Tahun lalu, Pemerintah Federal Australia sudah membahas visa pertanian, dengan tujuan mendatangkan pekerja asing untuk mengatasi kurangnya tenaga kerja di sektor pertanian.
Menurut Menteri Pertanian Australia David Littleproud, visa pertanian "mulai berlaku" pada 1 Oktober menyusul perubahan aturan migrasi.
BACA JUGA: BPDPKS Punya Kabar Gembira untuk Petani Sawit
Namun, tiga bulan kemudian, tidak ada pekerja asing yang tiba dengan skema visa baru tersebut.
David mengatakan visa tersebut kini menjadi tanggung jawab Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia.
BACA JUGA: Omicron Pecahkan Rekor Harian, Australia Tetap Pilih Ekonomi di Atas Kesehatan
"Yang kami tunggu sekarang adalah [kesepakatan] bilateral dengan sejumlah negara Asia Tenggara, [Menteri Luar Negeri] Marise Payne sedang menegosiasikan," katanya kepada kanal berita Sky News.
"Kami berharap dan kami sangat yakin ia akan segera menyelesaikan kesepakatan itu."
BACA JUGA: 1.764 Ton Ikan Mati di Danau Maninjau, Kerugian Petani Mencapai Rp 35,28 Miliar
"Tetapi kita harus menghargai sampai negara-negara ini setuju untuk bergabung. Bukan karena Australia dengan arogan mengeluarkan visa pertanian, tidak berarti semua orang menyetujuinya."
David mengatakan Pemerintah Australia sebenarnya berharap sejumlah negara, termasuk Indonesia, menandatangani visa pertanian sebelum Natal.
Namun kini Pemerintah Australia berharap bisa melakukannya di bulan Januari. Baru percaya jika sudah terwujud
Kepala eksekutif Asosiasi Petani di Kawasan Australia Utara, Paul Burke mengatakan pelaku sektor pertanian sudah skeptis jika visa pertanian akan siap sebelum Natal tahun lalu.
"Memang masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan di negara-negara peserta … tetapi saya akan sangat terkejut jika visa tidak dikeluarkan pada Februari atau Maret [tahun depan]," katanya.
"Australia Utara telah mengajukan diri untuk program percontohan visa ini, seperti yang kami lakukan untuk memulai kembali program pekerja musiman."
Kepala eksekutif Australia Utara Cattlemen's Association, Will Evans, mengatakan optimis jika visa akan dikeluarkan pada tahun 2022, meski ia tetap harus mengantisipasi jika rencana ini tidak terwujud.
"Saya pikir kami akan bersikap skeptis terhadap beberapa detail dari [visa] ini," katanya.
"Menemukan tenaga kerja di kawasan regional telah menjadi tantangan besar bagi kami, terutama untuk beberapa peternakan terpencil, dan tidak adanya backpacker menjadi tantangan lain."
"Sekarang kita telah dijanjikan akan ada solusinya, tetapi saya akan mempercayainya jika sudah terwujud."
Diproduksi oleh Mariah Papadopoulos dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penularan COVID-19 di Sydney Terus Naik, Angka Kasus Harian Mencapai Lebih dari 20 Ribu