jpnn.com, JAKARTA - Wakil Direktur Representatif TPN Ganjar-Mahfud Charles Honoris menilai Prabowo Subianto kurang memahami perbedaan antara stunting dan gizi buruk.
Charles mengatakan Ganjar Pranowo bahkan harus memberikan penjelasan perbedaan mendasar stunting dan gizi buruk agar Prabowo Subianto tidak bingung.
BACA JUGA: TPN Sebut Tema Debat Kelima Jadi Kekuatan Ganjar Pranowo
“Ganjar Pranowo harus memberi penjelasan tentang perbedaan dua kondisi gangguan tumbuh kembang anak tersebut agar Prabowo tidak bingung," kata Charles.
Charles menyampaikan publik pun bertanya-tanya tentang dasar dari program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo Subianto.
BACA JUGA: 20 Ribu Pengusaha & Pekerja Bakal All Out Menangkan Prabowo-Gibran Sekali Putaran
Sebab, stunting hanya dapat dicegah dengan asupan gizi yang memadai sejak ibu hamil.
"Stunting pada anak hanya bisa dicegah lewat asupan bergizi sejak ibu hamil dan anak sebelum dua tahun. Selebihnya tidak bisa, karena defisiensi nutrisi sudah terjadi dalam jangka waktu lama (kronis) dan menimbulkan dampak permanen," ujarnya.
Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi IX DPR itu menjelaskan kondisi gizi buruk bisa diperbaiki berapa pun usianya.
Gizi buruk terjadi ketika berat badan anak lebih rendah daripada rentang angka normal anak seusianya, dan kondisi ini dapat diperbaiki tanpa memandang usia anak.
Charles berpendapat setelah penjelasan Ganjar Pranowo dalam debat terakhir, Prabowo seharusnya memahami perbedaan antara stunting dan gizi buruk.
Oleh karena itu, Prabowo diminta tak mencampuradukkan penggunaan kedua istilah tersebut saat berkampanye di masyarakat.
Menurut Charles, tindakan semacam itu hanya akan membingungkan masyarakat dan dapat merusak edukasi kesehatan yang selama ini sudah dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.
"Jadi, setelah Ganjar menjelaskan beda stunting dan gizi buruk dalam debat terakhir, Prabowo seharusnya paham dan hendaknya jangan lagi mencampuradukkan penggunaan dua istilah tersebut saat berkampanye di masyarakat. Karena, membuat masyarakat semakin bingung, dan mendistorsi edukasi kesehatan masyarakat yang selama ini sudah dilakukan pemerintah lewat Kementerian Kesehatan," ujar Charles.(mcr10/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul