Peternak Ayam di Asia Diminta Tidak Menggunakan Kandang Baterai, Ini Alasannya 

Jumat, 01 Desember 2023 – 11:10 WIB
Peternak ayam di Asia diminta tidak menggunakan kandang baterai. Foto dok. AFFA

jpnn.com, JAKARTA - Peternakan ayam petelur dengan menggunakan kandang baterai dinilai sebagai bentuk kekejaman dalam industri makanan.

Oleh karena itu, banyak perusahaan makanan yang beroperasi di Asia berupaya untuk mengurangi pasokan dari peternak dengan cara tersebut.

BACA JUGA: Danamas Jalin Kemitraan dengan Ribuan Peternak Ayam

"Kandang baterai merupakan salah satu bentuk sistem pengurungan hewan yang paling kejam dalam industri makanan," ungkap Among Prakosa, direktur pelaksana Act for Farmed Animals, koalisi organisasi perlindungan hewan Animal Friends Jogja dan NGO internasional Sinergia Animal dalam keterangan tertulisnya, Jumat (1/12).

Laporan yang dirilis oleh NGO Internasional Sinergia Animal menunjukkan tren positif, makin banyak perusahaan makanan memenuhi komitmen mereka untuk meninggalkan penggunaan telur dari kandang baterai dalam rantai pasok mereka.

BACA JUGA: Salah Satu Peternak Ayam Terbaik di Dunia Memecahkan Misteri Genetik Tubuhnya di Usia 50 Tahunan

Perusahaan beralih ke sistem produksi dengan kesejahteraan yang lebih tinggi. 

"Kami bangga dan senang melihat bahwa sebagian besar dari mereka telah menanggapi janji-janjinya secara serius dengan menerapkan kebijakan tersebut serta melaporkan perkembangannya," lanjutnya.

BACA JUGA: Bantu Peternak Ayam, Yuk Beli Telur

Survei yang dilakukan oleh Sinergia Animal di 5 negara Asia (India, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Thailand) menunjukkan bahwa 55 perusahaan tidak lagi menggunakan telur yang berasal dari kandang baterai.

Tahun ini, 21 perusahaan melaporkan kemajuan mereka, meningkat dari hanya 8 perusahaan di laporan tahun lalu. 

Di antara perusahaan tersebut adalah Accor, Four Seasons, ISS World, Marriott, Minor International, RBI, SaladStop!, The Peninsula Hotels, dan Unilever.

Hal tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 162,5% dibandingkan dengan survei tahun lalu.  

"Melihat perusahaan-perusahaan memprioritaskan transparansi, dan mendengarkan konsumen yang menginginkan makanan mereka diproduksi dengan cara yang lebih welas asih tentu sangat menggembirakan," ungkap Among.  

Laporan pelacakan bebas kendang baterai mengelompokkan perusahaan jasa makanan, perhotelan, dan ritel ke dalam 4 tingkatan (A sampai D).

Tingkat A mewakili perusahaan yang melaporkan bahwa mereka telah sepenuhnya beralih memakai telur bebas kandang baterai. 

Tingkat terendah, D, mewakili perusahaan yang telah mempublikasikan komitmen bebas kandang baterai, tetapi belum membagikan kemajuan dalam hal penerapannya.

Laporan tahun ini juga menunjukkan lebih sedikit perusahaan yang berada di tingkat terendah.

Tahun lalu, 30% perusahaan berada di Tingkat D, dan hanya 20%  di tahun ini. Di antara perusahaan yang masih berada di Tingkat D adalah perusahaan-perusahaan multinasional seperti Best Western, Focus Brand, dan Subway.

"Meskipun sangat menjanjikan melihat adanya tren pelaporan yang lebih tinggi, tetapi juga memprihatinkan bahwa beberapa perusahaan belum menunjukkan upaya untuk memenuhi komitmen bebas kandang baterai mereka, padahal sudah seharusnya melakukan yang terbaik untuk konsumen mereka," tuturnya.

Menurut FAO, Asia merupakan wilayah penghasil telur terbesar di dunia, menyumbang lebih dari 64% produksi telur global.

Kawasan ini merupakan rumah bagi setidaknya 3,1 miliar ayam petelur, yang sebagian besar dikurung dalam sistem produksi kandang baterai. 

Sistem ini membatasi ayam untuk mengekspresikan perilaku alami mereka (seperti berjalan bebas, mematuk, dan melebarkan sayap sepenuhnya) karena mereka menghabiskan seluruh hidup mereka dalam ruangan yang sangat sempit.

Sebab, masalah kesejahteraan, kandang baterai konvensional ini telah dilarang di Uni Eropa dan beberapa negara lainnya. 

Di sektor korporat, lebih dari 2.500 perusahaan makanan besar di seluruh dunia telah membuat komitmen untuk hanya membeli dan menjual telur yang berasal dari sistem  non-kandang baterai, termasuk lebih dari 250 komitmen khusus dibuat di Asia.

Masih ada jalan panjang yang harus dilalui untuk sepenuhnya meninggalkan kandang baterai di Asia. 

"Kami mengundang konsumen dan pelaku bisnis untuk membaca laporan pelacakan bebas kendang baterai ini serta mendukung langkah untuk menuju sistem produksi pangan yang lebih ramah lingkungan," tutupnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPD RI: Ini Jadi Ancaman Bagi Peternak Ayam Lokal


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler