Pintu 13 Stadion Kanjuruhan Sudah Seperti Kuburan Aremania, Eko Menangis

Rabu, 05 Oktober 2022 – 14:19 WIB
Pintu 13 Stadion Kanjuruhan. Konon di lokasi ini ditemukan banyak Aremania yang meninggal. Foto: Ridho Abdullah/JPNN

jpnn.com - MALANG - Pintu 13 yang terletak di selatan Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur konon menjadi titik paling parah saat Tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022.

Salah seorang Aremania yang menjadi saksi tragedi, Eko menceritakan detik-detik nan mencekam di Pintu 13.

BACA JUGA: Begini Sikap Kapten Timnas Indonesia Soal Tragedi Kanjuruhan

Eko, pria berasal dari Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, itu meski memegang tiket menonton, tetapi memilih untuk di luar stadion.

 

BACA JUGA: Sesepuh Aremania Anto Baret: Kita Kawal Pengusutan Tragedi Kanjuruhan

Dia berjaga di luar stadion sambil nongkrong di warung kopi berdua dengan temannya.

“Saya tidak masuk stadion meski punya tiket dan hanya minum kopi di dekat Gate 10 bersama Sam Keceng,” kata Eko, Selasa (4/10).

BACA JUGA: Data Terbaru Jumlah Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan

Menurut dia, sebelum kerusuhan pecah, aparat keamanan cukup banyak berkumpul di depan pintu VIP. Dia memperkirakan jumlahnya mencapai ribuan dengan peralatan lengkap.

Tampak juga anjing K9 yang ikut berjaga di sana.

“Setengah babak pertama masih aman dan tidak terjadi permasalahan apa pun,” ucapnya.

“Setelah peluit panjang, saya mendengar tembakan pertama. Saya curiga. Setelah itu terdengar suara tembakan sampai tujuh kali,” imbuh Eko.

Dia mengaku selama menonton pertandingan di Stadion Kanjuruhan, belum pernah melihat adanya kerusuhan sampai terdengar bunyi tembakan tujuh kali.

Kondisi saat itu kemudian makin kacau. Banyak orang histeris meminta pertolongan.

“Saya diajak oleh teman membantu evakuasi, ada satu, dua, sampai lima orang yang digotong terlihat pingsan. Saya lalu teringat teman-teman dan saudara di (Pintu) 11, 12, 13, dan 14,” tutur Eko.

Eko memutuskan pergi ke Pintu 14 terlebih dahulu. Pintu terbuka. Tidak ada korban meninggal, tetapi ada yang pingsan.

Ketika Eko tiba di Pintu 13, dia tak bisa membendung air mata. Banyak korban berjatuhan, terhimpit dengan suara meminta tolong.

“Saya melihat Pintu 13 sudah seperti kuburan adik-adik saya,” katanya.

Eko bersama temannya yang biasa dipanggil Keceng pun spontan segera pengin menolong.

Dia mencari petugas pemegang kunci pintu stadion.

Eko sempat bertemu dengan petugas menggunakan rompi oranye yang kerap bertugas di pinggir lapangan.

"Dia tidak bisa apa-apa dan tak membawa kunci," ujarnya.

Selama proses mencari kunci, Eko meminta tolong kepada oknum berbaju hijau, tetapi mendapat respons tidak baik. Eko hampir dipukuli.

“Dia (oknum berbaju hijau) dan temannya juga katanya korban pemukulan,” ujarnya.

Setelah cukup lama mencari, Eko akhirnya menemukan pertolongan dari pria berbaju hitam.

Pria tersebut akhirnya membuka Pintu 13.

Ketika dibuka sudah banyak korban yang berjatuhan, rata-rata usia masih muda. Ada yang sudah meninggal, ada yang kritis.

“Rata-rata korban sudah meninggal dunia dan jumlahnya banyak,” kata Eko. (mcr26/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler