Pimpinan MUI Tulis Puisi: Ke Manalah Hati Mereka yang Tega Membunuh Sesama

Rabu, 09 Desember 2020 – 14:37 WIB
Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas. Foto: ANTARA/HO-Dokumentasi Humas Muhammadiyah

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menuliskan puisi sebagai bentuk keprihatinan atas tindakan polisi yang membunuh enam anggota Laskar FPI.

Dalam puisi itu, Anwar bertanya di mana nurani para pelaku sehingga bisa mudahnya membunuh sesama warga negara itu.

BACA JUGA: Pemakaman Anggota FPI di Megamendung Diwarnai Fenomena Mengejutkan

Anwar juga mengingatkan bahwa nyawa itu hakikat manusia.

Negara pun harus melindunginya.

BACA JUGA: Anwar Abbas: Mengapa Anggota DPR Sekarang Bisa Seperti Ini?

Sebab, apa gunanya pemerintah dan negara apabila tidak bisa melindungi warganya. (tan/jpnn)

Berikut isi puisi Anwar Abbas yang dikirim kepada JPNN.com:

BACA JUGA: FPI Bilang Tak Punya Senjata, Kombes Yusri: Itu Berita Bohong

Setiap kita pasti akan mati. Tetapi kalau akan mati, mudah-mudahan kita mati secara alami. Jangan karena dibunuh atau melakukan bunuh diri. Itu namanya melanggar ketentuan Tuhan dan itu benar-benar sangat tidak terpuji.

Tetapi apa yang terjadi? Enam orang anak muda tersungkur mati dihantam peluru tajam aparat polisi di pagi hari. Di Tol Cikampek ketika mereka mengantar dan mengawal Habib Rizieq yang akan menyampaikan ceramah pagi di depan jemaahnya yang sudah siap menanti.

Ini benar-benar merupakan pagi yang kelabu, di mana nyawa enam orang anak muda hilang seketika dengan mudahnya, di tangan mereka yang tega berbuat kejam kepada sesama anak bangsa.

Semestinya semua kita harus tahu termasuk para polisi bahwa nyawa manusia itu sangat berharga. Menghilangkan nyawa satu orang sama artinya dengan menghilangkan nyawa seluruh anak manusi yang ada di dunia.

Apalagi kita ini adalah penduduk dari negara yang berbudaya dan menghormati agama. Jangan sekali-kali kita mempermain-mainkan nyawa kita dan saudara-saudara kita.

Nyawa itu adalah intinya manusia kalau dia sudah hilang dan atau tiada maka dia akan diantar ke pandam pekuburannya.

Saya tidak habis mengerti ke mana lah hati orang yang tega membunuh kawannya yang sesama manusia yang sebangsa dan senegara?

Apakah dia tega dan bisa menerima kalau hal itu terjadi pada istri atau suami serta anak-anak dan kedua orang tuanya?

Saya percaya kalau orang itu masih waras dan masih punya hati nurani pasti dia tidak akan sanggup dan rela menerimanya. Tetapi hal itu sudah terjadi dan sudah merupakan fakta.

Kalau begitu pertanyaannya negeri ini negeri apa dan negeri siapa? Dan negeri ini akan mau dibawa ke mana?

Hukum harus ditegakkan dan kasusnya harus diusut setuntas-tuntasnya. Supaya jangan ada rasa curiga di antara sesama kita. Karena negeri ini adalah negeri kita bersama.

Tidak boleh ada orang berbuat seenak perutnya saja. Ini negara hukum. Kalau itu dibiarkan maka negeri ini akan hancur dan akan binasa.

Maukah kita hal itu akan terjadi menimpa negeri dan bangsa kita? Ya, jelas kita tidak mau. Untuk itu tegakkan hukum dengan sungguh-sungguh dan dengan sebaik-baiknya. Kalau tidak maka semua kitalah yang akan menanggung akibat dan dampak buruknya.

Dan kalau kita tidak bisa menegakkannya maka pertanyaannya untuk apalagi gunanya kita punya pemerintah dan bernegara. Bukankah di dalam konstitusi kita sudah ada penjelasannya bahwa tugas negara dan pemerintah itu adalah melindungi rakyatnya termasuk jiwa dan raganya.

Untuk itu kepada Presiden Jokowi saya berharap berbuatlah dengan sebaik-baiknya jangan biarkan negeri ini carut marut seperti ini. Jangan biarkan ada orang yang bisa menghilangksn nyawa orang lain dengan mudahnya. Karena kalau hal itu terjadi dan tidak mendapatkan penyelesaian yang seadil-adilnya maka dia akan sangat-sangat berbahaya bagi masa depan bangsa kita. 

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler