jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pelatihan Sumber Daya Manusia pada Perhimpuanan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Alexander Nayoan menyatakan permintaan atas makanan organik akan terus tumbuh di Indonesia.
Pasalnya, tren makanan organik didorong kesadaran di tingkat global atas berbagai upaya mewujudkan lingkungan hidup yang lebih berkelanjutan.
BACA JUGA: PHRI dan Kemnaker Bekerja Sama Mendukung Lima Destinasi Super Prioritas
Masyarakat menunjukkan minat yang kuat untuk mengetahui bagaimana sistem pangan dapat diregulasi untuk memastikan keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
"Mereka ingin tahu bagaimana mereka bisa ikut serta dalam memberikan dukungan sebagai konsumen dan juga sebagai sektor bisnis. Rangkaian kampanye akan menjadi sangat relevan dengan masa-masa perubahan seperti saat ini," kata Alexander Nayoan.
BACA JUGA: Okupansi Hotel di Bali Drop Tinggal 5 Persen, PHRI Pasrah, Tolong Pak Menteri!
Chef profesional Degan Septoadji menilai pergeseran minat masyarakat tidak lepas dari sumbangsih pandemi Covid-19.
"Banyak dari kita menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, mengurus diri dan keluarga, dan mengubah kebiasaan tentang makanan," kata dia.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 dan PHRI Sediakan 120 Hotel untuk Perawatan OTG di 9 Provinsi
Menurut dia, masa pandemi memberikan waktu tersendiri bagi kita untuk merefleksikan diri pada kebiasaan mengkonsumsi makanan.
"Masyarakat juga memahami pentingnya kualitas, keamanan dan keberlanjutan atas makanan," kata dia.
Degan juga mengatakan diskusi atas kualitas bahan makanan Uni Eropa di saat ini juga sangat dibutuhkan.
"Saling membagikan bagaimana kita semua dapat menikmati bahan-bahan dari Eropa dan menjadi kreatif dengannya, baik untuk melengkapi masakan favorit kita, dinikmati sendiri secara langsung, atau sebagai bagian dari resep ala Eropa maupun lokal," kata dia.
Kepala Seksi Perdagangan dan Ekonomi pada Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Marika Jakas menyebut Uni Eropa dan Indonesia telah memperdalam hubungan dalam beberapa tahun terakhir ini serta berkomitmen untuk lebih meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi.
Oleh karena itu, menurut dia Uni Eropa akan menghadirkan produk makanan dan minuman terbaiknya untuk komunitas makanan Indonesia.
"Mulai dari importir, penyalur, pengecer, pemilik, dan pelaku usaha hotel, restoran dan cafe, blogger kuliner dan juga para chef untuk dapat menikmati keunggulan cita rasa pada rangkaian kampanye yang akan berlangsung pada masa 12 bulan ini," katanya.
Pada saat Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Uni Eropa dan Indonesia (EU-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement - CEPA) berlaku efektif, kesepakatan ini akan menghadirkan dorongan kuat pada perdagangan bilateral dan arus investasi.
Marika mengatakan masyarakat Eropa menjalankan budidaya serta menghasilkan makanan bukanlah menjalankan bisnis semata.
Ada semangat yang kuat, standar yang diterapkan, serta warisan budaya kuliner yang diapresiasi.
Regulasi pada Uni Eropa mendasari produksi seluruh produk makanan dan menjamin konsumen seluruh dunia dapat menikmati keamanan.
Makanan memiliki keamanan tingkat tertinggi serta standar keberlanjutan, skema kualitas dan tradisi pembuatan makanan yang kaya.
"Indonesia juga menganut nilai-nilai yang serupa dengan semangat menerapkan standar kualitas yang tinggi, dengan tetap menekankan pada makanan tradisional yang berasal dari warisan budaya nasional yang telah tertanam kuat," ungkapnya.
Menurut Marika ada banyak kesempatan bagi produk makanan Uni Eropa di Indonesia. Restoran dan hotel terkemuka memilih untuk menggunakan berbagai bahan masakan dari Uni Eropa.
"Selama ini telah tumbuh minat yang kuat atas beragam produk makanan Uni Eropa yang menyertakan indikasi geografis dan juga sertifikasi organik," tegas Marika. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia