jpnn.com, JAKARTA - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman mengatakan, masyarakat dunia hampir hilang kesabaran menunggu aksi nyata Aung San Suu Kyi dan militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap etnis Rohingya. Terlebih, pernyataan peraih Nobel Perdamaian yang kini menjadi pemimpin de facto di Myanmar itu tidak secara jelas menyinggung keselamatan bagi warga Rohingya.
Menurut Sohibul, hingga saat ini masih ada aksi pembakaran rumah-rumah warga Rohingya. Karena itu, harus ada aksi nyata dari pihak yang berkuasa di Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap etnis muslim Rohingya.
BACA JUGA: FPI Mau Berperang di Myanmar? Ini Warning dari Pak Wiranto
"Korban jiwa juga masih berjatuhan. Ini sangat menyedihkan karena telah berlangsung lebih dari dua pekan dan tidak ada tindakan nyata dari pemerintah Myanmar," kata Sohibul Iman di kantor DPP PKS, Jumat (8/9).
Dia menjelaskan, langkah diplomasi yang dilakukan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi patut diapresiasi dan didukung. Namun, pendekatan itu masih belum cukup.
BACA JUGA: Malaysia Siap Tampung Pengungsi Rohingya
"Langkah soft diplomacy ini perlu ada timeline untuk bisa dievaluasi sudah seberapa jauh bisa menghentikan tindak kekerasan yang terjadi," ujarnya.
Mantan rektor Universitas Paramadina itu menegaskan, jika dalam waktu dekat tindak kekerasan terhadap warga Rohingya masih tetap berlangsung, maka perlu ada langkah lanjutan yang lebih kuat. Dia menyebut salah satu langkah lanjutan yang lebih kuat adalah dengan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat ASEAN.
BACA JUGA: Aung San Suu Kyi: Kami Melindungi Semua Orang di Myanmar
Dia berharap agar Presiden Joko Widodo mengambil inisiatif untuk langsung membujuk para kepala negara di kawasan Asia Tenggara untuk menggelar KTT Darurat ASEAN. "Jika perlu Indonesia bisa bertindak sebagai tuan rumah," tegasnya.
Sohibul menambahkan, PKS melalui Crisis Center for Rohingya (CC4R) secara intensif terus melakukan kajian dan evaluasi terhadap perkembangan situasi di Rakhine, Myanmar.(boy/fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wartawan BBC Masuki Permukiman Rohingya, Inilah Kesaksiannya
Redaktur : Tim Redaksi