jpnn.com, JAKARTA - PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) meluncurkan Buku Panduan Strategi Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola ESG (Environmental, Social & Governance), pada Kamis, (13/10).
Peluncuran ini menjadikan GRP sebagai perusahaan baja terdepan di Asia Tenggara, yang terus fokus pada ESG pada setiap lini bisnisnya.
BACA JUGA: Perilaku Buruk Rizky Billar Kepada Lesti Rupanya Sudah jadi Perbincangan Lama di Kalangan Artis
General Manager Perencanaan & Keberlanjutan Perusahaan GRP, Sheren Omega menjelaskan, peluncuran tersebut bertujuan mengatasi permasalahan perubahan iklim dan isu-isu sosial.
Selain itu, upaya tersebut juga sejalan dengan visi industri menuju keberlanjutan dan mendukung Pemerintah Indonesia untuk mencapai nol karbon selambat-lambatnya pada 2060.
BACA JUGA: Gandeng Jusung, GRP Ikuti Tender Proyek Strategis Nasional USD 310 Juta
“Buku panduan ini sejalan dengan tekad GRP untuk mengubah pendekatan tradisional dalam industri yang menyumbang 8% dari emisi global. Untuk itu, kami bekerja sama dengan pakar industri untuk menilai lanskap baja di wilayah ini,” kata Sheren Omega.
Sheren menerangkan, Buku Panduan Strategi ESG menguraikan langkah-langkah kunci yang akan diambil perusahaan guna menuju produksi baja berkelanjutan.
BACA JUGA: Survei Charta Politika: Elektabilitas Ganjar Meroket di Jateng dan Lampung
Hal ini didasarkan pada upaya yang sudah dilakukan GRP, seperti membuat produk yang telah disertifikasi oleh standar global dan pembelian kredit karbon.
Saat ini, GRP bahkan tercatat sebagai salah satu produsen baja pertama di Asia Tenggara yang telah melakukan pembelian kredit karbon.
“Buku Panduan Strategi ESG juga untuk memandu Departemen Keberlanjutan dalam melaksanakan tujuan dan visi misi perusahaan,” ujar Sheren.
Sementara, Presiden Direktur GRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng menambahkan, GRP memiliki misi untuk dekarbonisasi produksi baja dan mengurangi emisi gas rumah kaca di kawasan Asia Tenggara.
Oleh karena itu, seiring meningkatnya permintaan baja, pihaknya juga bertanggung jawab memproduksi baja dengan cara meminimalkan kerusakan lingkungan.
Upaya ini sangat penting, mengingat baja menjadi komponen utama dalam ekspor Indonesia.
“Kami harus memastikan produksi baja berkelanjutan menjadi hal utama bagi semua produsen baja. Kami berharap Buku Panduan Strategi ESG bisa membuka jalan ke depan untuk praktik terbaik dalam manufaktur baja,” tuturnya.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada