Pimpinan DPD RI Dorong Pemerintah Turunkan Biaya Tes PCR

Kamis, 12 Agustus 2021 – 23:09 WIB
Wakil ketua DPD RI Sultan B Najamudin. Foto: Humas DPD RI

jpnn.com, JAKARTA - Dengan masih rendahnya persentase vaksinasi yang dilaksanakan oleh pemerintah, maka dalam mengantisipasi transmisi penularan Covid-19 penting untuk meningkatkan upaya pengujian dan pelacakan (testing and tracing).

Hal ini diperlukan sebagai tindakan dalam pengendalian virus di Indonesia. Sebab, beberapa waktu terakhir angka kasus terinfeksi hingga menyebabkan kematian mengalami peningkatan.

BACA JUGA: Sultan Andara, Raffi Ahmad Belikan Mobil Rp 300 Juta untuk Ucok Baba

Mengenai ini, ada dua alat tes yang lazim digunakan, yaitu tes dengan polyemerase chain reaction (PCR) dan rapid tes antigen. Hanya saja, perbedaan dari dua metode tersebut adalah tingkat akurasi dari hasil tes yang dilakukan.

Menurut Dosen Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Basti Andriyoko, dr., Sp.PK(K), jika dibandingkan, akurasi tes PCR tetap lebih baik dibanding tes antigen.

BACA JUGA: Pimpinan DPD RI: TNI dan Polri Berkontribusi Besar Terhadap Penanganan Covid-19

Hal ini yang menjadikan tes PCR menjadi gold standar dalam menentukan apakah seseorang tersebut positif covid-19 maupun negatif. Tingkat akurasi PCR bisa sampai 95 persen, sedangkan antigen ini akan ada miss 10–15 persen.

Akan tetapi, dengan tingkat akurasi yang tinggi serta merupakan standar utama dalam mendeteksi keberadaan virus Covid-19 di tubuh manusia, masalahnya adalah harga tes PCR di Indonesia dinilai masih cukup tinggi (800 ribu hingga jutaan), sehingga sulit didapatkan oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

BACA JUGA: Jaringan Internet Sulit, Pelajar Terpaksa Belajar di Tepi Sungai, Pimpinan DPD RI Merespons Begini

Wakil ketua DPD RI Sultan B Najamudin angkat bicara mengenai persoalan ini.

Menurut Sultan, tes PCR adalah alat tes yang seharusnya dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat.

Sebab akurasi alat deteksi infeksi virus tersebut sangat berpengaruh terhadap tindakan kepada si pasien hingga perlakuan kebijakan terhadap penyebaran Covid-19.

“Yang pertama ingin saya sampaikan bahwa cara pandang utama dalam menghadapi pandemi pada saat ini adalah dengan menggunakan kacamata kemanusiaan. Dan untuk mewujudkannya diperlukan kehadiran Negara,” ujar Sultan.

Sultan juga menambahkan bahwa selama ini banyak sekali kasus terinfeksi Covid-19 yang tidak terdeteksi dikarenakan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri.

Baik karena tidak memahami pentingnya mendeteksi dini kondisi kesehatan ataupun ketidak mampuan dikarenakan akses dan biaya.

‘Kita semua yakin banyak sekali masyarakat yang tidak melakukan tes padahal dia telah tertular dan terinfeksi virus, sehingga penyebaran terjadi di luar pantauan pihak pemerintah,” tegas Sultan.

Lalu, menurutnya, tidak boleh ada pihak mana pun yang ‘berbisnis’ mengambil keuntungan sedikitpun dengan memanfaatkan situasi bencana saat ini.

"Kita mendengar biaya tes PCR di negara kita jauh lebih mahal daripada beberapa negara tetangga, India misalnya. Di sana bisa lebih murah hanya 150 ribuan. Maka, saya meminta agar pemerintah dapat membuat kebijakan ulang untuk menurunkan biaya tes tersebut ke limit yang paling minimum,” tegasnya.

Eks Wakil Gubernur Bengkulu tersebut juga mengimbau kepada klinik dan Rumah Sakit yang menyediakan tes PCR agar lebih menggunakan pendekatan manusiawi dalam menerapkan biaya kepada masyarakat.

“Bicara pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam konteks apapun tidak bisa ditinjau dari untung rugi. Yang menjadi tugas utama kita semua adalah memastikan keselamatan seluruh rakyat Indonesia,” ujar Sultan.(jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler