jpnn.com - jpnn.com - Institute for Transformation Studies (Intrans) sejak awal memetakan suara pilkada DKI di media sosial. Layanan jejaring sosial yang dipilih adalah Facebook.
Dengan menyambungkan kaidah-kaidah survey politik yang biasa dilakukan dengan menggunakan platform media sosial, Intrans menggunakan Facebook Lead Form. Aplikasi itu memungkinkan untuk melakukan verifikasi data dengan persetujuan kedua pihak (responden dan Intrans).
BACA JUGA: Prabowo Pengin Ahok Dipenjara Sekarang Juga
"Facebook dengan kebijakan privasi yang ketat, menutup kemungkinan terjadinya login berkali-kali dengan akun yang sama," kata Direktur Intrans Andi Saiful Haq dalam keterangan persnya, Selasa (14/2).
Andi Saiful menjelaskan, Lead Form juga memungkinkan untuk menyasar kelompok umur, lokasi dan demografi yang sesuai dengan kaidah survey politik.
BACA JUGA: Tenang, Pendukung Ahok-Djarot Tak Perlu Resah
"Berbeda dengan platform lain, Twitter Polling misalnya yang sangat rentan untuk diserbu oleh fake akun untuk mendongkrak perolehan suara pasangan tertentu, Facebook Leads menutup terjadinya kemungkinan tersebut," katanya.
Intrans melakukan tiga periode pengukuran dengan menggunakan FB Lead, masing-masing 10 hari untuk setiap periode Leads.
BACA JUGA: Pengusaha Ini Mengaku Sangat Terbantu Program OK OCE
Dari tiga periode itu sekitar 7.809 orang yang sudah memberikan persetujuannya untuk menjadi responden telah mengisi daftar pertanyaan yang kami berikan. Untuk melengkapi data, Intrans juga melakukan dua kali polling survey di Facebook pada saat debat pertama dan terakhir.
Data inilah yang kemudian kami sandingkan dengan data hasil pengamatan dan tracking perbincangan dan sentimen tentang tiga pasangan calon di media sosial. Intrans mencoba mengukur lima platform: Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan Google+ (meski Google+ akhirnya tidak kami sertakan di beberapa data).
Dua metode yang coba disandingkan oleh Intrans ini memang menemui kerumitan ketika mencoba mengerucut pada kesimpulan mengenai elektabilitas. Atau lebih tepatnya, bagaimana sebuah data percakapan bisa menghasilkan sebuah formula untuk menetapkan elektabilitas.
Dari metode itu, Intrans mendapatkan tiga hal. Pertama, dengan menggunakan Facebook Lead, dengan tingkat validitas tinggi dalam hal wilayah, demografi, dan jawaban akan pertanyaan, maka berbagai percakapan berbasis geografi dan demografi bisa diverifikasi sebagai sample penelitian.
Kedua, perbincangan dan sentiment di media sosial, ditujukan pada respon terhadap konten yang diposting oleh akun-akun sumber (official account atau akun relawan).
Ketiga, data penelitian menjadi lebih simple dan tidak melebar ke akun-akun influencer, dengan asumsi bahwa influencer dipastikan juga mengambil konten darin akun-akun utama pasangan calon.
Dari proses yang dilakukan Intrans dengan dihubungkan dengan elektabilitas tiga kandidat Pilkada DKI, ditemukan bahwa pasangan Basuki Tjahaha Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat unggul dengan angka 50 persen, disusul Anies Baswedan-Sandiaga Uno 30,5 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 19,5 persen.
Sementara dengan menggunakan perbincangan, setimen dan respon audiens, pasangan Ahok-Djarot unggul dengan angka 51 persen, disusul Anies-Sandi 25 persen dan Agus-Sylvi 24 persen. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilkada DKI 2017, Layanan Transjakarta Tetap Normal
Redaktur : Tim Redaksi