JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) meresmikan Compressed Natural Gas (CNG) Plant di PLTGU Grati, Pasuruan, Jawa Timur. CNG Plant yang memiliki kapasitas 15 MMSCFD ini, merupakan yang terbesar di dunia.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji menjelaskan, dengan kapasitas 15 MMSCFD itu berarti memiliki kemampuan menyalurkan gas untuk 3 unit gas turbine dengan total kapasitas 300 MW selama sekitar 4 sampai 5 jam dalam satu hari saat beban puncak.
Biasanya, desain PLTGU/PLTG Grati utamanya adalah menggunakan bahan bakar gas. Penggunaan gas untuk mesin pembangkit, kata Nur, akan memperpanjang jarak antar masa pemeliharaan.
"Mesin juga relatif lebih awet jika menggunakan bahan bakar gas, dibandingkan jika terpaksa harus membakar BBM. Sehingga biaya pemeliharaan mesin pun akan berkurang," ujar Nur dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/6).
Manfaat lain dari CNG ini, lanjut Nur, kontrak pasokan gas lazimnya adalah take or pay (dipakai atau tidak dipakai tetap harus bayar). Terkait dengan kebutuhan sistem ketenagalistrikan, ada masa-masa dalam satu hari di mana pembangkit tidak beroperasi karena kebutuhan listrik tidak terlalu tinggi, yang akibatnya gas itu tidak dipakai.
Nur menuturkan agar gas itu tidak terbuang percuma, sementara argo pembayaran tetap berjalan, maka inovasi pun dilakukan, yakni dengan menyimpan pasokan gas itu ke dalam instalasi CNG Plant dan menggunakannya saat beban puncak. "Keuntungan ganda diraih yaitu kerugian akibat take or pay bisa diminimalisir, dan saat beban puncak tidak perlu menggunakan BBM," jelas Nur.
Lebih lanjut, PLTGU/PLTG Grati ini terdiri dari 2 blok yang saat ini mendapatkan supply gas sebesar 90 BBTUD dari Santos melalui sumur Oyong dan Wortel. "Supply gas ini sanggup memasok 3 gas turbine (combined cycle) blok 1 masing-masing sebesar 100 MW. Sedangkan Blok 2 (Open Cycle) berfungsi sebagai pemikul beban puncak (peaker) menggunakan bahan bakar HSD," terangnya.
Nur menambahkan biaya pokok produksi listrik menggunakan BBM sekitar 2.800 rupiah perKWH, sementara jika menggunakan CNG, BPP-nya hanya sekitar Rp 1.000/ kWH. Dengan produksi listrik PLTG Grati Blok 2 selama 4 hingga 5 jam perhari yang berkisar 1.200 hingga 1.500 MWH, maka potensi penghematan akibat pengurangan BBM ini kurang lebih 1 triliun per tahun. (chi/jpnn)
Direktur Utama PLN Nur Pamudji menjelaskan, dengan kapasitas 15 MMSCFD itu berarti memiliki kemampuan menyalurkan gas untuk 3 unit gas turbine dengan total kapasitas 300 MW selama sekitar 4 sampai 5 jam dalam satu hari saat beban puncak.
Biasanya, desain PLTGU/PLTG Grati utamanya adalah menggunakan bahan bakar gas. Penggunaan gas untuk mesin pembangkit, kata Nur, akan memperpanjang jarak antar masa pemeliharaan.
"Mesin juga relatif lebih awet jika menggunakan bahan bakar gas, dibandingkan jika terpaksa harus membakar BBM. Sehingga biaya pemeliharaan mesin pun akan berkurang," ujar Nur dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/6).
Manfaat lain dari CNG ini, lanjut Nur, kontrak pasokan gas lazimnya adalah take or pay (dipakai atau tidak dipakai tetap harus bayar). Terkait dengan kebutuhan sistem ketenagalistrikan, ada masa-masa dalam satu hari di mana pembangkit tidak beroperasi karena kebutuhan listrik tidak terlalu tinggi, yang akibatnya gas itu tidak dipakai.
Nur menuturkan agar gas itu tidak terbuang percuma, sementara argo pembayaran tetap berjalan, maka inovasi pun dilakukan, yakni dengan menyimpan pasokan gas itu ke dalam instalasi CNG Plant dan menggunakannya saat beban puncak. "Keuntungan ganda diraih yaitu kerugian akibat take or pay bisa diminimalisir, dan saat beban puncak tidak perlu menggunakan BBM," jelas Nur.
Lebih lanjut, PLTGU/PLTG Grati ini terdiri dari 2 blok yang saat ini mendapatkan supply gas sebesar 90 BBTUD dari Santos melalui sumur Oyong dan Wortel. "Supply gas ini sanggup memasok 3 gas turbine (combined cycle) blok 1 masing-masing sebesar 100 MW. Sedangkan Blok 2 (Open Cycle) berfungsi sebagai pemikul beban puncak (peaker) menggunakan bahan bakar HSD," terangnya.
Nur menambahkan biaya pokok produksi listrik menggunakan BBM sekitar 2.800 rupiah perKWH, sementara jika menggunakan CNG, BPP-nya hanya sekitar Rp 1.000/ kWH. Dengan produksi listrik PLTG Grati Blok 2 selama 4 hingga 5 jam perhari yang berkisar 1.200 hingga 1.500 MWH, maka potensi penghematan akibat pengurangan BBM ini kurang lebih 1 triliun per tahun. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Rokok di Malang Dibikin Gerah Kanwil Bea Cukai
Redaktur : Tim Redaksi