Pemerintah Indonesia melibatkan TNI untuk membantu para petani menanam padi di tengah berkepanjangannya masa kemarau.
Kondisi iklim tersebut turut menyebabkan turunnya produksi beras, kenaikan harga, peningkatan impor, dan munculnya ancaman pertahanan pangan.
BACA JUGA: Kogabwilhan III Punya Program Prima TNI Mutiara Papua, Ini 10 Wilayah Sasarannya
Fenomena iklim El Niño telah memperlambat masa penanaman padi di Indonesia.
Karenanya, Presiden Joko Widodo meminta unsur TNI, Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk membantu petani memanfaatkan hujan yang turun belakangan ini.
BACA JUGA: Momen Polisi dan Petani Makan di Kebun Sambil Sosialisasi Pemilu Damai 2024, Lihat
“Karena hujan sudah mulai di banyak provinsi, kami ingin mendorong agar petani segera memulai menanam padi,” ujar Presiden Jokowi saat berkunjung ke Kabupaten Pekalongan di Jawa Tengah, dalam postingan YouTube Sekretariat Presiden, Rabu kemarin.
"Kemarin, karena adanya El Niño, jadi agak mundur sedikit. Jadi ini segera kita kejar sehingga, tanam! tanam! tanam!" ujarnya sambil berdiri di samping sawah yang baru ditanami padi.
BACA JUGA: 183 Pati TNI Kena Mutasi, Pangdam dan Kapuspen Diganti, di Sini Selengkapnya
Pasokan beras global juga semakin menipis tahun ini karena El Niño, yang menyebabkan cuaca lebih panas dan kering di Asia Tenggara, sehingga mengurangi jumlah produksi di negara-negara produsen dan konsumen utama.
Harga-harga di pusat ekspor utama Asia pun telah naik sebanyak 45% ke level tertinggi dalam 15 tahun setelah India, pemasok utama beras di dunia, membatasi ekspor.
Kekeringan ini turut menunda masa penanaman di Indonesia untuk panen tahun 2024, setelah produksi tahun ini turun menjadi 30,9 juta ton dari 31,53 juta ton tahun lalu.'Hal baik'
Qomarun Najmi, anggota pengurus Serikat Petani Indonesia (SPI) mengatakan dilibatkannya Babinsa untuk membantu petani merupakan "hal baik yang bisa dilakukan."
"Dan akan lebih baik lagi kalau disesuaikan dengan kebutuhan petani," kata Qomarun yang juga adalah petani padi di Sleman, Yogyakarta ini.
Menurutnya, kebutuhan petani terkait informasi, pengetahuan, dan teknologi adaptasi akan lebih mudah diakses dengan jaringan Babinsa.
"Masalah utama ya keterbatasan air, berikutnya tentang keterbatasan pupuk," katanya.
"Kekeringan memang dampak dari fenomena El Nino, dan dampak dr perubahan iklim secara umum. Upaya adaptasi dan mitigasi risiko kekeringan ini harus dilakukan untuk menjaga produksi pangan, juga antisipasi kegagalan panen."
Qomarun mengatakan isu iklim telah banyak kali berdampak pada petani, bahkan kondisinya sempat lebih buruk dari sekarang.
"Pemerintah telah melakukan tugasnya dengan baik dalam memberikan informasi kepada kita tentang El Nino dan dampaknya, termasuk merekomendasikan penyesuaian musim tanam agar kita tidak kekurangan air saat panen," ujarnya.
Qomarun mengatakan menghadapi fenomena ini, serikat pekerja juga telah menyiapkan benih lokal dan teknologi yang adaptif terhadap kekeringan, termasuk pupuk yang bisa dibuat sendiri oleh petani.
"Tetapi kita memerlukan dukungan pemerintah dalam mengembangkan teknologi ini secara masif," ujarnya.
Sugiono, seorang petugas Babinsa, mengatakan kepada Jokowi kalau dia telah mengikuti pelatihan penanaman padi selama sebulan untuk membantu para petani, dalam video kunjungan Jokowi.Kekurangan tenaga generasi muda
Awal bulan ini, Menteri Pertanian Indonesia dan Panglima TNI menandatangani perjanjian kerja sama yang melibatkan anggota TNI untuk membantu pertanian dan memanfaatkan lahan TNI yang tidak digunakan untuk penanaman bibit dan menggunakan mesin yang disediakan oleh Kementerian Pertanian.
“Beberapa petani mempunyai lahan tetapi kekurangan tenaga kerja karena mereka mulai tua sementara generasi muda lebih memilih bekerja di pabrik, jadi TNI bisa membantu dengan peralatan dan personel,” kata kepala pusat TNI Julius Widjojono.
Meskipun biasanya hanya satu Babinsa yang ditugaskan di sebuah desa, Julius mengatakan bahwa petugas tersebut dapat mencari tahu kebutuhan tenaga kerja penanaman. Dari situ, unit TNI terdekat bisa dikerahkan.
Awal bulan ini, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan bahwa di masa lalu, keterlibatan TNI telah membantu Indonesia mencapai kecukupan pangan, dan dengan kerja sama yang diperbaruhi ini, mereka bisa membantu negara mengurangi impor beras.
Indonesia menjadi salah satu importir beras terbesar setelah perusahaan pengadaan negara, Bulog, ditugaskan untuk mengimpor 3,5 juta ton tahun ini.
Minggu ini, Bulog mulai membeli beras melalui sebanyak 534.000 ton di tender internasional, yang diperkirakan akan datang akhir Januari menurut para pedagang Eropa.
Area penamanan padi di Indonesia antara bulan September dan November sudah menurun sebesar 53,61 persen dibandingkan tahun lalu, menurut data Kementerian Pertanian.
Tiap tahunnya, bibit yang ditanam pada triwulan terakhir biasanya menghasilkan panen utama untuk tahun berikutnya.
Namun, pemerintah telah memperkirakan kalau produksi beras akan meningkat menjadi 32 juta ton di 2024, dan panen tertinggi akan ada pada bulan Maret dan April akan menghasilkan 10 juta ton, 14% lebih tinggi daripada tahun ini.
Artikel ini juga diproduksi oleh Chynthia Wijaya-Kovac dari laporan ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Upaya JBB dan Geovana Tingkatkan Minat Pemuda Terhadap Pertanian