Pil Tinja Atasi Infeksi Mematikan

Sabtu, 05 Oktober 2013 – 15:01 WIB

jpnn.com - TORONTO--Seorang dokter dari Kanada menemukan metode baru mengobati infeksi bakteri Clostridium Difficile dengan cara meminum pil tinja.

Seperti diketahui, infeksi bakteri Clostridium Difficile sangat mematikan. Kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya mengalami diare hebat, turun berat badan, dan bahkan bisa juga memicu kegagalan fungsi ginjal.

BACA JUGA: Orang Berpendapatan Rendah Lebih Gampang Migrain

Di Amerika Serikat tercatat setiap tahun 14 ribu orang meninggal karena bakteri ini. Kasus serupa juga pernah merebak di Australia.

Saat ini pasien yang menderita Infeksi bakteri Clostridium Difficile, biasa diobati dengan metode transplantasi feses atau memasukan kotoran dari orang sehat ke usus penderita diare hebat yang sering disebabkan oleh bakteri ini.

BACA JUGA: Waduh, Mencuci dengan Mesin Cuci Justru Berbahaya

Namun kini Doktor Thomas Louie dari  Universitas Calgary di  Canada berhasil menciptakan cara mencuci sampel kotoran dari donor dan menguranginya hingga hanya tinggal bakteri penting saja, yang kemudian bisa ditelan dalam bentuk pil.

“Pada dasarnya pil itu hanya berisi bakteri, dan bentuknya seperti selai kacang,” katanya di program World Today seperti dilansir nbcnews (3/10).

BACA JUGA: Keriput di Usia Muda, Bisa Jadi Warisan Gen dari Ibu

Kapsul itu akan menyalurkan bakteri ke tempat yang tepat karena hanya akan hancur jika sudah sampai di perut. "Pil itu tidak bau karena semua zat sudah dicuci dan pada dasarnya kita hanya menambahkan sedikit garam agar sedikit ringan, dan kemudian kita  masukan ke dalam kapsul," sambungnya.

Profesor Thomas Riley, salah seorang pakar bakteri Clostridium Difficile di Australia mengatakan selama ini transplantasi feses sudah sangat berhasil.

"Hasil transplantasi feses sangat bagus. Responnya 90-95 persen lebih baik dari pengobatan melalui obat-obatan,” ujarnya.

Dia mengatakan dokter perlu  memastikan donasi feses  yang akan digunakan tidak mengandung bakteri yang bisa menulari infeksi."Donasi feses harus diteliti dulu apakah mengandung parasit atau cacing atau tidak,” kata professor Riley.

"Biasanya para donor juga terdiri dari anggota keluarga pasien, jadi bukan orang asing  dan itu hal yang penting juga. Setidaknya anda tahu dari mana sampel feses itu berasal. Itu bukan dari seseorang yang tidak anda kenal. Donor harus berasal dari keluarga sendiri," tegasnya.

Dr. Louie mengaku meski demikian metode temuannya jauh lebih baik daripada transplantasi feses di perut. Menurutnya meminum pil tinja masih belum umum dilakukan dan ada faktor menjijikkan. (esy/jpnn)

:ads="1"

BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Bullying Rentan Sakit Kronis


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler