jpnn.com, MADURA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) kerap menyampaikan bahwa, Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus mengoptimalkan SDM Pertanian terutama petani milennial baik di desa maupun di kota (urban farming dan family farming) untuk menggenjot produksi dan produktivitas bahkan sampai menuju pasar ekspor.
Mentan SYL juga menegaskan bahwa keyakinan pada anak muda para generasi milennial di bidang pertanian ini terus meningkat.
BACA JUGA: Pertanian Tak Boleh Berhenti, BPPSDMP Kementan Bahas Implementasi Closed Loop
"Saya yakin mereka itu berkembang, dan saya percaya anak muda yang mau terjun dibidang pertanian, punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik," kata Mentan.
“Apalagi dengan memanfaatkan tekhnologi yang tersedia maka dunia dalam genggaman. Generasi millennial bidang pertanian saat ini tak hanya sekadar bertani, tetapi juga cerdas berwirausahatani dengan memanfaatkan teknologi," tambah SYL
BACA JUGA: Ini Bukti Negara Peduli dan Perhatikan Nasib Para Petani
Mahfudz (26 tahun), petani milenial asal Kabupaten Sampang, Madura, alumni Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Kawasan Bagi Petani Muda yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan (BBPP) Ketindan, cakap membaca peluang pasar berbudidaya tanaman melon.
Budidaya melon yang dilakukan Mahfudz sejak tahun 2016 ini, memang sudah memiliki pasar buah segar yang cukup baik. Kota-kota besar seperti Surabaya, Malang dan Jakarta sudah dijajakinya.
BACA JUGA: Keuletan KWT Liman Benawi Dapat Pujian dari BPPSDMP Kementan
Dengan luas lahan 1 Ha, Mahfudz bisa menghasilkan 20-30 ton/ha/ dengan harga jual Rp.8000-Rp.10.000/ kg. Dalam satu tahun tanam, Mahfudz menanam 4 kali dan sekali panen mencapai 60-70 juta, jika diasumsikan omzetnya mencapai 250 juta rupiah.
Meskipun sudah mendapatkan hasil yang cukup besar dari berjual produk buah segar, Mahfudz masih belum puas untuk berkreasi. Melihat potensi buah melon yang berukuran kecil dan cacat tetapi tidak rusak dan tidak laku dipasaran, ia kemudian berinovasi.
Buah tersebut diolah menjadi produk pascapanen bernilai ekonomis tinggi. Produk olahan dipasarkan dengan brand “Napote Fruit”berupa dodol, sirup, selai dan jus melon merupakan bahan pangan lokal berkualitas ekspor.
Mahfudz mengatakan bahwa dari hasil berjualan produk olahan tersebut, ia saat ini mendapatkan tambahan penghasilan sebesar 2-3 juta rupiah/sekali produksi.
Dalam sebulan, biasanya ia mampu berproduksi sebanyak 4 kali bahkan lebih. Hal ini tergantung dari stok bahan mentah dan orderan konsumen yang diperoleh melalui pemasaran media online.
“Sebagai Ketua Kelompok Gemah Ripah Arrahmah, saya berharap kedepannya dapat berproduksi setiap hari dan secara kontinu," ujar Mahfudz.
Ia juga bekerjasama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) saat ini sebanyak 7 orang dari ibu-ibu KWT dijadikan sebagai karyawan tetap. Rata-rata mereka berpenghasilan Rp.100.000/hari.
Kesuksesan di dalam berbudidaya melon dari on farm bahkan sampai ke off farm bukanlah hasil kerja keras sendiri.Tentu ada pihak-pihak yang membantu dan men-support.
Mereka adalah para widyaiswara dari BBPP Ketindan, Penyuluh Kecamatan Sokobanah, Dinas Pertanian Kabupaten Sampang dan Pemerintah Kabupaten Sampang.
Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) mengatakan, inilah waktu yang tepat bagi petani untuk menjadi pahlawan bangsa.
Petani milenial harus mampu menjadikan aktivitas tidak hanya on farm tetapi mampu menuju off farm yang lebih memiliki nilai jual, terutama pascapanen dan olahannya.
"Petani milenial harus mampu membuat terobosan-terobosan baru, dan harus mau berinovasi di zaman Industri 4.0 ini,” pungkas Dedy.(ikl/jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi
Reporter : Tim Redaksi, Djainab Natalia Saroh