fat)
Salah satu peserta yang tiba kemarin adalah Joyce Leong. Dia merupakan pemrakarsa sekaligus pengelola komunitas road bike terbesar di Singapura, Joy Riders, dengan anggota lebih dari 1.000 orang. Dia tiba pukul 09.20 WIB di Bandar Udara Juanda bersama anggota Joy Riders lainnya, Hill Chin dan George Wong.
"Saya sangat excited. Kami datang dari Singapura untuk bersepeda bersama di sini. Rute pasti mengasyikan. Saya lihat ada perbukitan dengan jalur rolling. Can"t wait for Sunday!" kata Joyce bersemangat.
Begitu tiba di hotel, mereka bertiga langsung membongkar koper dan merakit sepedanya masing-masing. Ternyata, sepeda dengan frame Cervelo yang dibawa Joyce bermasalah di bagian rear derailleur. Wong dan Chin berusaha memperbaiki. "Kita akan membutuhkan mekanik besok," kata Wong.
Joyce mengaku senang bisa datang ke Surabaya. Ini adalah pertama kali warga Malaysia yang tinggal di Singapura itu berkunjung ke Indonesia sejak 1999 silam. "Setelah 14 tahun tidak pernah berkunjung ke Indonesia, akhirnya senang bisa ke sini lagi. Apalagi untuk bersepeda," kata perempuan yang masih enerjik di usia 57 tahun itu.
Peserta asing lain yang datang kemarin adalah cyclist Singapura Choonwei Tay, cyclist Jepang Miyuki Chida, dan cyclist Amerika Serikat Larry Sperling. Mereka bertiga mendarat dari Singapura karena sama-sama tinggal di negeri pulau tersebut. Rencananya, hari ini Choonwei dan Chida bersepeda mengelilingi beberapa jalan di Surabaya. Setidaknya, mereka ingin merasakan karakter jalan dan cuaca Surabaya yang mewakili sebagian rute Audax East Java.
Acara gowes bareng sepanjang 232 km untuk memperingati HUT Jawa Pos Ke-64 dan HUT Bhayangkara Ke-67 itu terdiri terdiri dari enam etape. Etape satu (Polda Jawa Timur-Masjid Cheng Hoo Pandaan), etape kedua (Masjid Cheng Hoo-Universitas Brawijaya), etape ketiga (Universitas Brawijaya-Kantor Wali Kota Batu), etape keempat (Kantor Wali Kota Batu-Kantor Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri,), etape kelima (Kantor Kecamatan Kandangan-Kantor Kabupaten Mojokerto), dan etape keenam (Kantor Kabupaten Mojokerto-finis di Graha Pena).
Di bagian lain, persiapan teknis Audax East Java dimatangkan kemarin di Ruang Semanggi, Graha Pena Jawa Pos. Beberapa pihak tampak hadir, mulai dari perwakilan Polda Jatim, road captain dari Surabaya Road Bike Community (SRBC), tenaga medis, marshall, hingga mekanik.
Acara tersebut dipimpin dua road commissaire Puspita Mustika, Catur Heru Rakhmadi, Ketua SRBC Teddy Moelijono, dan Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda. Ikut dalam acara suami istri Presiden Audax Indonesia Axel Moeller dan Tenne Permatasari Puspita mengatakan, pihaknya akan tegas dalam mengatur rombongan peserta alias peloton. Mereka diminta menjaga kecepatannya sesuai kelompok yang diikuti.
Yakni kelompok cepat di speed 30 km per jam dan kelompok normal atau lambat di 22,5 km per jam. Peserta dilarang mendahului road captain. Mereka akan diperingatkan hingga dua kali sebelum akhirnya didiskualifikasi.
"Di dalam rombongan, tidak hanya road captain yang mengawasi peserta. Tapi juga marshall. Mereka akan memberi laporan-laporan kepada road commissaire apa saja yang terjadi di jalan. Kalau ada pelanggaran, akan kami tegur atau diskualifikasi jika sudah diperingatkan," kata Puspita.
Marshall juga akan membantu semua peserta. Jika terjadi insiden di jalan, seperti persoalan teknis, kelelahan, atau kecelakaan, marshall akan membantu menghubungkan mereka dengan pendukung kegiatan dalam rombongan. "Marshall dan road captain akan mengatur semua peserta, sekaligus mengingatkan jika mereka melanggar aturan," katanya.
Hal itu, kata Puspita, perlu ditegaskan karena cyclist sering lupa diri jika sudah bersepeda. Mereka seringkali terpacu untuk balapan tanpa melihat kondisi rombongan. Padahal, hal itu bisa membahayakan peloton karena mengganggu alur dan time limit yang sudah ditentukan.
Rapat persiapan juga menyepakati hanya memberi toleransi 15 persen keterlambatan peserta. Keterlambatan 15 persen itu akan dihitung cycling time minimal yang harus mereka penuhi. Jika telat lebih dari itu, mereka akan diangkut kendaraan broom wagon.
"Kami akan tegas. Peserta yang terlalu jauh dari rombongan terakhir akan kita evakuasi. Ini juga untuk kebaikan peserta karena kita tidak bisa menunggu mereka terlalu lama," katanya.
Hari ini, semua peserta dijadwalkan tiba di Surabaya. Mereka harus registrasi di Crystal Room lantai 4 Hotel Garden Palace. Di tempat itu pula mereka bisa merakit sepedanya. Sedangkan technical meeting akan digelar pada pukul 18.30 di Caesar Palace Lantai 24 Hotel Garden Palace. (aga/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Patah Jari, Marquez Terancam Tak Maksimal
Redaktur : Tim Redaksi