jpnn.com, JAKARTA - Deretan pedagang kaki lima (PKL) dari ujung Jalan Jatibaru Raya dekat Stasiun Tanah Abang, mengular ke arah belakang hingga arah jalan layang.
Para PKL tersebut menjajakan berbagai macam barang. Mulai dari kebutuhan sandang, pakaian hingga aksesoris, seperti topi dan bandana.
BACA JUGA: Tanah Abang Semrawut Lagi, Satpol PP Tunggu Arahan Anies
Para PKL tersebut memilih berjualan di trotoar dibandingkan tempat yang sudah disiapkan di Blok G Pasar Tanah Abang.
Lokasi yang jauh dari pusat keramaian, membuat para pedagang memilih kembali berjualan di jalur pedestrian.
BACA JUGA: Pihak Ancol Masih Pikir-pikir, Djarot Sudah Menggratiskan
Salah satu pedagang di lokasi tersebut, Emak mengatakan, dia dan para pedagang lainnya lebih suka berjualan di trotoar.
Lokasinya yang dekat Stasiun Tanah Abang membuat pembeli bisa langsung melihat-lihat barang dagangan dan mendekat apabila tertarik.
BACA JUGA: Pemprov DKI Bakal Relokasi Pohon di Jalan Sudirman-Thamrin
Emak mengatakan, kondisi itu berbeda jika pedagang berjualan di Blok G. Pembeli harus berjalan jauh dan menaiki tangga.
Menurut Emak, pembeli akan malas melewati rute melelahkan, sehingga lebih memilih yang lokasinya strategis.
Emak mengaku, para PKL sudah tertib dan menyisakan ruang bagi pejalan kaki. Dia pun berjualan di belakang batas garis kuning.
Karena trotoar yang ada sudah cukup lebar, sambung dia, sehingga pejalan kaki masih bisa leluasa.
"Di sini kita tidak ganggu jalan kok. Kalau jualan di trotoar sini lebih dekat dari stasiun. Orang biasa datang, pelanggan kan dari stasiun," ucap Emak.
Dia pun membantah berbagai pemberitaan yang menyatakan PKL menyebabkan kemacetan parah di Tanah Abang. Dia menuturkan, tidak benar PKL menyebabkan arus lalu lintas terganggu.
Menurut Emak, yang menyebabkan kemacetan karena lokasi tersebut adalah pusat grosir. Sehingga, banyak kendaraan bermotor lalu-lalang dan ditambah angkutan kota (angkot) yang berhenti sembarangan menunggu penumpang.
Emak mengaku, petugas memang mengarahkan para PKL untuk pindah ke Blok G. Namun, pihaknya tidak mau karena di lokasi tersebut sepi pembeli.
Belum lagi dia masih dikenakan biaya sewa yang memberatkan pedagang kecil. Dia menerangkan, pendapatan PKL tidak seberapa jika harus digunakan untuk membayar sewa dan barang dagangan terancam tak laku.
"Penjualan lagi turun. Apalagi dari setelah Lebaran kemarin. Sekarang sehari cuma bisa dapat Rp 100 ribu. Beda sama waktu dulu. Sekarang yang dipikir buat makan saja. Buat anak sekolah. Mana mikirin yang lain," ucap Emak.
Pedagang di Pasar Blok G Tanah Abang memang mengeluhkan terus menurunnya jumlah pengunjung selama beberapa tahun ini. Banyak pedagang menutup tokonya atau tidak memperpanjang kontrak karena memilih berjualan di jalan atau menjadi PKL.
Seorang pedagang di Pasar Blok G, Mia mulanya adalah PKL di sekitar Pasar Blok G. Dia kemudian direlokasi ke dalam pasar dan masih bertahan hingga kini.
"Saya di sini sebenarnya nyaman, tapi memang keuntungannya lebih besar di bawah atau PKL. Tahun ini konsumennya menurun, lebih sepi dari tahun kemarin. Saya tidak tahu kenapa," ujar Mia.
Dia berusaha menggaet banyak pembeli dengan menjual aneka pakaian anak dan dewasa hingga handuk. Namun, lanjut Mia, hasil penjualannya sangat kecil karena sepi pengunjung.
"Minggu ini luar biasa sepi, jadi banyak yang tutup, sedangkan pengeluaran besar. Tapi, kami syukuri saja," tutur Mia. (rakyatmerdeka)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawa Jeruk Satu Pick Up, Diperiksa Ternyata Isinya Ganja
Redaktur & Reporter : Adil