jpnn.com, JAKARTA - Penerbang Mayor Pnb Mulyo Hadi berbagi pengalaman saat menerbangkan pesawat TNI Angkatan Udara ketika menjalani operasi evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Kabul, Afghanistan.
Dia menceritakan ada sejumlah tantangan yang dihadapi, menyusul konflik Afghanistan yang memanas.
BACA JUGA: Prajurit Dituding Bakar Rumah Warga, Pernyataan Danrem Tegas Banget!
Antara lain, kerumunan massa yang terus bertambah di Bandara Hamid Karzai, Kabul.
Kerumunan juga terus memadati bandara di Islamabad, Pakistan.
BACA JUGA: Senator Riri Desak 4 RUU ini Segera Disahkan, Sangat Penting!
Selain itu, fungsi pengaturan dan navigasi juga tidak beroperasi maksimal di Bandara Hamid Karzai, setelah Taliban mengambil alih pemerintahan di Afghanistan.
“Hambatan yang dihadapi terutama adalah data-data terkini dari landasan Bandara Hamid Karzai International, serta kondisi sekitar landasan yang tidak menentu."
BACA JUGA: Jangan Sampai Indonesia Dianggap Pahlawan Kesiangan di Konflik Afghanistan
"Eskalasi kerumunan massa terjadi ketika awak pesawat sampai di Islamabad sehingga keputusan dari Kementerian Luar Negeri RI menunda penjemputan selama 1-2 hari,” ujar Mayor Pnb Mulyo sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis Dinas Penerangan TNI AU, Sabtu (21/8).
Awak pesawat akhirnya mendapatkan data-data lengkap kondisi Bandara Hamid Karzai dan tim memutuskan terbang ke Kabul pada Jumat (20/8).
Keputusan itu dibuat setelah pesawat mendapatkan izin pendaratan dari otoritas di Kabul, Jumat.
Penerbangan dilakukan pada dini hari sekitar pukul 04.33 waktu setempat dari Islamabad.
Harapannya, kondisi bandara sepi sehingga evakuasi berjalan kondusif, kata Mulyo Hadi.
Namun, penerbang dan awak pesawat menghadapi tantangan lain setibanya di Bandara Hamid Karzai.
Bandara itu berada di wilayah yang dikelilingi pegunungan dan banyak fasilitas navigasi serta kontrol dari bandara yang tidak berfungsi.
“Saat pelaksanaan evakuasi, medannya dikelilingi pegunungan dengan ketinggian landasan pacu 5.877 kaki di atas permukaan laut."
"Ditambah fasilitas bantuan navigasi bandara (ILS, VOR), night facilities, dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal."
"Mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan berat saat mendekati Bandara Hamid Karzai,” kata Mayor Pnb Mulyo Hadi.
Menurutnya, landasan pacu di Bandara Hamid Karzai cenderung gelap karena pendaratan berlangsung pada dini hari saat matahari belum terbit dan lampu di landasan pacu tidak seluruhnya menyala.
“Landing (pendaratan) di Kabul menjadi tantangan paling utama bagi seluruh awak pesawat A-7305,” ucapnya.
Usai mendarat, tim evakuasi segera menjemput 26 WNI dan tujuh warga negara asing untuk masuk pesawat.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai pemegang otoritas sementara bandara di Kabul memberikan waktu yang terbatas untuk evakuasi.
Tim evakuasi semula menjadwalkan evakuasi berjalan selama 30 menit, tetapi prosesnya akhirnya berlangsung selama dua jam.
Mulyo menyampaikan saat evakuasi tidak semua barang bawaan WNI dapat diangkut dalam pesawat.
“Demi keselamatan bersama, kami membatasi barang bawaan hanya koper jinjing saja sehingga kami memohon maaf kepada WNI dan WNA karena tidak semua kopernya bisa masuk dalam pesawat,” katanya.
Pesawat TNI AU Boeing 737 seri 400 Skadron Udara 17 berangkat dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 18 Agustus 2021.
Perjalanan dari Jakarta ke Kabul menempuh waktu hampir 72 jam mengingat rute panjang dan adanya pemberhentian di Islamabad.
Setidaknya ada 10 anggota Skadron Udara 17 TNI AU yang bertugas menjadi awak pesawat ditambah dua penerbang.
Di samping Mayor Pnb Mulyo Aji, penerbang lainnya adalah Letkol Pnb Ludwig Bayu.
Kemudian ada enam anggota dari Satbravo-90 Paskhas TNI AU yang juga terlibat dalam evakuasi WNI di Kabul.
Tim evakuasi secara keseluruhan terdiri atas prajurit TNI, anggota Badan Intelijen Negara dan Kementerian Luar Negeri RI.
Mayor Pnb Mulyo Hadi, yang mewakili satuannya, menyampaikan rasa bangga karena Skadron Udara 17 dipercaya mengemban tugas negara mengevakuasi dan menyelamatkan WNI di tengah situasi Afghanistan yang memanas.(Antara/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang