Pesta Haram Tukar Pasangan, Harus Tunjukkan Buku Nikah

Kamis, 26 April 2018 – 06:33 WIB
Ilustrasi buku nikah. Foto: dok.JPG

jpnn.com, PALEMBANG - Kasus pasutri yang melakukan pesta haram dengan cara tukar pasangan alias swinger diduga terjadi di beberapa daerah.

Tak hanya di Kabupaten Malang, Jatim, di mana 3 pasutri pelaku swinger ditangkap Polda Jatim, 15 April lalu. Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) melakukan penelusuran via google dan menemukan blogspot Swinger Group Palembang.

BACA JUGA: Berita Terbaru Pasutri Tukar Pasangan Saat Berhubungan Intim

Selain Palembang, grup yang sama juga terindikasi ada di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, Balikpapan, Bengkulu, Bogor, dan lain-lain. Di masing-masing group, ada beberapa nama pasangan yang muncul menawarkan diri. Di grup Palembang contohnya, ada sekitar 9 nama pasangan seperti A dan D.

Keduanya bahkan menjelaskan tentang siapa mereka. “Kami pasutri Palembang yang ingin baru mencoba swinger dan mencari pasutri real,” tulisnya. Lengkap pengalaman swinger, email, juga nomor telepon.

BACA JUGA: Pasutri yang Doyan Tukar Pasangan Digerebek Tanpa Busana

Sumatera Ekspres lalu mengontak via Hp dan WhatsApp, berikut beberapa pasangan swinger lain di grup Palembang tersebut, namun tak ada yang merespons. Pasangan RZ-ST yang menulis “m40 f35 belum pernah swinger, pengen coba soft” hanya membaca WhatsApp Sumatera Ekspres. Sumatera Ekspres lalu mencari pasangan yang masuk dalam Swinger Group Jakarta, dan menghubungi DN via WhatsApp.

Di statusnya itu dia menyebut “Umur 40, istri 39, tinggi 170 istri 166, berat 55 kg dan istri 52 kg.” Untuk pengalaman sendiri, disebutnya baru mau mencoba. Dia mengaku butuh cewek. Saat ditawari tukar pasangan, DN menulis istrinya belum masih setengah-setengah, belum bulat. Setelah itu DN pun meminta foto original istri wartawan Sumatera Ekspres yang asli. “Nanti ketemu di Ambasador Jakarta,” tulisnya.

BACA JUGA: Polda Usut Praktik Tukar Pasangan di Banten

Agak berbeda dengan pasangan L dan A, statusnya justru langsung menawari praktik prostitusi swinger. “Kami pasangan 34 dan 29 siap service couple sensual massage, soft swing dan hard swing.”

Ditanya soal tarif, dia menyebut Rp700 ribu sudah termasuk sensual massage dan swinger, tapi kata dia, lokasi ketemuan di Jakarta bukan di Palembang. “Kalau minat kasih alamat hotel, kami hanya melayani couple,” ujarnya.

Salah seorang pengelola hotel di Palembang yang tak mau disebut namanya, mengaku praktik swinger ini sudah berlangsung lama, mungkin sekitar 10 tahun. “Ada komunitasnya. Baru sekarang saja terungkap di Surabaya. Selain di Surabaya, juga ada di Jakarta, dan Palembang mungkin saja ada,” ungkapnya, Rabu (25/4).

Dalam praktiknya, kata dia, swinger yang asli bukan praktik prostitusi, tapi suka sama suka. “Bahkan biasanya antarpasutri yang mau melakukan itu saling tunjuk surat nikah bahwa betul-betul istri sah orang tersebut. Alasannya daripada selingkuh, lebih baik swinger lebih aman, karena ini kan bukan kejahatan. Yang melakukan rata-rata berkelompok 3-5 pasangan (pesta seks, red),” bebernya.

Dikatakan, pada kasus seperti ini biasanya yang melakukan kalangan eksekutif muda. “Mungkin kalau lihat istri sendiri bosan, beda kalau coba yang baru. Tapi sebenarnya praktik swinger ini untuk memunculkan hasrat saja, senang saling tukar istri, setelah itu nanti kembali lagi ke istri masing-masing,” bebernya.

Untuk lokasi, ujarnya, bisa di rumah atau hotel. “Tapi kalau hotel, karena banyak pasangan paling tidak harus kamar besar contohnya suite. Makanya saya rasa jarang praktik itu di hotel,” ungkapnya.

Meski, kata dia, setiap tamu memiliki privasi masing-masing dan hotel pun tak berhak menanyai kepentingan tamunya. “Kecuali kalau kasus narkoba, kami kerja sama dengan kepolisian jika ada temuan atau hal mencurigakan. Tapi swinger tidak,” cetusnya.

Lalu bagaimana dengan grup swinger yang rambah internet? “Swinger ini sebenarnya privat, mana mau pasangan menampilkan diri seperti itu,” jelasnya. Jadi jika ada grup menawarkan diri via media sosial atau internet, kata dia, itu sudah jadi praktik prostitusi, cuma ala swinger.

“Kalau di media sosial itu ada cewek bispak atau bisyar yang suka long stay dan menerima tamu di hotel, ada juga girl friend experience (GFE), kalau ini ala swinger. Prostitusi itu juga banyak bentuk, intinya gaet pelanggan,” bebernya. Makanya beberapa pasangan biasanya memasang tarif.

Dia bahkan yakin prostitusi online itu sudah dimobilisasi dengan satu big bos meskipun sampai ke daerah-daerah. Tak heran jika di group swinger pun ada grup beberapa kota. “Cuma ada yang lewat muncikari, atau yang langsung ‘jualan’ sendiri. swinger pun begitu,” imbuhnya.

Di kasus ini, yang menawarkan diri biasanya orang level bawah, dan targetnya orang level atas. “Jadi orang level bawah menyediakan jasa swinger,” imbuhnya. Jika ada group Palembang, mungkin saja sedang di-create market-nya. “Itu bisnis,” cetusnya.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel, Herlan Asfiudin mengklaim tidak ada praktik swinger di hotel-hotel Metropolis. “Kami tak pernah menemukan kasus yang seperti itu,” terangnya.

Demikian juga Kabid Humas Polda Sumsel, AKBP Slamet Widodo memastikan hingga saat ini belum ada laporan masyarakat terkait praktik swinger. “Kalau ada situsnya, kita akan telusuri dulu keberadaan situs tersebut,” bebernya. (qiw/vis/fad/ce2)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler