jpnn.com - Presiden Joko Widodo sudah meninjau lewat udara lokasi pembangunan PLTA Kayan Hydro Energy di Kecamatan Peso, Bulungan, Kalimantan Utara, Kamis (19/12). Presiden terbang dari Bandara Juwata menggunakan heli kepresidenan ditemani sejumlah menteri dan Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie.
Gubernur Irianto Lambrie mengatakan, Presiden Jokowi antusias dengan progres pembangunan proyek PLTA Kayan Hydro Energy ini. Bahkan, Presiden Jokowi juga meninjau lokasi titik pembangunan Bendungan II PLTA Kayan Hydro Energy. Padahal di dalam jadwal, presiden direncanakan cuma melihat titik pembangunan Bendungan I PLTA Kayan Hydro Enegy.
BACA JUGA: PLTA Sungai Kayan Bakal Pasok Listrik ke Ibu Kota Baru
"Setelah dari lapangan tadi, setelah beliau (Presiden) melakukan kunjungan dengan heli dari udara, beliau sangat antusias, dan senang karena ada progres dari lapangan," kata Irianto, Jumat (19/12).
"Presiden berpesan akan memonitor proyek PLTA Kayan Hydro Energy. Bahkan, saat kunjungan udara tadi, beliau minta kepada rombongan untuk diantar ke titik Bendungan II. Itu di luar dari schedule peninjauan beliau," sambung Irianto.
BACA JUGA: PLTA Sungai Kayan Mulai Dibangun 2020
Gubernur Irianto menambahkan, Presiden menegaskan, manfaat dari pembangunan PLTA ini akan sangat besar sekali. Tak hanya untuk kesejahteraan masyarakat Kaltara. Namun juga bangsa Indonesia. Karena PLTA ini akan terintegrasi dengan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning.
"Pak Jokowi bilang, ini (PLTA) pengaruhnya akan sangat besar sekali. Besar sekali. Untuk itu beliau minta untuk ada percepetan dimulainya pembangunan,” kata Irianto.
BACA JUGA: KSP Kawal Pembangunan PLTA Sungai Kayan
Irianto mengatakan, dimulainya pembangunan konstruksi bendungan tinggal menunggu keluarnya izin konstruksi dari Kementerian PUPR. Kata Irianto, presiden sudah memerintahkan kepada Menteri PUPR untuk membantu percepatan keluarnya izin.
"Insya Allah 2020 sudah bisa dimulai,” tegasnya.
KIPI, yang dikelola PT Indonesia Strategis Industri (ISI) akan menggunakan 10.100 hektare lahan. Nantinya kawasan ini akan berisi beberapa sektor industri di antaranya, dan menghadirkan smelter nikel, baja dan alumunium. Selain itu, pabrik industri otomotif juga akan hadir di sana. Kawasan ini akan mendukung ekspor dan impor karena akan dibuatkan pelabuhan internasional juga.
Sesuai dengan perencanaan dari PLN, KIPI membutuhkan 800 megawatt, kebutuhan ini yang akan disuplai dari PLTA Kayan Hydro Energy Bendungan I yang rencananya berjalan pada 2024.
Direktur Operasional Kayan Hydro Energy, Khaerony menerangkan, saat ini proses pembangunan PLTA Kayan Hydro Energy dalam tahap pembangunan Infrastruktur penunjang. Pembangunan infrastruktur penunjang ini meliputi kantor, mess, warehouse dan jalan. Proses ini sudah berjalan selama dua bulan.
Proses pembangunan infrastruktur penunjang sudah berjalan selama dua bulan terakhir ini. Pengerjaannya bukan tanpa kendala. Dari total kebutuhan jalan 20 kilometer, pembangunan baru mencapai 4,5 kilometer. Hambatannya karena ada gunung batu yang mesti dilakukan peledakan untuk pembangunan jalannya.
Sementara, untuk pembangunan ini, PT Kayan Hydro Energy sudah mengerahkan 12 unit alat berat. Terdiri dari dari, 7 unit ekskavator, 2 unit buldoser dan sisanya dump truck. Khaerony mengatakan, alat berat ini digunakan untuk pekerjaan pembangunan badan jalan menuju Bendungan I.
Bukan perkara mudah untuk mengirim alat berat ke lokasi pembangunan proyek PLTA Kayan Hydro Energy. Ada banyak bebatuan besar di sungai sehingga perlu pendalaman dengan cara pengerukan. Pengerukan ini supaya sungai bisa digunakan untuk menopang kegiatan mobilisasi unit maupun logistik. Lalu lintas mobilisasi unit dan logistik ini, untuk sementara menggunakan kapal landing craft tank (LCT) melalui sungai Kayan.
Khaerony menerangkan, alat berat tidak bisa dikirim lewat darat karena jalan dan jembatan yang ada belum memadai untuk dilewati kendaraan berat.
Di sisi lain, dia menambahkan, pembangunan PLTA Kayan Hydro Energy ini mendapatkan respon positif dari masyarakat. Proyek ini pun, lanjutnya, melibatkan masyarakat lokal karena mereka juga dipekerjakan sebagai operator alat berat, tenaga unskill, dan lainnya.
Karakteristik sungai Kayan ini cocok sekali untuk dibuat PLTA Kayan Hydro Energy karena debit airnya yang mencapai 1.700 meter kubik/detik. Ditambah, hulu sungai ini juga ditopang oleh Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 1,35 juta hektare. Sehingga, PLTA Kayan Hydro Energy ini tidak hanya bisa menjamin listrik di Kalimantan Utara saja, tapi juga pembangunan ibu kota negara baru di Penajam Paser Utara.
Di samping itu, hasil energi yang besar dari PLTA Kayan Hydro Energy akan dikelola juga untuk Kawasan Industri Pelabuhan Internasional (KIPI) di kawasan Tanah Kuning. Di sana nanti juga akan dibangun PT Indonesia Strategis Industri.
Pembangunan PLTA Sungai Kayan ditandai dengan kontrak kerja sama antara PT Kayan Hydro Energy dan Powerchina International Group yang diteken pada 31 Oktober 2018. Kemudian, pada Kamis 15 Agustus 2019 lalu, kedua perusahaan meneken pelaksanaan proyeknya.
Penandatanganan itu dilakukan di Kantor KSP, di bawah pengawalan langsung Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko. Saat itu, Moeldoko menuturkan, perjanjian yang ditandatangani meliputi tiga proyek strategis nasional di Kalimantan Utara, termasuk pembangunan PLTA Sungai Kayan.
PLTA Sungai Kayan yang dibangun di atas lahan seluas 12.000 hektare itu diproyeksikan menghasilkan kapasitas listrik sebesar 9.000 megawatt dari lima bendungan yang dibangun secara bertahap.
Bendungan pertama diproyeksi dapat menghasilkan 900 megawatt. Selanjutnya, pembangunan akan dilakukan pada bendungan kedua berkapasitas 1.200 megawatt, bendungan ketiga dan keempat yang masing-masing menghasilkan 1.800 megawatt dan bendungan kelima dengan 3.200 megawatt. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil