jpnn.com - jpnn.com - Mahalnya harga cabai di pasaran membuat petani tanaman penghasil buah untuk penguat rasa masakan itu lebih waspada. Sebab, maling pun kini mengincar cabai.
Di Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pencuri biasanya menggunakan sebilah bambu yang telah dibelah pada beberapa ruasnya. Setelah itu, tanaman cabai cukup dimasukkan ke dalam bambu tersebut. Kemudian bambu ditarik hingga seluruh cabainya tercerabut.
BACA JUGA: Cabai Setan Masih Rp 200 Ribu per Kilogram
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sukomakmur Taufik Rahman mengatakan, beberapa waktu lalu satu ladang di Dusun Kaliduren disatroni pencuri. “Bahkan sampai hampir seluruh cabainya habis,” tuturnya
Kini, petani pun melakukan pencegahan. Yakni dengan menjaga tanaman cabai mereka.
BACA JUGA: Gubernur: Ndak Makan Cabai, Tidak Mati
“Kami memang belum pernah lapor ke polisi. Petani memilih menyiasatinya dengan berjaga malam di ladangnya masing-masing,” katanya.
Hanya saja, katanya, jaga malam membuat petani cabai mengeluarkan biaya dan energi lebih banyak. Namun, hal itu terpaksa harus dilakukan agar tanaman mereka tidak dicuri.
Menurut Taufik, menanam cabai memang membutuhkan tenaga, pikiran dan biaya ekstra. Apalagi komoditas itu mengandung risiko yang jauh lebih besar dibandingkan menanam padi.
BACA JUGA: Begini Cara Ketua DPR Merespons Kenaikan Harga
Tetapi jika mendapat harga bagus, petani cabai dipastikan untung besar. “Dengan masa panen 3-5 hari sekali setelah umur cukup, kami dituntut untuk kreatif. Ini supaya biaya operasional bisa ditekan, tanpa mengurangi kualitas cabai,” jelasnya.
Sementara Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, kenaikan harga cabai yang sangat tinggi sudah masuk kondisi rawan. Dia meminta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan Dinas Perdagangan Jawa Tengah mengecek stok cabai yang ada.
Ganjar bahkan mengimbau masyarakat untuk mulai menanam cabai di rumah. “Apabila tidak memiliki lahan, maka bisa menggunakan pot,” katanya saat berkunjung ke Magelang.
Menurut dia, penyebab meroketnya harga cabai, terutama rawit merah karena banyak hasil panen di Jawa tengah dijual ke luar Jawa. Artinya, perniagaan cabai hanya memutar saja.
“Rencananya kita akan membeli cabai dari Sulawesi Selatan, agar harga bisa ditekan,” ujar Ganjar.(ady/dem/jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cabai Makin Pedas, Bisa di Atas Rp 100 ribu
Redaktur & Reporter : Antoni