jpnn.com - Dua 'Gates' sedang bikin heboh Amerika Serkiat.
Skandal Pfizer-gate ramai di media sosial bersamaan dengan munculnya berita penangkapan CEO Pfizer Albert Bourla oleh Federal Bureau of Investigation atau FBI Amerika Serikat, Sabtu (6/11).
BACA JUGA: Pandemi Belum Usai, Bill Gates Peringatkan Kegawatan Lain, Waspada!
Kabar penangkapan Bourla menyebar menyusul pemberitaan situs Conservative-Beaver.com yang menyebutkan bahwa Bourla ditangkap karena penipuan besar-besaran dalam bisnis vaksin produksi Pfizer.
Bourla dikabarkan ditangkap di rumahnya yang berlokasi di pinggiran Scarsdale, New York, Amerika Serikat.
BACA JUGA: Bill Gates dan Sukmawati
Tagar #PfizerGate pun menjadi trending, sementara media arus utama dituduh bungkam karena sudah disuap.
Situs itu berbasis di Kanada dan karena itu tidak tunduk dengan hukum Amerika Serikat. Media tersebut mengaku tidak terjamah oleh pembungkaman yang diperintahkan oleh polisi dan disetujui oleh hakim Amerika Serikat.
BACA JUGA: Bill dan Melinda Gates Berpisah, tetapi Tetap Bersama dalam Proyek Kemanusiaan
Bourla disebut akan menghadapi tuntutan berlapis untuk kasus penipuan. Bourla kini ditahan sambil menunggu persidangan pembebasan dengan jaminan.
Petugas federal tengah menanti terbitnya surat penggeledahan rumahnya dan beberapa properti lain milik Bourla di berbagai penjuru negeri. Begitu laporan ConservativeBeaver.com.
Berita itu kemudian diyakini sebagai hoaks atau fake news. Namun, seorang wartawan investigatif Paul D. Thacker menuliskan hasil laporannya di situs bmj.com (2/11) yang menyebutkan bahwa seorang ahli riset farmasi telah membocorkan rahasia mengenai berbagai pelanggaran dalam proses penelitian vaksin yang dilakukan oleh Pfizer.
Dalam laporannya itu Thacker mengungkapkan CEO Pfizer Albert Bourla pada musim semi 2020 sudah mengatakan akan mempercepat pembuatan vaksin untuk menyelamatkan warga Amerika dan umat manusia.
Pfizer akan mengebut proses penelitian vaksin Covid-19 demi kemanusiaan.
Namun, kata Thacker, dengan mengebut itu Pfizer telah membahayakan umat manusia, karena prosedur penelitian dilakukan dengan acak-acakan.
Laporan itu menyebutkan kondisi laboratorium penelitian yang tidak sesuai standar dan pengelolaan penelitian yang amatiran.
Seorang ahli farmasi yang menjadi peneliti di laboratorium itu menyimpulkan bahwa vaksin yang dihasilkan Pfizer tidak sepenuhnya aman dan bahkan bisa membahayakan nyawa manusia.
Berita ini dianggap sebagai angin lalu dan dikategorikan sebagai hoaks. Albert Bourla masih muncul di televisi memberikan ceramah di berbagai tempat.
Bourla sekarang menjadi salah satu tokoh paling penting di Amerika. Saham Pfizer yang melambung tinggi karena penemuan vaksin, menjadikan Bourla sebagai salah satu taipan paling kaya di Amerika.
Orang boleh curiga bahwa orang-orang seperti Bourla ini menjadi kaya raya di atas penderitaan manusia seluruh dunia selama pandemi. Teori konspirasi yang menyebar menyebutkan bahwa orang-orang seperti Bourla adalah bagian dari konspirasi internasional yang jahat, yang sengaja menciptakan virus Covid-19 dan kemudian dengan cepat menemukan vaksin dan menjualnya ke seluruh dunia sebagai dagangan yang menguntungkan.
Teori konspirasi selalu sulit dibuktikan. Namun, berita penangkapan Bourla yang menjadi trending topic di Amerika membuktikan bahwa sebagian—atau banyak orang—mungkin percaya bahwa ada konspirasi di balik pandemi ini, tetapi mereka kesulitan menemukan bukti.
Pfizer-gate mungkin akan berkembang sebagai isu yang makin liar. Hal yang sama juga dialami oleh ‘’gate’’ yang lain, yaitu Bill Gates.
Manusia terkaya keempat di dunia ini dituduh sebagai manusia yang bertanggung jawab terhadap pagebluk Covid-19. Ia dianggap mengetahui—dan malah menciptakan virus—dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
Setelah virus menyebar, Gates akan menemukan vaksin dan kemudian menjualnya ke seluruh dunia. Gates akan kaya raya dengan bisnis virus dan vaksin itu. Kira-kira lima tahun yang lalu Bill Gates sudah berteriak-teriak mengingatkan kemungkinan datangnya bencana kesehatan akibat pandemi.
Gates melakukan perjalanan ke seluruh dunia dan tidak lelah mengingatkan akan datangnya bahaya itu. Gates mengingatkan supaya para pemimpin dunia bersiap-siap dengan melakukan investasi kesehatan untuk menemukan vaksin anti-pandemi.
Alih-alih didengar, Bill Gates malah dianggap sebagai orang gila. Nasihatnya dianggap tidak masuk akal.
Malah ketika pandemi benar-benar terjadi Bill Gates disalahkan sebagai manusia yang menyebabkan munculnya pandemi.
Bill Gates dituduh menciptakan virus dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Bersamaan dengan itu Gates dituduh telah menyiapkan chip super-micro yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui vaksinasi.
Tujuannya adalah mengontrol pergerakan manusia dan memonitor kondisi kesehatan manusia di seluruh dunia.
Namanya juga teori konspirasi. Makin tidak masuk akal akan makin banyak yang percaya.
Kebohongan sudah mengelilingi separuh dunia, tetapi kebenaran baru memasang tali sepatu. Begitu kata pepatah untuk menggambarkan cepatnya kebohongan menyebar.
Sekarang, ketika teori konspirasi itu tidak bisa membuktikan keterlibatan Bill Gates, orang pun menjadi lupa.
Sekarang orang sudah pada menikmati euforia karena vaksin telah ditemukan dan virus bisa dikalahkan. Bill Gates pun kembali ditepikan.
Indonesia boleh berbangga karena dinilai sukses menangani pandemi Covid 19. Setidaknya sekarang, ketika banyak negara di dunia mulai kalang kabut diserang gelombang penularan ketiga, Indonesia justru sedang menikmati ketenangan karena penularan sudah sangat melandai.
Mungkin tidak lama lagi kita sudah akan melupakan pandemi. Tahun depan mungkin sudah diumumkan sebagai tahun kemerdekaan dari pandemi dan mulai masuk tahun-tahun normal baru.
Ancaman penyakit boleh saja sudah dianggap selesai. Namun, jangan lengah dulu. Jangan melupakan peringatan Bill Gates yang terbaru.
Ia mengingatkan ada ancaman yang jauh lebih besar sedang mengintai.
Gates mengingatkan akan munculnya ancaman bencana lingkungan yang disebutnya jauh lebih dahsyat dibanding bahaya ancaman pandemi.
Pasti banyak yang tidak percaya.
Para pemimpin dunia pekan lalu berkumpul di Glasgow, Skotlandia. Presiden Jokowi juga ada di sana. Para pemimpin dunia itu berkonferensi membahas perubahan iklim dunia. Harus ada tindakan tegas dan keras supaya perubahan iklim tidak memburuk dari tahun ke tahun, karena akibatnya akan fatal sebagaimana diperingatkan oleh Gates.
Seperti biasa, Jokowi berbicara dengan meyakinkan. Meskipun berbicara dengan Bahasa Indonesia Jokowi terlihat cukup pede. Ia mengatakan bahwa pemerintahannya sudah berkomitmen untuk berperan aktif menjaga lingkungan dunia.
Indonesia juga ikut komit untuk menghentikan penebangan hutan sampai nol pada 2030. Jokowi belum selesai bicara, tetapi menteri-menterinya sudah buru-buru meralat.
Penghentian penebangan hutan pada 2030 tidak fair dan Indonesia tidak akan menghentikan penebangan hutan hanya untuk menuruti keinginan Eropa dan negara-negara maju.
Bill Gates pasti prihatin oleh pernyataan ini. Ia menjadi pendakwah lingkungan yang paling khawatir terhadap pagebluk baru setelah pandemi. Ia tidak pernah lelah mengingatkan bahaya yang mengintai setiap saat karena kelalaian kita terhadap pengelolaan lingkungan.
Dunia yang sudah tunggang langgang akibat serbuan Covid-19, menurut Gates, akan lebih tunggang langgang lagi menghadapi serbuan bencana lingkungan. Bagi Gates, menyelesaikan masalah virus jauh lebih ringan dibanding menyelesaikan ancaman bencana lingkungan.
Ia berkeliling dunia selama bertahun-tahun untuk mencari pemecahan dan menghindari bencana lingkungan. Hasil pemikirannya dia tuangkan dalam buku ‘’How to Avoid a Climate Disaster’’ (2021).
Gates merumuskan tantangan besar dunia dalam kalimat sederhana ‘’Dari 51 miliar ton menjadi nol’’. Artinya, sekarang ini penduduk seluruh dunia setiap tahun menghasilkan emisi gas karbon sebanyak 51 miliar ton ke atmosfer dan menyebabkan pemanasan global yang meningkat setiap tahun.
Kalau penduduk dunia mau selamat, tidak ada pilihan lain kecuali menghentikan sepenuhnya produksi emisi karbon itu menjadi nol.
Target itu tidak bisa ditawar lagi, dan target itu harus dicapai pada 2050.
Sebuah jangka waktu yag sangat pendek, tetapi dunia tidak punya pilihan lain yang masuk akal. Manusia harus berhenti memakai energi fosil untuk kehidupan sehari-hari dan menggantinya dengan energi terbarukan.
Itu berarti kita harus berhenti menggunakan AC yang memaki freon. Berhenti memakai mobil berbahan bakar bensin dan beralih ke mobil listrik. Kita harus berhenti total menebangi hutan. Dan, bahkan kita juga harus berhenti makan daging sapi.
Apa yang kita lakukan dalam menikmati hidup selama ini menghasilkan sampah karbon 51 miliar ton setahun yang kita buang ke angkasa. Semuanya harus dihentikan pada 2050.
Semua sepakat bahwa bumi harus tetap bisa bertahan dari bencana pemanasan global, tetapi para pemimpin dunia tidak menyepakati caranya.
Apa yang dipidatokan Jokowi di Glasgow yang kemudian diluruskan oleh para menterinya menunjukkan hal itu.
Kita tahu bahwa bencana besar akan datang, tetapi kita tidak mau berkorban untuk mengantisipasinya, sampai akhirnya semuanya menjadi sangat terlambat. (*)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror