jpnn.com, JAKARTA - Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) menyoroti tidak jelasnya rencana strategis (renstra) pemerintah di sektor pendidikan. Bahkan belum merespon kebutuhan revolisi industri 4.0.
Tak heran pendidikan karakter juga jalan di tempat. Pasalnya, bentuk, model, dan strateginya belum jelas.
BACA JUGA: Rocky Gerung Nilai Aksi Jokowi Bagi-Bagi Sepeda Tak Mendidik
"Pendidikan karakter siswa sebagai ikon penting perubahan bangsa masih jauh dari keberhasilan dan kehilangan ruhnya," ungkap Ketum PB PGRI Unifah Rosyidi dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Rabu (2/5).
Mestinya, ujar Unifah, di era revolusi industri 4.0, platform SDM Indonesia lebih terbuka terhadap ide-ide baru, kreatif, memiliki ketrampilan hard and soft skill serta visioner.
BACA JUGA: Buka Pameran IPA, Presiden Jokowi Sindir Pertamina
Anehnya, lanjut dia, mata pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) malah dihapus. Padahal ini sangat penting bagi siswa dan guru menghadapi revolusi teknologi.
Belum lagi masalah kurikulum 2013 dan 2006 yang berbeda substansi serta pendekatannya. Yang satu menekankan high order thinking skills (HOTS), sedangkan yang lain tidak.
BACA JUGA: PGRI: Indonesia Darurat Guru
"HOTS itu bukan soal sulit tapi soal yang menuntur penalaran dan logika berpikir tingkat tinggi, bersifat abstraksi. Proses pendidikan belum ke arah sana sehingga tidak heran menimbulkan reaksi ketika UNBK (ujian nasional berbasis komputer)," jelas Unifah.
Untuk mengembalikan ruh pendidikan karakter, lanjutnya, pemerintah harus memiliki cetak biru pendidikan nasional. Sebab, hngga saat ini cetak biru pendidikan belum terlihat. Bahkan renstra belum jelas sampai habis masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri Hamzah Sebut Jokowi Bikin Mental Semakin Rusak
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad