Pin Clamp dari Besi Tuang

Penyebab Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara

Jumat, 13 Januari 2012 – 06:26 WIB

SURABAYA - Tim sebelas yang dibentuk Kementrian Pekerjaan Umum membeberkan penyebab ambruknya Jembatan Kutai Kartanagera (Kukar) kemarin (12/1). Ketua tim Prof Priyo Suprobo menuturkan pemicu akhir dari robohnya jembatan sepanjang 710 m itu adalah proses jacking yang dilakukan pada saat pemeliharaan kurang tepat.

Sebab, pada saat penaikan lantai kendaraan yang mengendur sampai 72 cm itu kendaraan tetap dibiarkan lewat. Hal itu berdampak pada beban yang harus ditanggung kabel jembatan semakin berat.

Sedangkan disatu sisi, kabel jembatan itu semakin menegang karena proses pengencangan lantai kendaraan yang kendur. Pengencangan itu menggunakan dongkrak yang ditumpukan pada kabel jembatan. Klem yang menghubungkan kabel utama dengan hanger itu tak mampu menahan gaya yang berasal dari dongkrak.

Dampak dari pemakian dongkrak itu, pada waktu bersamaan dongkar mengangkat juga menarik hanger. Sehingga, kabel hanger itu pun jadi semakin mengencang. "Di satu sisi, kabel-kabel hanger yang lain kan jadi kendur. Soalnya, kabel yang tengah mengencang," kata Probo.

Imbasnya, kabel pada bagian tengah itu jadi semakin menanggung beban yang bertambah berat. Sebab, kabel-kabel di bagian lebih pinggir itu mengendur. Tak hanya itu, ada pula perbedaan ketinggian pada titik di sebelah hilir yang telah dinaikan sampai 15 cm. Sedangkan sisi sebelah hulu baru 10 cm.

Kondisi itu diperparah dengan bahan clamp yang kurang kuat. Sebab, pada bagian pin hanging bar clamp berbahan FCD 60 (Ferro Casting Ductile) atau lebih dikenal sebagai besi tuang. Material jenis itu tidak boleh dipakai untuk bagian-bagaian penting pada jembatan. "Karena sifatnya yang getas," kata Prof Probo.

Yang pertama putus, kata dia, berada pada titik 13. Lantas, akibat daya kejut dari clamp yang putus itu berdampak pada clamp yang lainnya. "Ada efek domino," imbuhnya.

Dia menjelaskan, sudah ada peraturan di Jepang tentang larangan menggunakan FCD 60 sebagai bagian penting pada jembatan bentang panjang. Peraturan itu, kata dia, sudah muncul sebelum pembangunan jembatan Kukar. Namun, material tersebut masih saja digunakan. Bahkan, second opinion dari pihak lain juga tak mempermasalahkan bahan tersebut.

Hidayat Soegihardjo, anggota tim sebelas, menambahkan bahwa bahan tersebut sebenarnya termasuk bahan yang kuat. FCD 60 itu memiliki kekuatan ulimatum 60 kg/mm kubik. Namun, material yang kerap disebut besi tuang itu dikenal getas. "Kalau harganya tak jauh berbeda. Kalau FCD itu nilainya 0,9 sedangkan baja tuang itu nilainya satu," ujarnya.

Pemilihan FCD 60 itu berkaitan dengan masalah perencanaan semejak awal. Dia menilai sejak semula pihak-pihak yang dilibatkan dalam proyek tersebut kurang kompeten dalam bidang perencanaa. "Ada lack of knowledge," tutur dosen yang mengajar mata kuliah jembatan bentang panjang itu.

Selain pemilihan bahan yang tidak sesuai, tim tersebut juga menemukan persoalan lain. Pada saat pelaksanaan proyek, ternyata tidak memakai uji material, uji fatik atau kelelahan bahan, uji impak, dan uji relaksasi. Pengujian itu dibutuhkan untuk mendapatkan komposisi yang tepat semua bahan yang digunakan. "Misalnya tidak ada uji keropos pada FCD 60," ungkapnya.

Dana pemeliharaan yang minim juga disebut-sebut sebagai faktor lain yang turut membuat jembatan itu hanya bertahan sepuluh tahun. Pada 2011, anggaran pemeliharaan yang disediakan Rp 2,7 miliar. Semestinya, anggaran yang disiapkan pertahun itu senilai dua persen dari biaya pembuatan awal. "Anggaran pemeliharaan terlalu minim," sambung Probo.

Dia menegaskan, penyebab dari runtuhnya jembatan di Tengarong itu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan. Nah, yang menjadi pemicu akhir dari musibah yang merenggut 24 korban jiwa itu adalah proses jacking pada saat pemeliharaan yang kurang tepat.

Imbas musibah itu, dalam waktu dekat akan dibentuk komite keselamatan jembatan bentang panjang. Tim tersebut, kata dia, akan ditugaskan ntuk mengawasi semua jembatan bentang panjang yang ada di Indonesia. "Semoga dari musibah itu bisa pelajaran yang berharga untuk tetap berkarya pada negeri dengan lebih baik lagi," harapnya. (jun)

Penyebab utama
Jacking yang kurang tepat
- clamp tak kuat menahan beban dari gaya dongkrak.
(Dongkrak digunakan untuk menaikan lantai kendaraan yang kendor sampai 72 cm (pada 2011). Pilar utama terdefleksi sampai 15 cm ke arah dalam)
- pin terbuat dari FCD 60 atau besi tuang. Material itu tak dipekenankan untuk bagian vital pada konstruksi jembatan.
- pada sisi hilir telah berhasil dinaikan 15 cm. Sedangkan sisi hulu yang baru mendongkrak 10 cm sudah terjadi insiden.

Pelaksanaan
- tidak ada uji uji material, uji fatik atau kelelahan bahan, uji impak, dan uji relaksasi.

Pemeliharaan
- dana yang disediakan untuk pemeliharaan minim.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Laporan Keuangan Diduga Fiktif, Jaksa Tunggu Laporan LSM


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler