Petani Milenial di Kalsel Raup Untung Manisnya Membudidayakan Melon Borneo

Selasa, 02 April 2024 – 16:37 WIB
Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) On the Spot. Foto: tangkapan layar

jpnn.com - TANAH LAUT - Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) menggelar Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) On the Spot dari lahan pertanian milik petani milenial Prastio Kuntoro, Selasa (2/4) dengan tema “Melon Borneo, Saranghaeyo”.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan tema itu diambil terinspirasi dari kata sarangheyo yang artinya “I love atau Jatuh Cinta” kepada Melon Borneo.

BACA JUGA: Harga TBS Kelapa Sawit di Riau Terus Naik, Petani Full Senyum

Dedi mengungkapkan saat ini Kementan sedang berupaya untuk melahirkan wirausaha muda di sektor pertanian, salah satunya adalah Prastio Kuntoro dari Tanah Laut, yang berkecimpung di budi daya melon.

“Melon borneo bisa menghasilkan duit yang banyak, dengan rumah kaca 10 x 30 meter hasilnya 3 ton. Jadi, kalau satu hektare itu berarti hasilnya 100 ton, dengan harga kira-kira 35.000/kg. Berarti satu bulan bisa mencapai dua miliar, artinya duitnya gede, siapa yang tidak cinta, siapa yang tidak mau jadi petani seperti ini,” ujarnya.

BACA JUGA: MSPP: Kementan Ingin Teknologi Sektor Pertanian Dioptimalkan Demi Peningkatan Produktivitas

Dedi menjelaskan bahwa Prastio Kuntoro ini salah satu alumni dari magang di Korea Selatan, yang merupakan kerja sama Kementan dengan pemerintah Korea.

"Selama di Korea Selatan, mereka berlatih apa itu smart farming, varietasnya, green house, fertigasinya, nutrisinya, hidroponiknya, teknik budi daya. Kemudian petani milenial ini berkunjung ke smart farming yang ada di sana, dan berbagai komoditas. Setelah kembali ke Indonesia, mereka kemudian membangun seperti yang ada di sana,” ujarnya.

BACA JUGA: Penyuluh Pertanian Siap Dampingi Petani saat Panen Raya 2024

Dedi menambahkan, petani muda saat ini harus mempunyai jiwa wirausaha, harus kreatif dan inovatif untuk membangun sektor pertanian.

"Petani yang seperti itu (memiliki jiwa wirausaha tinggi) yang akan mampu menggenjot produktivitas sehingga ke depan produk bertambah bahkan bisa diekspor dan diterima di pasar internasional,” kata Dedi.

Prastio Kuntoro yang akrab disapa Kuntoro mengungkapkan, sebelumnya dirinya adalah seorang petani horti, tetapi karena sistemnya kurang, mencoba beralih dengan mencari komoditas lainnya dan memutuskan untuk fokus pada budi daya Melon Borneo. Hal ini dikarenakan melihat omzetnya yang besar.

Kuntoro banyak belajar melalui media sosial dan memanfaatkannya untuk mengembangkan usahanya serta sampai bisa ikut pelatihan ke Korea Selatan yang diadakan oleh Kementan.

Dia menambahkan bahwa untuk pengembangannya dilakukan dengan membuat Green House Melon Borneo dengan modal awalnya juga dapat dari KUR sebanyak 100 juta untuk membangun sistem pertanian modern.

“Sampai saat ini ada 12 green house yang telah dibangun dan populasi tanamannya setiap green house ada 850 pohon. Brix melon borneo ini sudah mencapai lebih dari 16 sehingga sudah bisa diekspor,” kata Kuntoro.

Kesuksesan yang diraih Kuntoro sejalan dengan seruan Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran agar masyarakat bisa mengonsumsi buah lokal Indonesia.

Selain rasa yang enak dan variasi buah yang berlimpah, mengonsumsi buah lokal dapat menyejahterakan petani lokal.

"Mencintai produk lokal itu sama dengan mencintai merah putih, mencintai bangsa Indonesia, mencintai negeri ini dan mencintai petani," ujar Mentan Amran.

Kesuksesan Kuntoro tak lepas dari dukungan pemerintah, baik pusat maupun daerah salah satunya adalah Syamsir Rahman selaku PJ Bupati Tanah Laut yang menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Tanah Laut terus mendukung sektor pertanian dan mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Prastio Kuntoro.

"Jarang petani milenial mau berkembang dan berinovasi, dan nantinya bisa memberikan motivasi petani lainnya, sebab Kalsel ini akan menjadi gerbang IKN. Saya sebagai Pj. Bupati Tanah Laut, dan juga sebagai Kepala Dinas Pertanian Provinsi mengapresiasi dan siap mendukung apa yang dibutuhkan oleh petani seluruh Kalsel," katanya.

Syamsir berharap agar program atau kegiatan apa pun yang telah dilakukan tersebut, dapat disampaikan kepada seluruh bupati dan penyuluh yang lainnya agar dapat memperoleh pengetahuan dan inovasi baru dari kegiatan yang telah dilakukan Bupati Tanah Laut.

Sudarto selaku penyuluh pertanian pendamping mengatakan bahwa penyuluhan diberikan dengan baik dan dengan menggunakan media sosial khususnya dimanfaatkan untuk promosi dan mencar pengetahuan serta peluang pasar yang ada untuk mendukung pengembangan bisnis.

"Selain melalui medsos diperlukannya membangun relasi dengan investor dan pengusaha luar dengan mem-branding petani milenial yang sudah mendapat pelatihan di Korea Selatan,” katanya.

"Ketika ada yang memberikan suatu pendapat maka akan dipertimbangkan dan dilakukan kebijakan yang sesuai,” imbuhnya. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler