jpnn.com - NUSA DUA - Pidato Presiden Joko Widodo di acara Munaslub Partai Golkar mendapat pujian dari pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho. Menurut dia, presiden berhasil dengan cerdas menyatakan posisinya dalam forum musyawarah tertinggi partai beringin tersebut.
"Presiden menggunakan 'bahasa tinggi', ia sebenarnya secara implisit namun jelas menyatakan tidak ingin diklaim atau ditarik-tarik dalam konflik politik internal Golkar," kata Dimas di Bali, Sabtu (14/5).
BACA JUGA: Jelang Lengser, Ical Banjir Pujian dari Kader Golkar
Namun, lanjutnya, di sisi lain Jokowi juga memberi sinyal bahwa dirinya punya calon yang dijagokan untuk jadi ketua umum Partai Golkar berikutnya. "Presiden Jokowi menyebut Luhut yang dekat dengan Setya Novanto, lalu menyebut Pak JK yang kabarnya mendukung Ade Komarudin. Dalam pidatonya jelas Jokowi ingin menegaskan bahwa dirinya tidak mendukung pilihan Luhut dan pilihan JK tapi mungkin punya pandangan sendiri," tutur dia.
Apalagi secara jelas Presiden selanjutnya bicara tentang program-program pembangunan infrastruktur dan kompetisi global. Itu dimaknai Dimas menunjukkan bahwa Jokowi ingin sosok ketua Partai Golkar yang memahami tentang isu tersebut.
BACA JUGA: Masa Golkar mau Mengulang Kesalahan yang Sama?
Menurutnya, Presiden Jokowi dalam pidatonya memang tidak membicarakan pilihan politiknya secara jelas karena itu tidak elok. Sebagai negarawan, Presiden Jokowi memahami hal tersebut. Tapi sulit untuk tidak mencurigai pidato tersebut secara implisit mengarah pada salah satu caketum.
"Presiden Jokowi malah membicarakan infrastruktur dan percepatan pembangunan yang artinya Indonesia membutuhkan seorang insinyur. Menarik karena dari deretan caketum Golkar, hanya Airlangga Hartarto yang bergelar insinyur," ujarnya. (dil/jpnn)
BACA JUGA: Diundang Pembukaan Munaslub Golkar, Prabowo kok gak Datang?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kriteria Ketum yang Diminati Golkar Jabar
Redaktur : Tim Redaksi