Petugas ATC Justru Bingung Saat Radar Bandara Mati

Kamis, 20 Desember 2012 – 07:07 WIB
JAKARTA-Sungguh memilukan! Pelayanan publik yang sangat vital seperti bandara tidak dikelola profesional. Radar mati di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) karena sistem Uninterruptable Power Supply (UPS) bermasalah seharusnya masih bisa diback-up bandara lainnya. Sayangnya, hal ini tidak dilakukan. Sebab, petugas Air Traffic Control (ATC) Center Cengkareng ternyata kurang sigap dan terlatih.

’’Kalau radarnya failed setahu saya masih bisa di-back-up, misal Makassar dan Soekarno-Hatta bisa saling back-up. Saya nggak tahu kenapa. Mungkin lama nggak latihan, orang jadi bingung mau apa,’’ ujar staf ahli dari PT Angkasa Pura II, Pekik Dahono dalam jumpa pers Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) "Menyoroti Masalah Electrical Failure pada Menara ATC Bandara Soekarno-Hatta dan Perlunya Audit Manajemen Teknologi Pengelolaan ATC di Indonesia" di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (19/12).

Selain itu, Pekik mengatakan, proses sertifikasi petugas ATC sangat panjang. Sehingga proses regenerasi petugas ATC pun bergerak lambat. Bahkan, yang sudah pensiun terkesan masih dipekerjakan. ’’Mereka kurang persiapan tentang itu,’’ kata Pekik

Training center yang sudah dilakukan selama ini pun dirasa minim karena lebih banyak dilakukan vendor. Ada krisis SDM. Gaji bagus, training sangat kurang. ’’Kalau ada (pelatihan), dari vendor yang cenderung bias,’’ lanjutnya.

Wakil Ketua IATI, Hari S Noegroho juga mengakui hal tersebut. Menurut Hari, para petugas ATC kurang terlatih untuk menghadapi situasi-situasi darurat seperti matinya radar pada Minggu lalu.

’’Jangan sampai mereka tidak bisa spontan melakukan tindakan darurat. Kalau mereka bilang sudah latihan, harusnya dicek apakah pelatihan sudah dilakukan sesuai prosedur,’’ kata Hari.

Radar dan listrik mati di Bandara Soetta sudah beberapa kali terjadi, bukan cuma Minggu (16/12/2012) lalu. Untuk mencegah agar kondisi darurat mendadak yang membahayakan keselamatan penerbangan ini tidak terulang, Bandara Cengkareng bisa bekerja sama dengan Bandara Halim Perdanakusumah.

’’Di Jakarta itu radar itu nggak cuma di Soekarno-Hatta, tapi juga ada di Halim. Alangkah bagusnya kalau bisa saling membantu di kondisi disaster,’’ ujar Wakil Ketua Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) Hari Noegroho.

Hari menambahkan, masalah pada Bandara Soetta pada Minggu terjadi pada sistem Uninterruptible Power Supply (UPS). Namun yang perlu diperhatikan, bagaimana di saat darurat itu bisa menciptakan kesinambungan manajemen pengawasan di menara Air Traffic Control (ATC) dan bandara.

’’Harus ada manajemen risiko ATC. Yang dilakukan ATC, risikonya sangat beda dengan bandara. Bandara lebih memenuhi kebutuhan kepuasan penumpang. Kalau ATC ada kegagalan, entah sistem atau orangnya, bukan saja dampak pada citra tapi juga jiwa. Risiko yang tinggi perlu pengelolaan manajemen risiko yang baik,’’ jelas dia.

Seperti diberitakan, pada pukul 16.55 WIB, Minggu (16/12) radar Bandara Soekarno-Hatta mati yang mengakibatkan 64 jadwal penerbangan terganggu, karena penerbangan dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta ditutup. Penerbangan dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta dibuka kembali sekitar pukul 19.00 WIB setelah sistem radar kembali normal.

Radar di Bandara Soekarno-Hatta yang sempat tidak berfungsi beberapa hari lalu juga berimbas pada aktivitas Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan. Saat kejadian itu, Dahlan sedang berada dipesawat dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia kelas ekonomi dari Surabaya menuju Cengkareng, Jakarta.

"Saat radar tidak berfungsi, saya lagi di pesawat. Saya dari Surabaya. Pada saat itu pesawat berputar-putar di atas Indramayu. Sekitar setengah jam di atas udara lah," ujar Dahlan di ruang pers Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (19/12).

Info terganggunya radar di Bandara Soekarno-Hatta, dia ketahui dari pramugari yang menyambangi Dahlan. Mendengar bahwa belum ada kontak karena gangguan radar, Dahlan mengaku sempat syok.

"Namun, saya tetap tenang karena sudah dijelaskan bahwa gangguan ini tidak ada masalah, katanya bisa mendarat di bandara lain, jadi diusahakan muter-muter dulu di atas," tutur dia. 

Saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Dahlan mengaku langsung menegur Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) selaku operator. Namun, Dahlan enggan menjabarkan pada awak media teguran yang disampaikannya kepada Dirut APII tersebut.

"Saya langsung menghubungi Dirutnya saat mendarat dan menegurnya," pungkas Dahlan.

Sebelumnya, sistem pemanduan lalu lintas udara otomatis JAATS mengalami gangguan akibat kerusakan. Hal tersebut diakibatkan adanya kerusakan yang terjadi pada perangkat UPS yang mendukung pasokan energi listrik keperangkat komputer pendukung kerja pemanduan pesawat pada Minggu, 16 Desember 2012, pukul 16.55 WIB.

Insiden tersebut mengakibatkan sistem tidak dapat bekerja selama 15 menit. Dengan alasan keselamatan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, petugas menara kontrol memutuskan untuk membatasi jumlah pendaratan dan lepas landas di Bandara Soekarno-Hatta, serta melakukan pola pemanduan pesawat secara prosedural (non-radar).

Selanjutnya, tepat pada pukul 17.10 WIB, pasokan listrik terhadap perangkat pemanduan otomatis JAATS telah pulih kembali dan sistem langsung melakukan proses start-up dan me-recovery seluruh data penerbangan. Tepat pukul 18.05 WIB sistem telah berhasil melakukan recovery secara total, dan menara kontrol secara bertahap langsung membuka kegiatan lepas landas dan pendaratan. (gin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Laporan ke ORI Didominasi Maladministrasi Pemda dan Polisi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler