jpnn.com - JAKARTA - Hari ini, Sabtu (10/8), sejumlah pedagang kaki lima (PKL) masih berjualan di area Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Padahal, Minggu (11/8) besok, kawasan tersebut akan dibersihkan dari keberadaan PKL oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Berbagai alasan membuat para PKL tetap berdagang di hari terakhir batas waktu relokasi yang ditetapkan Pemprov DKI. Salah satunya karena belum mendapat kepastian tempat baru di gedung Blok G Pasar Tanah Abang seperti yang dijanjikan pemerintah.
BACA JUGA: Tujuh Bulan, 13 Penyebar Paku Jalanan Tertangkap
"Mau pindah ke mana? Tempatnya saja belum jelas lapaknya yang mana," ujar salah seorang pedagang bernama Teti, Sabtu (10/8).
Perempuan berkerudung ini mengaku sudah mendaftar ke pihak PD Pasar Jaya untuk bisa masuk ke Blok G. Namun setelah mendaftar, Teti hanya mendapat tanda bukti saja tanpa ada kepastian kios mana yang akan ditempatinya nanti.
BACA JUGA: Pengunjung Melonjak, TMII Raih MURI
Bahkan, lanjutnya, masih ada pedagang yang sudah mendaftar tapi tidak mendapat tanda bukti sama sekali."Anak saya dua orang sudah daftar tapi nggak dapat surat," ungkapnya.
Teti sendiri mengaku ikut mendukung program Gubernur Joko Widodo untuk menata kawasan Tanah Abang. Namun melihat carut marutnya pendaftaran lapak, ia mulai meragukan keseriusan pemerintah provinsi.
BACA JUGA: Tak Mau Pindah, PKL Tanah Abang Didenda Rp 50 Juta
"Besok mau dilarang terus kita mau pindah kemana, mau cari duit gimana? Ini pedagang mau disuruh bebas milih (lapak), bisa pada berantem nanti rebutan. Kiosnya juga masih berantakan, nggak ada rolling door-nya," ucap pedagang pakaian berbahan batik ini.
Sedangkan salah seorang PKL di Jalan Kebon Jati, Andi, merasa ragu PKL yang direlokasi ke Blok G bakal betah. "Paling lama delapan bulan juga sudah balik lagi ke jalan. Dulu kan juga pernah pindah ke Blok G, cuma tahan enam bulan. Saya dulu punya empat kios malah di sana (Blok G, red), akhirnya tutup semua," ujarnya.
Menurutnya, kesalahan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta ada pada pemilihan tempat untuk relokasi. Pasalnya, tidak ada pembeli yang mau untuk berbelanja di Blok G.
Permasalahan utama gedung blok G, ujar Andi, adalah tidak tersedianya lokasi parkir mobil. Selain itu, tempat tersebut kerap tergenang banjir bahkan saat tidak ada hujan.
"Lokasinya juga nggak bagus, di ujung paling jauh. Pembeli pasti lebih milih belanja di toko Blok A atau Blok B langsung yang lebih dekat dan ada tempat parkir," papar pria yang berjualan tas ini.
Andi lebih memilih tetap berjualan di bahu jalan daripada harus pindah ke Blok G. Jika nantinya pemprov benar-benar menggusur lapaknya, maka ia akan berjualan di lokasi lain di luar Tanah Abang.
Hal yang sama diungkapkan PKL Kebon Jati lainnya, Pedro. Meski pemerintah memberi fasilitas gratis sewa di Blok G, ia akan tetap memilih untuk berjualan di jalanan.
"Di sini walaupun bayar mahal tapi pedagang nggak keberatan karena ada pembeli. Buat apa murah, gratis kalau nggak laku, ya pasti rugi juga. Yakin saya nggak akan laku karena sudah dua kali dicoba pindah ke sana," ucap Pedro. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sterilkan Stasiun Pasar Senen demi Arus Balik
Redaktur : Tim Redaksi