Pimpinan Ponpes di NTB jadi Pahlawan Lingkungan

Rabu, 11 Juli 2012 – 02:20 WIB
TGH Hasanain Juaini (memegang trofi) dan La Tofi, Chairman La Tofi School of CSR dalam malam penganugerahan Indonesia Green Award di Hotel Indonesia Kempinsky, Jakarta, Selasa (10/7) malam. Foto : Zulhakim/JPNN

JAKARTA - Peraih Ramon Magsaysay Award 2011, TGH Hasanain Juaini kembali mengukir prestasi di bidang lingkungan.  Kali ini Pimpinan Pondok Pesantren, Nurul Haramain, Narmada, Lombok Barat, NTB itu meraih penghargaan bidang lingkungan Green Local Hero.

Anugerah ini diberikan dalam acara Indonesia Green Award (IGA) 2012 yang digelar oleh The La Tofi School of CSR bersama Majalah BISNIS & CSR. IGA sudah ketiga kalinya diberikan sejak 2010 lalu. Kali ini penerimanya adalah para individu, korporasi, lembaga pemerintah atau komunitas yang konsen terhadap isu-isu lingkungan.

Maksudnya, mereka yang melakukan upaya nyata untuk memperbaiki kondisi alam di Indonesia. Tujuannya tak lain untuk terus menghargai dan memotivasi tumbuhnya kesadaran bersama untuk terus menjaga dan melestarikan alam yang akan diwariskan untuk generasi mendatang.

Ada 21 katagori yang diberi award dalam malam penganugerahan yang berlangsung Selasa (10/7)  malam di Hotel Indonesia Kempinsky, Jakarta. Kategorinya antara lain Green Manufacture, Green Mining, Green Energy, Green Automotive, Green Pharmacy, Green Consumer Product, Green Agro Industry, Green Forestry, Green Banking, Green Insurance, Green Telecommunication, Green Transportation, Green Real Estate, Green Hotel, Green Hospital, Green Province, Green City, Green School, Green Campus, Green Media dan Green Local Hero.

Untuk katagori terakhir merupakan satu tambahan katagori baru yang diberikan untuk tokoh penggerak lingkungan di pelosok nusantara yakni Green Local Hero. Katagori ini pula yang diraih Hasanain.

Seperti diketahui sebelumnya, Hasananin Juaini sejak lama merintis program rehabilitasi lingkungan melalui upaya reboisasi. Melalui Ponpes yang dipimpinnya, pria kelahiran  17 Agustus 1964 itu menggerakkan masyarakat sekitar agar mau turun tangan menghijaukan kembali areal hutan di kawasan Narmada Lombok Barat.

Adanya keterlibatan masyarakat melalui siklus yang terus menerus setidaknya telah mampu merubah kegiatan pelestarian alam ini menjadi budaya sehari-hari. Sementara untuk bibit pohon Ponpes tersebut memproduksi sendiri dengan melibatkan para santri dan menjadi bagian dari mata pelajaran.

Tanaman-tanaman inilah yang kemudian didistribusikan ke sejumlah wilayah yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kelak kegiatan inilah yang membuat Ramon Magsaysay Award Foundation (RAMF) memberi nilai lebih untuk Hasanain sehingga layak mendapatkan Ramon Magsaysay Award tahun 2011
 
Sementara terkait award dari La Tofi, Hasanain menyebutnya sebagai dorongan untuk berupaya lebih banyak lagi bagi lingkungan. "Besok saya akan ke Bogor, kita mau belajar mengenai pembangunan dan pengelolaan Kebun Raya, kita akan membangun  Kebun Raya di Lombok," ujarnya usai penganugerahan tersebut di Hotel Indonesia Kempinsky, Jakarta.

Selain Hasanain ada tiga tokoh penggerak pelestarian lingkungan yang juga mendapatkan anugerah dalam katagori ini yaitu. Erni Suhaina, penggerak komunitas kreatif di Cilacap yang mampu memanfaatkan  sampah dan limbah tak berguna lainnya untuk perekonomian masyarakat.

Kemudian ada Haji Chairudin atau yang akrab disapa Bang Idin. Ia merupakan sosok yang tak kenal lelah merawat Kali Pesanggerahan, Jakarta agar mampu bermanfaat lebih besar bagi warga sekitar. Selain itu ada juga Nur Alam, aktivis penggerak lingkungan asal Sulawesi Tenggara.

Sementara La Tofi selaku Chairman La Tofi School of CSR menyebut Hasanain memiliki kesungguhan dan keberhasilan dalam menggerakkan pelestarian alam melalui ponpes yang dimilikinya. Menurutnya, hal ini sangat menarik dan mampu membudayakan kesadaran lingkungan di masyarakat sekitar.

"Tuan Guru (Hasanain) itu mampu mengaplikasikan ajaran agama ke dalam kegiatan pelestarian lingkungan, lebih dari itu dia, memulai dengan mencontohkan kemudian mengajarkan dan menyebarluaskannya di masyarakat," ujar pria kelahiran Bima ini.

Acara ini sendiri dihadiri Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Hadir juga Guru Besar Manajemen Lingkungan ITB Prof. Ir. Surna Tjahja Djajadiningrat selaku ketua dewan juri beserta undangan lainnya.(zul/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sabun Colek pun Jadi Komponen Upah Minimum


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler