jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Heri Wibowo, Pr merespons Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Tingkat Nasional III di Jakarta yang berlangsung sejak 27 Oktober hingga 2 November 2023.
Menurut Romo Heri, Indonesia tidak terlepas dari pluralitas dan keberagaman karena itu jati diri bangsa.
BACA JUGA: Panitia Pesparani III: Hasil Dialog Kebangsaan Lintas Tokoh Agama Bakal Diterbitkan Jadi Buku
Lebih lanjut, Romo Heri mengatakan kekhasan bangsa Indonesia adalah walaupun berbeda-beda, tetapi satu juga seperti semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
“Oleh karena itu, Pesparani ini juga mau membawa semangat perdamaian di tengah hidup keberagaman dan kebangsaan,” ujar Romo Heri kepada JPNN.com di Jakarta, Selasa (1/11/2023).
BACA JUGA: Pesparani III Resmi Ditutup, Kontingen Maluku Juara Umum, Disusul Sulut dan Jateng
Menurut Romo Heri, hal ini juga sesuai dengan semangat “100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia”.
Romo Heri menegaskan kekatolikan itu tidak pernah bertentangan dengan Keindonesiaan. Keindonesiaan itu makin menguatkan kekatolikan.
BACA JUGA: Ketua KWI Ajak Peserta Pesparani III Jadi Duta Bhinneka Tunggal Ika
Pada kesempatan itu, Romo Heri merespons sejumlah kegiatan saat Pesparani termasuk Dialog Kebangsaan bertajuk “Bersatu Merajut Kebersamaan Dalam Keberagaman Memerkokoh Karakter Keindonesian Berdasarkan Nilai-nilai Pancasila” di Hotel Novotel - Mangga Dua Square, Jakarta, Senin (30/10/2023).
“Jadi, momen-momen seperti defile, seminar dan berbagai macam kegiatan (Pesparani, red), selain bersifat internal untuk menguatkan iman dan pembinaan musik dan liturgi gerejani, juga aspek keluarnya makin cinta tanah air,” ujar Romo Heri.
Menurut Romo Heri, jika semua cinta tanah air maka ada titik temu. Kalau berbicara doktrin-doktrin agama, pasti itu wilayah rumah tangga masing-masing, tetapi gerak ekspresi iman dari seluruh ajaran agama adalah kemanusiaan dan cinta tanah air.
“Itu kiranya menjadi titik temua,” ujar Romo Heri.
Selain itu, menurut Romo Heri, aspek lingkungan hidup juga menjadi aspek penting. Oleh karena itu, selama pelaksanaan Pesparani, komunitas Ladato Si berupaya mewujudkan Pesparani tanpa sampah.
“Itu titik temu, ya, kebangsaan, kemanusiaan dan lingkungan hidup. Kalau orang berbicara itu, apapun suku, agama, ras dan golongannya, parti setuju,” tegas Romo Heri.
Romo Heri menekankan kalau berbicara doktrin dan adat-istiadat masing-masing agama merupakan ruang dan nilai privat mereka. Namun, ruang privat itu mewujud dalam ruang realitas, yaitu perjumpaan.
“Jadi, Pesparani ini terjadi perjumpaan lintas keanekaragaman dari 38 provinsi. Semua berkumpul di Jakarta jadi satu,” ujar Romo Heri.
Romo Heri menambahkan Pesparani ini merupakan puncak dan sumber karena mereka sudah berproses dari di lokal, tempat masing-masing.
“Hal itu itu ditampakkan dalam kebersamaan yang lebih luas di Jakarta ini,” katanya.
Romo Heri berharap peserta Pesparani setelah kembali dari Jakarta mendapatkan semangat baru untuk mewujudkan keberagaman dan kebersamaan.
Dia mengatakan peserta Pesparani dari berbagai daerah datang membawa nlai-nilai kearifan lokal dan di Jakarta ini dirajut serta dikuatkan dan kembali membawa energi baru.
“Pesannya adalah makin beriman, makin peduli, dan makin mengasihi,” ujar Romo Heri.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari