Pilot Demokrasi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Minggu, 23 Oktober 2022 – 15:38 WIB
Presiden Jokowi. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Presiden Joko Widodo suka memakai kutipan dan metafora dalam berbagai kesempatan. 

Dalam sebuah event internasional, presiden mengutip narasi ‘’Winter is Coming’’ dari film seri ‘’Game of the Thrones’’.

BACA JUGA: Analisa Gestur Jokowi-Paloh di HUT Golkar, Ferdinand Bilang Sudah Tak Nyaman

Dalam kesempatan memberi sambutan pada acara ulang tahun ke-58 Partai Golkar kemarin (21/10), Jokowi mengutip YouTuber Nas Daily mengenai ‘’pilot dan demokrasi’’.

Nas Daily adalah seorang vlogger terkenal kelahiran Israel. Pria bernama asli Nuseir Yassin ini dikenal dengan video-video pendek dengan tema-tema yang luas, mulai dari kuliner sampai ke persoalan politik. 

BACA JUGA: Pakai Tamsil Pilot, Jokowi Dinilai Membandingkan Airlangga dengan Anies Capres NasDem

Pria yang juga berdarah Arab, Palestina ini memiliki 7,95 juta pengikut di YouTube.

Jokowi tidak menyebutkan sumbernya. Ia hanya menceritakan metafora mengenai demokrasi dengan mencontohkan cerita mengenai seorang pilot pesawat terbang. 

BACA JUGA: Jokowi Singgung Wajah Ical Kelihatan Cerah Gara-gara Batu Bara

Jokowi berbicara mengenai Pemilihan Presiden pada 2024 dan meminta Partai Golkar supaya berhati-hati dalam memilih calon presiden.

Jokowi mengibaratkan pemilihan presiden seperti memilih pilot pesawat terbang. Ada dua calon pilot yang akan dipilih secara demokratis dengan sistem pemilihan ‘’one person one vote’’. 

Dalam cerita metafora ini, satu penumpang mempunyai satu suara yang sama. Itulah prinsip demokrasi liberal yang sekarang berlaku di banyak negara.

Ada dua kandidat yang berkampanye dengan menyampaikan janji yang berbeda. Calon pilot pertama berjanji akan mematuhi semua peraturan penerbangan internasional jika nanti terpilih sebagai pemimpin penerbangan. 

Calon kedua berjanji akan menempatkan semua penumpang pada kelas bisnis eksekutif jika terpilih menjadi pilot yang mengendalikan penerbangan.

Dalam sebuah sistem pemilihan langsung yang bebas, mayoritas pemilih tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai calon yang hendak dipilihnya. 

Tidak cukup tersedia informasi mengenai para calon pilot supaya para penumpang benar-benar bisa memilih yang terbaik. 

Pemilihan pilot ini akan memengaruhi nasib hidup mereka. Salah memilih pilot yang tidak kompeten akan menyebabkan pesawat jatuh, dan nyawa seluruh penumpang dan kru pesawat menjadi taruhan.

Hampir semua penumpang memilih berdasarkan pertimbangan emosional, bukan atas pertimbangan rasional. 

Karena itu, tawaran program yang disampaikan oleh calon pilot pertama tidak terlalu menarik, meskipun sebenarnya program itu sangat bagus dan bahkan mutlak harus dilakukan oleh seorang pilot.

Sebaliknya, program yang ditawarkan oleh calon pilot kedua sangatlah menarik. Semua penumpang pesawat pasti ingin naik kelas eksekutif atau kelas bisnis yang nyaman.

Karena itu tawaran program calon pilot nomor dua sangat menarik, meskipun sebenarnya sang kandidat tidak mempunyai kemampuan kompetensi dasar mengenai penerbangan, dan tidak tahu mengenai aturannya.

Dalam sistem pemilihan demokrasi liberal langsung pilot kedua akan mudah memenangkan pemilihan.

Apalagi jika para penumpang mempunyai tingkat pengetahuan dan pendidikan yang tidak terlalu tinggi, janji-janji yang muluk itu pasti jauh lebih menarik ketimbang janji yang lebih rasional.

Singkat cerita, pilot kedua terpilih secara landslide, dengan selisih suara yang sangat besar. Dia terpilih menjadi pilot dan penerbangan akan dimulai. 

Akan tetapi, mungkinkan semua penumpang akan naik ke kelas eksekutif? Janji-janji kampanye akan tetap menjadi janji kampanye.

Itulah tamsil demokrasi dalam metafora pilot pesawat itu. Dalam sistem pemilihan demokrasi liberal, sering kali terjadi seorang pilot yang tidak kompeten terpilih menjadi pemimpin penerbangan.

Calon pemimpin yang berkampanye tidak dilihat dari programnya yang realistis dan rasional, tetapi dari janji-janji politik yang lebih mengaduk suasana emosional.

Belum lagi, dalam sistem demokrasi liberal peran uang menjadi faktor yang menentukan. 

Calon yang tidak kompeten akan lebih mudah mengalahkan calon yang berkualitas, tetapi tidak punya uang untuk menyosialisasikan program-programnya.

Sebaliknya, calon yang tidak berkompeten tetapi punya beking bohir yang banyak uang akan lebih mudah didandani dengan citra merakyat dan pro wong cilik, sehingga mudah mendapatkan suara rakyat. 

Dengan dukungan media yang membombardir publik dengan fake news dan hoaks, para pemimpin yang tidak berkompeten tetapi populer akan lebih mudah memenangi kontestasi.

Proses demokrasi berganti setiap 5 tahun. Problem mendasar masyarakat membutuhkan waktu yang lebih panjang sampai puluhan tahun. 

Seorang pilot yang berkompeten butuh waktu panjang untuk mendapatkan kompetensinya. 

Akan tetapi, dalam praktik demokrasi pilot-pilot yang tidak berkompeten bisa didandani dan dicitrakan sebagai pilot yang andal. 

Dengan dukungan uang untuk praktik vote buying, kandidat yang buruk bisa memenangi kontestasi kepemimpinan, dan nasib rakyat menjadi taruhan.

Dalam versi asli video dari kanal Nas Daily itu disebutkan bahwa sistem pemerintahan yang dijalankan di India dan China berbeda dengan sistem demokrasi liberal di berbagai negara. 

Sistem di China dan India lebih dekat pada sistem partai tunggal ketimbang demokrasi liberal.

Akan tetapi, dalam kenyataannya China dan India sekarang berada pada track pembangunan yang benar.

Pidato Jokowi itu menceritakan situasi real yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia sekarang ini, bahkan apa yang diungkapkan oleh Jokowi bisa saja mencerminkan kepemimpinan Indonesia sekarang ini.

Presiden yang dipilih dalam sistem demokrasi terbuka tidak selalu kompeten meskipun populer.

Para pengritik Jokowi sering membuat metafora mengenai pemerintahan Indonesia yang disamakan dengan sebuah pesawat terbang. 

Karena inkompetensi dalam kepemimpinan nasional, maka Indonesia disamakan dengan pesawat yang terbang dengan sistem auto-pilot. 

Indonesia terbang dengan sistem pilot otomatis karena tidak adanya pilot yang berkompeten.

Pernyataan dalam pidato Jokowi itu ibarat menepuk air di dulang tepercik muka sendiri.

Prof. Salim Said mempunyai gambaran yang khas mengenai kepemimpinan nasional dewasa ini. 

Menurut dia, kepemimpinan Jokowi sekarang ini adalah kepemimpinan yang berani.

Maksudnya, Jokowi terlalu berani menjadi pemimpin Indonesia tanpa dibekali dengan kompetensi yang memadai. 

Jokowi, menurut Salim Said, tidak mempunyai pandangan yang komprehensif mengenai problem dan tantangan yang dihadapi Indonesia.

Ungkapan bahasa Inggris menyebutkan ‘’Ignorance is a bliss’’, ketidaktahuan adalah kebahagiaan.

Orang yang tidak tahu mengenai kondisi lingkungan tidak akan menyadari bahaya di sekelilingnya. 

Dia akan tenang-tenang saja, atau malah merasa bahagia dengan kondisi yang ada.

Kritik terhadap sistem demokrasi sudah menjadi perdebatan panjang oleh para ahli. Sistem ini diperkenalkan di barat dan menyebar ke seluruh dunia setelah Perang Dunia II. 

Sistem demokrasi liberal dianggap cocok dengan sistem sosial di barat, tetapi tidak dengan sendirinya bersifat universal dan cocok diterapkan di semua negara.

Beberapa negara yang sekarang mempunyai posisi politik dan ekonomi yang kuat tidak sepenuhnya menerapkan sistem demokrasi liberal. China salah satu di antaranya.

Turki juga tidak sepenuhnya menerapkan sistem demokrasi liberal, tetapi sekarang menjadi sebuah kekuatan alternatif yang bisa menyaingi Barat.

Contoh paling sukses ditunjukkan oleh Singapura. Negeri kecil itu menjadi salah satu negara paling makmur dan sejahtera di dunia tanpa menerapkan demokrasi liberal ala Barat.

Lee Kuan Yew yang menjadi perdana menteri Singapura selama 31 tahun sejak 1959 sampai 1990, membuktikan bahwa tanpa demokrasi liberal Singapura bisa menjadi ‘’world class country’’, negara kelas dunia.

Lee mengecam sistem demokrasi liberal yang dianggapnya tidak sesuai dengan budaya timur. 

Sebagai gantinya Lee menerapkan sistem demokrasi terbatas dan memadukannya dengan budaya kolektivitas yang lebih sesuai dengan sistem filosofi Asia. 

Dengan model itu, Singapura menjadi negara maju yang bisa bersaing dengan barat.

Mantan perdana menteri Inggris Winston Churchill mengatakan bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan terburuk, tetapi tetap terbaik dibanding semua sistem pemerintahan yang ada.

‘’Democracy is the worst form of government, except for all the others that have been tried’’.

Itu adalah pembelaan apologetik dari Churchill.

Pendapatnya salah, karena dia tidak melihat perkembangan di Singapura.

Indonesia akan menghadapi momen pergantian kepemimpinan nasional pada 2024.

Sudah saatnya rakyat memilih pilot yang benar-benar punya kompetensi.

Jangan sampai terjadi salah pilih pilot yang tidak kompeten.

Indonesia terlalu besar untuk dibiarkan terbang dengan sistem auto-pilot. (**)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Jokowi   pilot   Demokrasi   Pilpres   kepemimpinan  

Terpopuler