Tanah Abang Semrawut Lagi, Satpol PP Tunggu Arahan Anies

Senin, 30 Oktober 2017 – 11:10 WIB
Ilustrasi. Foto: Jawapos.com

jpnn.com, JAKARTA - Salah satu ciri khas Tanah Abang adalah kesemrawutan dan kemacetan. Kemacetan timbul akibat dari kesemrawutan itu.

Sebelumnya, persoalan ini sempat beres karena aparat terus berjaga. Namun, saat petugas tak ada, trotoar dipakai lagi jadi tempat mangkal pedagang.

BACA JUGA: Anies Baswedan Pastikan Puluhan PNS DKI akan Dapat Sanksi

Pantauan pada akhir pekan lalu, warna-warni pakaian dengan segala model dan merk bergantungan menghiasi keramaian trotoar Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Buah-buahan dan berbagai minuman segar juga tersedia di trotoar selebar 3,5 meter itu.

Sesekali, calon pembeli mendekati pakaian yang terpapar asap kendaraan itu. Tawar-menawar pun menjadi pemandangan biasa di tempat ini. Para penjaja pakaian sabar meladeni calon pembeli yang belum tentu membeli barang dagangan mereka.

BACA JUGA: Anies Baswedan Minta Sekda DKI Jakarta Kooperatif dengan KPK

Rakyat Merdeka pun menyusuri jalanan dari pertigaan Jalan Jatibaru Raya, dekat Pasar Tanah Abang Blok G hingga lampu lalu lintas di ujung Jalan Jatibaru Raya, dengan menggunakan sepeda motor. Jaraknya tidak sampai 1 kilometer (km). Namun,perlu waktu sekitar 10 menit untuk menempuhnya.

Selain karena PKL, kemacetan kerap terjadi di sepanjang jalan tersebut akibat sopir angkutan umum ngetem sembarangan. Kemacetan makin parah akibat pengendara motor yang me­markir kendaraannya di badan jalan. Bahkan, hingga beberapa baris kendaraan.

BACA JUGA: Anies Cerita soal Selendang yang Selalu Ada di Mobilnya

Kesemrawutan dan kemacetan di kawasan itu membuat warga resah. Salah satunya Triadi. "Saya selalu pusing lewat situ. Padahal, sebelumnya sempat rapi. Namanya Jakarta, ya, begitu lagi. Heran saya," tutur Triadi, karyawan perkantoran di sekitar Jalan Wahid Hasyim.

Pengakuannya, PKL hanya tertib saat razia. Tapi dalam hitungan jam, trotoar kembali berantakan. Padahal, di trotoar sisi stasiun Tanah Abang ada dua pos Satpol PP.

Sejumlah anggota Satpol PP tampak duduk santai. Bahkan, mobil mereka juga terparkir di atas trotoar.

"Tidak tahu kenapa, tertibnya kalau lagi operasi saja. Semoga pemerintah cepat mengatasi, kasihan warga. Trotoar seharusnya buat pejalan kaki, bukan buat berdagang dan parkir motor," sambung Triadi.

Saat penertiban, pedagang pun mesti main kucing-kucingan dengan petugas. Salah satu PKL Wargiyono, mengaku melakukanhal tersebut.

Namun, dia tidak kapok meski berkali-kali harus kabur dari kejaran Satpol PP. Dia melakukan itu demi menafkahi keluarganya di kampung halamannya, Kudus, Jawa Tengah.

Wargiyono pun terbilang lihai. Pengalaman berjualan 10 tahun mengajarkan dia pandai mencari celah dari kejaran Satpol PP.

Buah-buahan yang hanya dua bakul besar mudah dipindahkan, ketika petugas penertiban kota itu datang merazia Tanah Abang.

Sebelum berdagang di wilayah itu, Wargiyono dan beberapa pedagang lainnya juga pernah berjualan selain di Jalan Jatibaru Raya. Namun, penghasilan mereka tidak sebanding jika berjualan di seberang Stasiun Tanah Abang itu.

"Mau bagaimana lagi, kita tidak dikasih tempat yang murah. Kalau dipindahkan, bayar mahal tidak mau, orang sehari cuma dapat kecil, belum bisa balik modal juga," ucapnya.

Wakil Kepala Satpol PP Hidayatullah mengaku mengerahkan beberapa anggotanya setiap hari untuk melakukan razia. Operasi dilakukan pada pagi, siang dan sore.

Namun, klaim dia, pedagang kerap membandel. Saat melihat Satpol PP hanya segelintir, mereka berdagang lagi.

"Ada 300 PKL di Tanah Abang. Kadang ada gesekan di lapangan. Tapi, rutin kok kita lakukan razia. Kita tunggu arahan Pak Anies Baswedan seperti apa," ujar Hidayatullah.

Wilayah tersebut, sambungnya, harusnya murni jadi kawasan pasar. "Penjagaan tetap kita lakukan dan berkeliling. Kita juga ada sidang, yang bandel pasti kita tertibkan. Cuma persoalannya, Satpol PP ini jadi semacam pemadam saja. Ketika terjadi langsung ambil tindakan," katanya.

Bekas camat Tanah Abang ini menambahkan, dalam sebulan bisa ada 70 PKL yang ditertibkan Satpol PP. Mereka kemudian didata dan diminta membuat pernyataan tidak akan mengulangi kesalahan.

"Mereka kita bawa. Bagi yang sudah pernah ditangkap, mereka harus menjalani sidang. Kalau untuk sidang dalam sebulan bisa 30-40 PKL. Sanksi terberatnya barang mereka diambil dan bisa ditebus di pengadilan," terangnya.

Terkait dengan semrawutnya PKL di Tanah Abang, Hidayatullah mengatakan, harus ada kebijakan yang tegas dan jelas. Dia menyarankan agar wilayah Pasar Tanah Abang dijadikan pasar saja.

"Biar murni jadi lokasi pasar. Ada toko jualan, gudang, tempat ekspedisi dan lainnya. Karena saat ini kan belum tertata bagus," sarannya.

Dengan dijadikannya Kawasan Pasar Tanah Abang, lanjut Hidayatullah, maka aktivitas di kawasan tersebut akan fokus untuk jual beli dan kegiatan pendukung lainnya.

"Kalau jadi kawasan pasar, Insya Allah tidak ada lagi hal-hal seperti sekarang ini," ucap Hidayatullah. (rakyatmerdeka)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anies: Mereka Sampaikan Terima Kasih karena Janji Ditepati


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler