jpnn.com, JAKARTA - Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai, ngototnya PKS minta jatah kursi wagub DKI, sangat wajar. Pasalnya, partai dakwah itu tak pernah dapat apa-apa selama berkoalisi dengan Gerindra.
"Kalau kita bicara hitung-hitungan, maka posisi PKS selama dengan Gerindra belum dapat apa-apa. Karena bagaimanapun, PKS harus memperhitungkan kadernya. Tetapi lagi-lagi, (perebutan kursi ini) membuat kita terlihat, katakanlah kok belum apa-apa sudah ribut masalah seperti ini," katanya di Jakarta, Selasa (6/11).
BACA JUGA: PDIP Berharap Kursi Bekas Sandi Segera Terisi
Sikap ngotot PKS ini, lanjutnya, secara hitung-hitungan memang elektabilitasnya lebih tinggi ketimbang Gerindra. Maka, suka tidak suka mereka harus mendapatkan posisi di DKI. Bagaimana pun, dia berharap kedua parpol ini saling legowo.
Bila tidak, dia melihat imbas ini akan mengarah ke Pilpres 2019. Jika PKS tak mendapatkan posisi, maka yang yang terjadi adalah mesin partai mereka bisa berhenti atau berpaling dari posisi semula.
BACA JUGA: Sah! Taufik Gerindra Gagal Jadi Wagub DKI
"Bisa saja, karena dinamika yang terjadi itu akan berimbas di 2019 nanti. Ini bahaya, seharusnya mereka segera memutuskan bukan malah memperpanjang 'keruhan'," katanya.
Sementara itu, Peneliti dan pengamat politik Indonesian Public Institute Jerry Massie menilai, kedua Parpol ini cenderung egois yakni tak memikirkan perasaan warga DKI Jakarta. Terlebih, bangku yang ditinggalkan oleh Sandiaga Uno ini kosong dengan waktu yang lama.
BACA JUGA: Penjelasan Mendagri soal Kekosongan Kursi Wagub DKI
"Parpol kembali meletakan semata kepentingan politik partai atau mengakomodasi masyarakat Jakarta, maunya apa. Perilaku politik seperti ini jelas tidak bagus karena merugikan publik," kata Jerry. (srs/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Taufik Gerindra Sebut PKS Tak Punya Niat Baik
Redaktur & Reporter : Adil