Bill Gates dan Sukmawati

Dhimam Abror Djuraid

Minggu, 24 Oktober 2021 – 18:41 WIB
Sukmawati Soekarnoputri. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Bill Gates dan Sukmawati Soekarnoputra tidak ada hubungan sama sekali.

Namun, dua nama itu beberapa waktu belakangan ini sedang ramai menjadi perbincangan media meskipun skala dan kasusnya beda.

BACA JUGA: Sukmawati Pindah Agama, Megawati & Jokowi Diundang Hadiri Ritual Sudhi Wadani

Keluarga Gates menjadi viral internasional ketika putri pertamanya, Jennifer Katharine, menikah dengan seorang pemuda muslim secara ritual Islam.

Sementara itu, Sukmawati menjadi viral nasional karena akan pindah agama dari Islam ke Hindu.

BACA JUGA: Orang Terdekat Ungkap Alasan Sukmawati Pindah Agama Hindu

Dua peristiwa itu berbeda dan terpisah puluhan ribu kilometer. Namun, peristiwa itu punya benang merah yang menunjukkan bagaimana masyarakat di Amerika dan Indonesia memperlakukan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Agama adalah urusan privat yang sangat pribadi, dan tidak selayaknya menjadi konsumsi publik. Itu pandangan umum masyarakat Amerika dan Barat.

BACA JUGA: Sukmawati Soekarnoputri Pindah Agama, Inilah Proses yang Harus Dilaluinya

Karena itu agama tidak menjadi perbincangan umum karena menyangkut privasi. Menanyakan agama seseorang adalah tabu sosial yang harus dihindari.

Beragama dan tidak beragama menjadi hak perseorangan yang dihormati sebagai hak asasi manusia.

Masyarakat Amerika adalah masyarakat religius, meskipun secara formal Amerika adalah negara sekuler. Agama dipisahkan dari urusan negara, dan bahkan sekolah negeri tidak boleh mengajarkan pelajaran agama dan praktik keagamaan seperti berdoa.

Namun, simbol-simbol agama memainkan peran penting dalam tata negara dan tata politik Amerika. Sekadar contoh, mata uang dolar--yang menjadi simbol paling penting dalam praktik kapitalisme Amerika—mencantumkan motto ‘’In God We Trust’’, Kami Beriman kepada Tuhan, dalam setiap lembarnya.

Dalam setiap pemilihan umum dan pemilihan presiden di Amerika faktor agama selalu menjadi isu strategis yang sangat penting. Kristen Protestan adalah agama mayoritas di Amerika dan menjadi faktor penentu dalam setiap pemilihan presiden.

Dari 45 presiden yang terpilih di Amerika, hanya dua yang Katolik, yaitu John Kennedy pada 1960 dan Joe Biden yang terpilih pada 2019. Selebihnya presiden Amerika adalah Protestan.

Agama memainkan peran penting dalam perhelatan politik, tetapi tetap menjadi urusan privat. Saking privatnya urusan agama sampai antarkeluarga pun tidak akan mengurusi soal agama masing-masing. Salah satu ungkapan di Amerika mengatakan, ‘’jangan membicarakan agama dan politik di meja makan’’.

Pernikahan Jennifer Gates dengan Nayel Nassar, seorang pemuda sultan keturunan Mesir, menjadi headiline dan viral di Amerika dan seluruh dunia. Ini adalah pernikahan dua keluarga crazy super rich dari dua budaya yang berbeda.

Bill Gates, pendiri Microsoft, tercatat sebagai manusia terkaya keempat di dunia. Keluarga Nassar adalah konglomerat internasional yang mempunyai jaringan perdagangan mebel di Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.

Pernikahan dua keluarga sultan itu menjadi berita sensasional di seluruh dunia. Lebih sensasional lagi karena pernikahan itu dikabarkan dilakukan secara Islam. Sebelum pesta pernikahan dihelat dalam pesta extravaganza, pasangan itu menikah secara Islam.

Pesta pernikahan itu mendapat perhatian media yang sangat besar.

Namun, akad nikah secara Islam sama sekali tidak mendapat liputan media. Media-media mainstream maupun media populer tidak menyebut-nyebut ritual Islam itu. Kalau ada yang menyebut pun tidak lebih dari satu alinea. Tidak ada yang kepo untuk mengungkap lebih detail mengenai ritual akad nikah itu.

Yang justru paling kepo adalah media-media di Indonesia. Banyak sekali yang membuat judul ‘’Putri Bill Gates Menikah secara Islam’’, meskipun infonya tidak lebih dari satu alinea.

Tidak ada detail apa pun yang bisa didapat dari pemberitaan itu. Tidak ada info siapa yang menjadi penghulu dan apakah Bill Gates menjadi saksi pada akad nikah itu.

Info yang minim itu tidak menjadikan media-media Indonesia kehabisan akal untuk menyajikan berita yang sensasional. Ada yang menambahi embel-embel judul ‘’Menikah secara Islam, Apakah Putri Bill Gates Menjadi Mualaf?’’. Berita ini hanya memainkan judul saja. Tidak ada sepotong pun informasi yang berharga yang bisa menjawab pertanyaan itu sendiri.

Di zaman sekarang ketika media terobsesi oleh clickbyte, judul-judul berita semacam itu sudah menjadi praktik kelaziman. Meski tidak ada informasi yang layak untuk diberitakan, tetapi judul yang sensasional sudah cukup untuk menarik pembaca.

Itulah yang terjadi dengan pemberitaan pindah agama Sukmawati Soekarnoputri. Rencananya Sukmawati akan melaksanakan upacara Sudhi Wadani yang menandai kepindahannya dari Islam menjadi Hindu.

Mestinya urusan pindah agama ini adalah urusan privat, tetapi kemudian menjadi viral karena beritanya bocor ke media. Dalam selebaran yang beredar luas disebutkan bahwa pada upacara yang akan diselenggarakan Selasa (26/10) itu panitia mengundang tokoh-tokoh VVIP, termasuk Presiden Jokowi dan beberapa orang penting lain.

Urusan privat ini kemudian menjadi urusan publik, yang kemudian memicu politisasi yang memantik pro dan kontra. Di media sosia dan di pelbagai grup percakapan WahtsApp selama beberapa hari ini muncul komentar yang riuh rendah terhadap kasus ini.

Ada yang menganggap Sukmawati sudah kembali menemukan keyakinan yang sesungguhnya. Ada juga yang menyebutnya tersesat dan murtad.

Dalam tradisi Islam, murtad adalah sebutan untuk seorang muslim atau muslimah yang meninggalkan agama Islam untuk memeluk agama lain, atau melepas Islam dan tidak beragama sama sekali. Sebutan murtad secara etimologis berarti ‘’berbalik’’. Sebutan ini netral dan tidak merendahkan.

Sama seperti penyebutan kafir bagi orang-orang nonmuslim, penyebutan murtad sering menimbulkan konotasi negatif. Karena itu, ketika netizen menyebut Sukmawati murtad netizen lain bereaksi dan mengatakan bahwa Sukmawati sudah menemukan keyakinan yang sesungguhnya.

Bagi Islam Sukmawati adalah murtad, tetapi bagi Hindu Sukmawati menemukan kembali keyakinannya. Itu hal yang biasa dan tidak perlu dipolitisasi.

Namun, bangsa Indonesia adalah bangsa yang terbelah. Isu apa pun yang muncul di publik sangat rentan menjadi isu yang menimbulkan kontroversi yang potensial memecah belah.

Salah satu faktor yang disebut-sebut menjadi penyebab Sukmawati pindah agama adalah faktor sang nenek, Nyoman Rai Srimben, ibunda Soekarno, yang memang asli Hindu. Sang nenek inilah yang memberi inspirasi kepada Sukmawati untuk kembali kepada keyakinan Hindu.

Bahwa Sukmawati lebih mendapatkan inspirasi dari sang nenek adalah hak pribadinya. Publik juga bisa mempertanyakan mengapa Sukmawati lebih terinspirasi oleh sang nenek yang Hindu dibandinng sang ibu yang muslimah.

Sukmawati adalah anak keempat dari lima bersaudara hasil perkawinan Soekarno dengan Fatmawati. Di antara sekian banyak perkawinan yang dilakukan Soekarno, perkawinan dengan Fatmawati paling stabil.

Fatmawati diaggap sebagai ibu suri atau permaisuri yang sesungguhnya yang tabah dan setia mendampingi Soekarno meskipun akhirnya harus kecewa karena dipoligami.

Fatmawati adalah istri ketiga Bung Karno. Lahir dari keluarga muslim yang taat di Bengkulu, Fatmawati menjadi pendamping perjuangan Soekarno pada masa-masa sulit di awal kemerdekaan. Keluarga Fatmawati adalah keluarga Muhammadiyah. Bapaknya Hasan Din dan ibunya Khadijah adalah aktivis Muhammadiyah dan Aisyiah di Bengkulu.

Keduanya adalah bangsawan ningrat keturunan Sultan Indrapura yang menguasai wilayah Sumatera Barat.

Pada masa-masa pengasingan di Bengkulu itulah Bung Karno mengenal keluarga Hasan Din dan kemudian mengenal Fatmawati. Pada masa-masa pengasingan di Bengkulu itu Bung Karno makin memperdalam ilmu Islam dan mendapatkan inspirasi-inspirasi penting dari pemikir-pemikir Islam yang kemudian memengaruhi pemikiran politik Soekarno.

Fatmawati melengkapi hidup dan perjuangan Soekarno. Fatmawati memberi inspirasi besar kepada Soekarno dalam menjalani masa-masa berat penuh tantangan pada hari-hari menjelang proklamasi kemerdekaan.

Fatmawati tercatat dalam sejarah sebagai inspirasi di balik kecemerlangan Soekarno. Fatmawati tercatat dalam tinta emas karena menjahit bendera Merah Putih dengan tangannya pada malam hari menjelang proklamasi.

Fatmawati menjadi inspirasi bagi Bung Karno. Namun, Sukmawati, rupanya, lebih terinspirasi oleh sang nenek daripada sang ibu kandung. Itulah pilihan jalan hidup yang ditempuh Sukmawati di usianya yang ke-70 tahun. (*)

 


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler