PISPI - Unbraw Bekerja Sama Tingkatkan Ekosistem Bisnis Pertanian 4.0

Selasa, 25 Juni 2019 – 22:23 WIB
Pembicara dan peserta Sarasehan Tani Nasional dengan tema “Menciptakan Ekosistem Bisnis Pertanian di Era Revolusi 4.0” yang di Kampus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Foto: Ist

jpnn.com, MALANG - Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (Unbraw) menggelar Sarasehan Tani Nasional dengan tema “Menciptakan Ekosistem Bisnis Pertanian di Era Revolusi 4.0” yang berlangsung di Kampus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Minggu (23/6).

Dalam kesempatan tersebut hadir, Ketua Umum PISPI Sunarso; Rektor Universitas Brawijaya Nuhfil Hanan; Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Damanhuri dan Sekretaris Jenderal PISPI Arief Goentoro.

BACA JUGA: PISPI Sebut Beras Surplus, Pemerintah tidak Perlu Impor

Sunarso saat menyamaikan orasi ilmiah pada acara pembukaan Sarasehan menyampaikan dalam mendukung terciptanya ekosistem bisnis pertanian 4.0 perlu adanya transformasi yang visioner dan integratif. Visioner dalam artian harus memikirkan kondisi pertanian 100 tahun yang akan datang serta integratif dengan adanya kolaborasi dari berbagai stakeholder yang berkepentingan.

BACA JUGA: Indonesia Mencatat Surplus Perdagangan Pertanian dengan Eropa

BACA JUGA: PISPI Menyikapi Krisis Petani Muda dengan Cara Ini

Sunarso yang juga Wakil Direktur Utama BRI, mengatakan ada empat hal yang merupakan tantangan yang harus dilakukan dalam mewujudkan ekosistem bisnis pertanian yang berkelanjutan. Yaitu mengintegrasikan setiap stakholder yang terlibat dalam pembangunan pertanian, bertani di lahan sempit, bertani di daerah perkotaan dan bertani tanpa tanaman.

“Pertanian yang visioner itu adalah bagaimana melihat peluang dari setiap tantangan demi terciptanya ekosistem bisnis pertanian yang berkelanjutan, seperti bagaimana kita harus bisa bertani di lahan sempit, bertani di daerah perkotaan, dan bertani tanpa tanaman seperti halnya menciptakan daging tanpa berternak melainkan melalui pengembangan bakteri. Hal itu bukan mustahil tercipta dan diproduksi masal di masa depan. Terakhir adalah bagaimana mengintegrasikan setiap stakeholder yang terlibat dalam pembangunan pertanian,” imbuhnya.

Senada dengan Sunarso, Prof Nuhfil juga mengatakan Indonesia harus memiliki visi pertanian yang terarah dan jelas serta menjawab tantangan perubahan zaman.

“Pada masa depan Indonesia sudah harus menjadi lumbung yang siap untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia” ujarnya.

Konsekuensinya, kata dia, kita harus siap meningkatkan daya saing produk. Faktor utama yaitu meningkatkan keunggulan SDM sektor pertanian. Kita harus mampu menciptakan agropreneur muda yang andal dalam manajerial bisnis, penguasaan teknologi dan pemasaran serta memiliki pemikiran yang kreatif, rasional dan visioner.

Pada kesempatan yang sama, Arief Goentoro selaku Sekretaris Jenderal PISPI juga menceritakan peranan PISPI dalam pertanian Indonesia.

Menurutnya, semenjak berdiri tepatnya 10 tahun lalu PISPI turut aktif dalam memberikan masukan kepada pemerintah terhadap konsep pengembangan pertanian Indonesia. PISPI juga aktif dalam mengajak pemuda khususnya sarjana pertanian untuk bertani melalui beberapa program kerjanya.

“Beberapa kebijakan pemerintah yang bersumber dari masukan dari PISPI diantaranya: asuransi tani, bank tani, sertifikasi dan yang paling baru yaitu reforma agraria atau agrarian reform," katanya.

Kegiatan sarasehan tani yang disponsori oleh BRI ini dihadiri oleh banyak kalangan, dari akademisi, praktisi pertanian dan pelaku start-up di bidang pertanian. Sarasehan ditutup dengan penandatanganan perjanjian kerjasama antara PISPI dengan Universitas Brawijaya dalam peningkatan Pendidikan, penelitian dalam pengabdian kepada masyarakat.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler