jpnn.com, BUKITTINGGI - Penat dengan rutinitas yang ada? Itu waktunya Anda pergi berlibur. Jika masih bingung destinasi yang akan dipilih. Saya sarankan coba berlibur ke Danau Maninjau yang berada di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Menuju Danau Maninjau tak sulit. Jika dari arah Bukittinggi, hanya diperlukan waktu sekitar 1,5 jam dengan jarak 36 kilometer. Sedangkan dari arah Lubukbasung, malah lebih dekat lagi. Perbedaan kedua jalan menuju Maninjau di atas adalah rute dan panorama yang ditawarkan.
BACA JUGA: Industri Pariwisata Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi NTB
Jika berkesempatan menuju Maninjau melalui Bukittinggi, maka Anda akan melewati Kelok Ampek Puluh Ampek atau Kelok 44. Disebut demikian, karena jalanan tersebut memiliki tikungan curam yang berjumlah total 44.
Ada satu hal yang harus dipahami oleh setiap pengemudi yang ingin melewati jalan ini. Yakni, pengemudi yang mengarahkan jalannya ke Maninjau (turun) harus mengalah terlebih dahulu kepada pengemudi yang berjalan menuju Bukittinggi (atas), saat bertemu di tikungan. ”Itu untuk memberikan kesempatan kepada supir yang dari bawah agar aman mengemudikan mobilnya nanjak ke atas,” kata Jhon Afrizon, salah satu warga Bukittinggi.
BACA JUGA: Seperti Ini Persaingan Sengit Industri Pariwisata Indonesia vs Vietnam
Kembali lagi ke pesona Maninjau. Menikmati Danau vulkanik itu dari Kelok 44 memang sangat sempurna. Dari ketinggian, kita bisa merasakan bagaimana Tuhan sedang tersenyum saat menciptakan Maninjau.
Udara yang sejuk ditambah hijaunya pepohonan dan birunya warna danau seolah menjadi landscape yang sempurna. Belum lagi, kalau sedang beruntung, sepanjang perjalanan kita akan bertemu dengan kawanan kera liar yang tak segan berdiri di pinggir jalan menunggu lemparan makanan dari orang yang lewat. Karena itu, tak heran, sebelum jalan di Kelok 44, akan banyak ditemui pedagang kacang.
BACA JUGA: Balikpapan Promosi Pariwisata via Legenda Sepak Bola Dunia
Keindahan Maninjau serta Kelok 44 juga telah terekspose secara internasional berkat event balap sepeda internasional Tour de Singkarak yang rutin dilakukan.
Ada makanan khas yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Maninjau. Pertama, bubur jagung. Terbuat dari jagung manis, bubur itu disajikan hangat. Cocok untuk udara Maninjau yang sejuk. Selain itu ada juga Pensi atau kerang kecil yang direbus Bersama aneka rempah. Ahh, nikmat.
Keindahan Maninjau juga diakui oleh para tokoh bangsa. Tak ketinggalan, dua tokoh bangsa bahkan membuat karya sastra. Pertama pantun dari Presiden Pertama RI Soekarno.
"Jika adik memakan pinang, Makanlah dengan sirih hijau. Jika Adik datang ke Minang, Jangan lupa singgah ke Maninjau."
Karya kedua datang dari ulama besar negeri ini, Buya Hamka, yang memang berasal dari salah satu desa di Maninjau. Lewat goresan tangannya ulama pejuang itu menuliskan,
"Kota Melaka tinggallah sayang, Beta nak balik ke Pulau Perca. Walau terpisah engkau sekarang, Lambat laun kembali pula. Walau luas watan terbentang, Danau Maninjau terkenang jua."
Jadi, tunggu apalagi? Ayo eksplore Indonesia. (JPNN/Panji Dwi Anggara)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Manado Menuju Kota Pariwisata Dunia
Redaktur : Tim Redaksi