Korban Bullying Rentan Sakit Kronis

Jumat, 04 Oktober 2013 – 08:40 WIB

jpnn.com - Tak ada seorang pun anak yang ingin mengalami bullying. Parahnya bullying ini seperti lingkaran setan, anak korban bullying akan cenderung melakukan bullying kepada anak lainnya. Tapi ternyata efek bullying juga bisa terlihat hingga siapapun yang terlibat dalam bullying beranjak dewasa.

Bahkan studi baru yang dilakukan tim peneliti gabungan dari AS dan Inggris ini mengatakan efek merugikan yang dialami korban bulllying di masa kecil akan bertahan hingga dewasa, dengan si pelaku atau korban berisiko enam kali lipat untuk terserang penyakit kronis tertentu. Ini belum termasuk tidak bisa memiliki pekerjaan tetap dan interaksi sosial yang buruk.

BACA JUGA: Pengaruh Hubungan Percintaan Pada Kesehatan

Kesimpulan ini diperoleh setelah tim peneliti yang dipimpin Dieter Wolke dari University of Warwick, Inggris dan William Copeland dari Duke University Medical Center, AS mengamati dampak bullying pada orang-orang yang terlibat dalam tindakan bullying, entah itu korbannya, pelakunya maupun orang-orang yang termasuk ke dalam keduanya atau biasa disebut dengan bully victims.

1.420 partisipan diinterview sebanyak 4 hingga 6 kali, sejak berusia 9 tahun hingga 16 tahun dan mencapai masa dewasa, 24 tahun hingga 26 tahun.

BACA JUGA: Studi: Perempuan Alami Menopause karena Salah Laki-laki

"Ternyata kita tak bisa terus mengabaikan bullying dan menganggapnya sebagai bagian yang tidak berbahaya dari proses tumbuh kembang seseorang. Kita perlu mengubah mindset ini dan mengatakan bahwa ini adalah masalah serius bagi keduanya, pelaku dan korban, serta masyarakat. Efeknya pun bertahan lama dan signifikan," kata Professor Wolke seperti dilansir laman Daily Mail, Kamis (3/10).

Yang tak kalah mengejutkan, bully-victims tampaknya menjadi kelompok yang paling rentan dari semua partisipan. Risiko masalah kesehatan yang mereka alami ketika dewasa juga yang paling tinggi, yaitu enam kali lebih tinggi untuk didiagnosis dengan penyakit serius, dibandingkan orang-orang yang tidak pernah terlibat bullying.

BACA JUGA: Mengapa Leher Enak Digigit saat Bercinta?

Korban bully juga dilaporkan memiliki kebiasaan merokok atau mengidap gangguan psikiatri tertentu. Seluruh kelompok yang pernah terlibat dalam bullying juga sulit memiliki pekerjaan tetap atau berkomitmen untuk menabung dua kali lebih tinggi dibandingkan orang-orang yang tidak pernah jadi pelaku atau korban bullying. Tak heran jika sejak remaja mereka memperlihatkan kecenderungan untuk miskin atau berpendapatan rendah.

Korban atau pelaku bullying juga kesulitan membentuk hubungan sosial. Yang jelas orang-orang yang pernah terlibat dalam bullying ketika masih kecil, sulit mempertahankan hubungan jangka panjang, atau menjaga hubungan baik dengan orangtuanya saat beranjak dewasa.

"Intervensi terhadap korban, pelaku atau bully-victims memang sudah tersedia di sekolah-sekolah, tapi kita perlu sarana baru untuk membantu para staf kesehatan agar bisa mengidentifikasi, mengawasi dan mengatasi efek merugikan dari bullying," kata Profesor Wolke.

"Tapi tantangan utama yang kita hadapi sekarang adalah memberikan waktu dan sumber daya yang kita punya untuk melakukan intervensi ini dan mengakhiri bullying," pungkasnya. (fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kontrol Nafsu Belanja dengan High Heels


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler