Hanya dalam tempo 30 tahun, spesies asli Australia platipus telah kehilangan 22 persen habitatnya. Populasi hewan di beberapa sungai di Australia dikhawatirkan tak akan pernah pulih kembali. Bendungan, pembukaan lahan, dan predator adalah beberapa ancaman terbesar untuk platipus Salah satu peneliti studi tersebut mengatakan platipus dapat menghilang dari sungai "tanpa pernah kembali" Berita itu muncul saat Pemerintah Federal memberikan Rp180 miliar untuk konservasi koala
BACA JUGA: Setengah Juta Orang Indonesia Tertular Corona, Apakah Vaksin Satu-satunya Harapan?
Penelitian yang dilakukan University of New South Wales (UNSW) menyebutkan penurunan terburuk jumlah populasi terjadi di daerah seperti Lembah Murray-Darling yang sistem sungai alaminya telah dimodifikasi oleh manusia.
Menurut penelitian tersebut, pembangunan bendungan, ekstraksi berlebihan, pembukaan lahan, polusi dan pemangsaan oleh anjing liar dan rubah merupakan ancaman utama bagi platipus.
BACA JUGA: Jurus Australia Genjot Perekonomian Lewat Voucher Belanja
Diperkirakan setengah populasi hewan ini musnah akibat berbagai ancaman tersebut.
"Dikhawatirkan populasi platipus akan menghilang dari beberapa sungai dan tidak akan pernah kembali, jika jumlah sungai terus menurun karena kekeringan dan pembangunan bendungan," kata Richard Kingsford, penulis laporan penelitian dari UNSW.
BACA JUGA: Kisah Anak Muda Indonesia Bertahan di Australia Sebagai Pekerja Gandum
"Kita punya tanggung jawab secara nasional dan internasional untuk menjaga hewan unik ini. Bukti-bukti yang kami temukan tak menunjukkan tanda menggembirakan," katanya.
"Populasi platipus mengalami penurunan, sehingga kita perlu berbuat sesuatu sebelum terlambat," ujar Richard.
Wilayah jelajah mamalia bertelur ini mengalami penurunan terbesar di negara bagian NSW, di mana 32 persen habitatnya telah lenyap.
Queensland telah kehilangan 27 persen habitat platipus sementara Victoria hanya kehilangan 7 persen.
Penelitian ini dilakukan UNSW atas permintaan dari Australian Conservation Foundation (ACF).
ACF, WWF Australia dan Humane Society International kini telah secara resmi menominasikan platipus sebagai spesies yang keberadaannya terancam menurut UU Lingkungan Hidup federal dan NSW.
Nominasi ini akan ditinjau sebelum spesies tersebut nantinya secara resmi akan diputuskan masuk daftar spesies yang terancam.
"Di satu sisi UU Lingkungan Hidup federal harus lebih kuat, dan mencantumkan platipus sebagai spesies yang terancam. Di sisi lain, ini merupakan langkah awal dalam melestarikan spesies ikonik Australia," kata Dr Paul Sinclair dari Australian Conservation Foundation.
Platipus sudah terdaftar sebagai spesies yang "hampir terancam" dalam Daftar Merah Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).
Platipus terdaftar dalam kategori "terancam punah" di Australia Selatan dan baru-baru ini direkomendasikan untuk didaftarkan sebagai spesies yang "rentan" di Victoria. Rp186 miliar untuk melindungi koala Photo: Pemerintah Federal akan mendanai sensus untuk melacak populasi koala. (ABC News: Brendan Esposito)
Sementara itu, populasi koala di Queensland, NSW dan wilayah ibukota ACT sudah terdaftar sebagai hewan yang rentan di bawah UU Lingkungan Hidup federal.
Hal ini memudahan pengalokasian sumber daya untuk perlindungan mereka.
Menteri Lingkungan Hidup Australia Sussan Ley mengumumkan berbagai langkah untuk melindungi koala melalui program senilai A$18 juta atau sekitar Rp186 miliar.
Salah satu program yang akan dilakukan yaitu "sensus" berupa pemantauan berkala setiap tahun untuk menentukan lokasi keberadaan koala, dan seberapa baik mereka hidup di lingkungan itu.
"Dari semua fokus kita tentang koala, para ilmuwan menyampaikan adanya kekurangan data lokasi populasi mereka, bagaimana keadaan mereka, dan cara terbaik memulihkan mereka setelah kebakaran hutan menghancurkan habitat mereka," kata Menteri Susan Ley.
Paket tersebut juga mencakup pendanaan untuk penelitian kesehatan koala, pemulihan habitat melalui penanaman kembali, pengendalian gulma, pemagaran, pemeliharaan dan perencanaan menghadapi kebakaran.
Komisoner untuk Spesies yang Terancam, Dr Sally Box, mengatakan program ini penting setelah kebakaran besar yang menewaskan dan melukai ribuan koala.
"Pengumuman ini akan mendukung masyarakat konservasi dalam merespon kebakaran hutan musim panas 2019/20 yang berdampak pada habitat koala dan spesies terancam lainnya di Australia," katanya.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengajar Bahasa Indonesia di Australia Mengharapkan Subsidi dari Pemerintah RI