jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menilai, keputusan PDI Perjuangan mengusung Karolin Margret Natasa-Suyadman Gidot sebagai pasangan cagub-cawagub Kalbar, dinilai sangat tepat.
Pasalnya, dari berbagai survei yang pernah digelar jelang pendaftaran pasangan calon kepala daerah, semua simulasi menempatkan pasangan Karol-Gidot sebagai jawara.
BACA JUGA: Ini Permintaan Gus Ipul ke PDIP soal Figur Pengganti Anas
"Jadi, saya kira drama politik mengharu-biru yang selama ini terjadi di jagat politik bumi Khatulistiwa, berakhir klimaks usai Megawati mengumumkan nama Karolin-Gidot. Karena sebelum rekomendasi PDI Perjuangan keluar, begitu banyak isu-isu liar bergentanyangan," ujar Ari di Jakarta, Senin (8/1).
Keputusan Megawati mendukung Karolin-Gidot, kata Ari, juga menunjukkan hal baru di panggung politik. Yaitu, koalisi PDI Perjuangan dengan Partai Demokrat.
BACA JUGA: Abdullah Azwar Anas: Ini Untuk Kepentingan yang Lebih Besar
Hal tersebut menunjukkan adanya keharmonisan pendukung Megawati dan SBY di akar rumput. Perseteruan yang selama ini terkesan mengemuka antara Ketua Umum PDIP dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, sama sekali tidak menimbulkan gesekan di akar rumput.
"Saya kira Ini menjadi modal awal pijakan kemesraan PDIP dengan Demokrat," ucapnya.
BACA JUGA: Hinca Mengaku Cocok dengan Hasto untuk Satu Hal Ini
Ari juga menilai, Karolin yang masih menjabat Bupati Landak dengan Gidot yang masih menjabat Bupati Bengkayang, merupakan duo yang cukup menakutkan bagi lawan politik di Kalbar.
Karena keduanya sama-sama berdarah muda dan dinilai lebih menjanjikan dibanding nama-nama lain yang muncul di panggung Pilgub Kalbar.
"Dengan bersatunya PDIP dan Demokrat di Kalbar maka kehadiran calon pasangan menjadi makin mengerucut menjadi tiga pasang saja di luar munculnya calon independen," pungkas pria yang juga pembimbing disertasi di Universitas Padjajaran ini.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mega Tunjuk Djarot untuk Bereskan Jatim
Redaktur & Reporter : Ken Girsang