jpnn.com, TELUK BINTUNI - Pasangan Petrus Kasihiw-Matret Kokop meresmikan 10 posko di Tahiti, Teluk Bintuni, Rabu (30/9) malam.
Petrus Kasihiw yang akrab dipanggil Piet ini pada sambutannya mengingatkan kepada para simpatisan dan warga perihal protokol kesehatan yang harus selalu dijaga.
BACA JUGA: Bupati Petrus Kasihiw: Kafilah Kami Asli dari Teluk Bintuni
“Saya lihat di sini sudah bagus, sudah pakai masker dan disediakan tempat pencucian tangan. Saya ingin agar semua posko menerapkan protokoler yang sama, kalau tidak, saya dan Bapa Matret tidak mau menghadiri. Kita memang ingin menang, tapi apalah arti kemenangan jika harus jatuh korban karena Corona? Tidak to,” ujar Piet membuka sambutannya.
Piet melanjutkan sambutannya dengan mengingatkan kembali siapa putera sejati Suku Sebyar yang maju pada kontestasi pilkada Bintuni ini.
BACA JUGA: Temui Pelajar di Bintuni, Anggota MPR Mervin Komber Sosialisasi Wawasan Kebangsaan
“Jadi ini sudah mulai banyak rumor, isu yang beredar tentang siapa suku asli lah, mau pilih agama ini dan agama itu lah. Jangan begitu, jangan bermain dengan politik identitas. Kalau mau bicara suku, lalu ini siapa yang naik sebagai calon wakil bupati bersama saya? Matret Kokop to. Lalu Suku Sebyar mana yang naik lagi yang asli Sebyar? Coba kam jawab?” tanya Piet yang disambut teriakan bersama warga yang hadir dengan “Matret Kokop”
Piet mengingatkan kembali kepada warga dan simpatisannya, bahwa pilihlah pemimpin yang betul-betul memperhatikan hak-hak adat dari masyarakat. “Di Sebyar itu hutan sagu begitu besar siapa yang punya? Itu punya kalian, anak-anak Suku Sebyar, tapi apa hutan sagu itu kalian yang punya? Bukan to? Makanya ikut saya dan Pak Matret. Kami ini akan kembalikan seluruh hak-hak adat masyarakat yang telah hilang. Karena kami berjuang betul-betul untuk masyarakat," ujar dia.
BACA JUGA: Bupati Teluk Bintuni Ajak Warganya Lawan Corona, Begini Caranya
"Saya dan Pak Matret itu sudah hadir untuk Bintuni sejak masih sebelum pemekaran. Dan kini kami berjuang untuk Dana Bagi Hasil (DBH) yang menjadi hak masyarakat adat. Ini sudah jadi Perdasus. Namun saya ingatkan lagi, DBH ini bukan untuk beli barang-barang tersier, barang-barang konsumtif. Ini dana harus dipergunakan untuk kemanfaatan masyarakat adat jangka panjang” sambung Piet.
Piet kembali mengingatkan warga agar jangan terhasut oleh isu-isu murahan, propaganda-propaganda basi yang mengedepankan politik identitas untuk memecah belah warga.
“Jangan sampai kita ini berkelahi karena Pilkada. Makanya itu dalam visi misi kita, telah kita tambahkan satu kata lagi, yakni Bintuni yang “Damai, Maju, Produktif dan Berdaya Saing”. Damai ini bagaimana? Jika masyarakat sudah damai, maka karakternya akan terbangun, untuk membangun Teluk Bintuni yang seutuhnya.
Peresmian yang dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat Suku Sebyar itu mendapatkan sambutan yang begitu hangat. Gun Kaitan, salah satu tokoh yang dituakan oleh masyarakat Sebyar ikut mengingatkan kepada warga dan simpatisan, bahwa Piet dan Matret adalah anak-anak asli Teluk Bintuni yang ikut berjuang bagi kabupaten ini.
“Matret ini anak asli Sebyar, kami dari zaman Bintuni masih belum jadi kabupaten sudah saling mengenal, kami ini dan juga Piet Kasihiw sudah berjuang untuk Bintuni. Ini anak-anak Teluk Bintuni,” ujar Gun ketika memberikan sambutannya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil