Pihak Asing Berhasrat Ingin Kuasai Aset Vital Pelabuhan

Kamis, 31 Mei 2018 – 23:07 WIB
Teluk Jakarta. Foto: dok jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Penulis Ahmad Khoirul Fata dan MD Aminudin meluncurkan sebuah buku bertajuk “Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta” dalam rangka perayaan 73 tahun Pancasila.

Buku tersebut menceritakan sebuah konspirasi global yang bertabrakan dengan semangat berdikari sekaligus perwujudan Nawacita dalam pengelolaan gerbang ekonomi Indonesia yakni terminal petikemas JICT dan TPK Koja, Jakarta Utara.

BACA JUGA: Alat Bongkar Muat Pelindo IV Rusak, Pengusaha Rugi Besar

Fata mengatakan, selama hampir 20 tahun kiprah pelabuhan JICT dan TPK Koja, sudah banyak kemajuan dan terobosan yang dilakukan para pekerja, demi mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun, pengelolaan kedua pelabuhan ini akan dilanjutkan kembali dengan Hutchison Port milik taipan Hong Kong Li Ka Shing.

BACA JUGA: Hak Politik Nakhoda, ABK dan Penumpang Kapal Harus Dijamin

Dalam buku ini, Amin dan Fata kemudian merangkum seluruh “transaksi haram” tersebut.

"Harapannya, (dengan buku ini) pemerintah dan masyarakat mendukung semangat berdikari dan Nawacita serta Pancasila dalam pengelolaan pelabuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak," terang Fata dalam acara peluncuran buku Melawan Konspirasi Global di Teluk Jakarta di Museum Kebangkitan Nasional, Kamis (31/5).

BACA JUGA: Narkoba Seludupan Marak, Privatisasi Pelabuhan Harus Ditolak

Md Aminudin sang penulis, menambahkan, buku ini telah melalui berbagai riset primer dan sekunder sehingga secara lengkap mengulas bagaimana buruknya modus konspirasi global asing untuk menguasai BUMN pelabuhan.

Dia juga bercerita telah melakukan riset, pengumpulan data dan wawancara dengan para tokoh nasional dan anak-anak bangsa, khususnya para pekerja JICT, yang ingin perusahaan bongkar muat petikelas tersebut bisa kembali dikelola Indonesia 100%. \

Namun, ikhtiar mereka diberangus dan dibungkam oleh oknum-oknum tertentu.

"Itu menjadi bahan yang kami tuliskan dalam buku untuk mencerminkan kondisi betapa asing sangat berhasrat menguasai aset vital bangsa," tambah dia.

Sementara itu Mensesneg Era Presiden Gus Dur, Bondan Gunawan menekankan secara historis bahwa semangat berdikari harus terus digelorakan.

“Ini bukan sekedar perjuangan segelintir buruh tapi ini soal kecintaan mereka terhadap tanah air. Perjuangan ini yang masih belum selesai,” kata Bondan.

“Kita kok yah senang terhina karena tidak dipercaya sebagai bangsa sendiri untuk mengelola aset strategis nasional JICT dan Koja,” ucap Bondan.

Di sisi lain, Ekonom INDEF Bima Yudhistira mengatakan ada tren pemaksaan BUMN berutang lewat cara penerbitan Global Bond demi pembiayaan infrastruktur.

“Kenapa dipaksakan? Awalnya karena cita-cita pembangunan infrastruktur. Namun, ternyata di luar prediksi. Infrastruktur tersebut tidak mengurangi ongkos logistik. Model ini yang bikin rusak,” kata Bima.

Bima khawatir bukan hanya aset strategis JICT tapi akan terjadi bom waktu yang akan meledak.

“Pada satu titik BUMN akan menyerah. Contohnya Pelindo II yang mulai kepayahan membayar utang global bond. Pada akhirnya harga yang dibayar Indonesia akan sangat mahal. Bahkan nasionalisasi BUMN seperti JICT dari Hutchison hanya angan-angan,” ujarnya. (rmo/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kembangkan Infrastruktur, Pelindo III Investasi Rp 1,2 T


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler