Pilkada Dramatis: Paling Sial Rohidin Mersyah, Jakarta Bisa Berdarah-darah

Kamis, 28 November 2024 – 09:00 WIB
Penyidik KPK menghadirkan tiga tersangka korupsi berupa pemerasan dan gratifikasi di Pemprov Bengkulu dalam jumpa pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Minggu (24/11/2024). Satunya Gubernur Rohidin Mersyah. (ANTARA/Fianda Sjofjan Rassat)

jpnn.com - Kolumnis kondang Dahlan Iskan menilai di antara pilkada kemarin yang paling dramatis adalah Kalsel dan Bengkulu. Di samping Pilgub Jakarta yang mungkin masih harus pilkada putaran kedua.

Selebihnya, kata Dahlan, datar-datar saja. Yang didukung mantan Presiden Jokowi juga menang semua.

BACA JUGA: Tim Pemenangan Ridwan Kamil - Suswono Klaim Pilgub Jakarta 2024 Bakal 2 Putaran

"Paling sial memang Rohidin Mersyah di Bengkulu. Tinggal tiga hari lagi pilkada Rohidin ditangkap KPK," ujar Dahlan dikutip dari esainya berjudul Dramatik Datar, Kamis (28/11/2024).

Dahlan menulis bahwa penangkapan Rohidin juga dramatis. Pakai kejar-kejaran. Di jalan raya antara Bengkulu-Padang.

BACA JUGA: Begini Nasib Aipda R, Polisi yang Tembak Mati Siswa SMKN 4 Semarang

Rohidin masih menjabat Gubernur Bengkulu, sampai Desember depan. Sebagai incumbent posisinya kuat.

Hari itu, Sabtu (25/11/2024) malam, lima kepala dinas di Bengkulu ditangkap KPK. Tuduhannya: setor uang ke pribadi gubernur untuk biaya pemenangannya di pilgub.

BACA JUGA: Pilkada Siak 2024: Afni Z Berpidato, Massa Pendukung Bersorak-sorai

Saat lima kepala dinas masih ditahan di Polres, KPK mengejar Rohidin yang juga calon gubernur petahana.

Menurut Dahlan, kalau saja dia berhasil sembunyi selama tiga hari, bisa jadi hasil pilgubnya beda.

"Kemarin Rohidin kalah -di perhitungan sementara. Yang menang adalah Helmi Hasan, wali kota Bengkulu dua periode," lanjutnya.

Meski lahir di Lampung, Helmi sudah menjadi orang Bengkulu. Sebelum menjabat wali kota, adik Menko Zulkifli Hasan itu sudah menjadi anggota DPRD Provinsi Bengkulu.

"Yang juga sial adalah Acil Odah. Sebelum pilkada, suami Acil Odah juga diuber KPK," tutur Dahlan.

Sang suami Acil Odah, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor berhasil bersembunyi. Dalam persembunyiannya dia menyusun praperadilan.

Acil Odah sebenarnya sangat populer. Saat sang suami menjadi gubernur, Acil Odah menjabat kepala Dinas Kesehatan Kalsel. Dia memang seorang dokter.

"Acil" adalah bahasa Banjar untuk panggilan "tante". "Odah" diambil dari nama lengkapnya Raudlatul Jannah.

Saat Acil Odah sibuk-sibuknya berkampanye, Paman Birin jadi berita besar -yang sangat negatif.

"Acil Odah pun kalah -dalam perhitungan sementara sampai kemarin sore. Yang menang adalah Muhidin, yang selama ini menjadi wakil gubernurnya suami Acil Odah," sebutnya.

Muhidin memang juga populer di Kalsel. Dia adalah wali kota Banjarmasin sebelum menjadi wakil gubernur.

Di Kalbar, sang wakil gubernur juga menang -berdasar perhitungan sementara.

Gubernur incumbent Sutarmidji kali ini ingin ganti pasangan. Sang wakil, Ria Norsan, lantas maju sendiri.

Pintarnya, Norsan menggandeng tokoh Dayak, Krisantus Kurniawan.

Inilah pasangan Melayu-Melayu lawan Melayu-Dayak. Suara Melayu pecah dua. Suara Dayak utuh ke Krisantus, mantan anggota DPR RI.

"Akan tetapi perhitungan suara masih seru. Angkanya sangat mepet. Kejar-kejaran, tipis sekali," kata Dahlan.

Sementara, dalam Pilkada di Lampung, yang menang tokoh baru. Anak muda. Menangnya mutlak.

Selebihnya menurut Dahlan, tidak menarik diikuti. Bobby Nasution, menantu Jokowi, mengalahkan incumbent di Sumut.

"Orang Jokowi lainnya menang Jateng: Ahmad Luthfi. Jatim dimenangkan siapa lagi kalau bukan incumbent Khofifah Indar Parawansa," tuturnya.

Lalu, di Jabar, putra Prof B.J. Habibie, Ilham, kembali kalah. Kali ini kalah oleh Kang Dedi, mantan Bupati Purwakarta.

Dua wali kota yang diusung semua partai, menang lawan kotak kosong: Surabaya dan Samarinda.

Kemudian, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kembali menjabat lima tahun lagi -setelah itu berpotensi jadi Gubernur Jatim.

Andi Harun di Samarinda memang tidak ada tandingannya. Di samping dicalonkan oleh semua partai, Andi Harun sudah pula maju sebagai independen.

"Jakarta adalah satu-satunya daerah yang pakai putaran kedua. Yakni kalau tidak ada calon yang mendapat lebih 50 persen," kata Dahlan.

Kalau saja kemenangan Pramono Anung-Rano Karno tidak sampai 50 persen, maka di putaran kedua akan bertemu Ridwan Kamil dan Suswono. "Ini bisa berdarah-darah," ucapnya.

Dahlan menyayangkan calon ketiga di pilgub Jakarta hanya berfungsi sebagai penyebab putaran kedua. Begitu mahal taruhannya.

"Alangkah baiknya, kelak, kalau merasa tidak kuat tidak usah maju. Hanya bikin sulit banyak orang," ujar Dahlan.(disway/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler